Cerita perjalanan pulang

Kamis, 28 Agustus 2008

8 komentar

Setelah me-recharge semangat dengan menemui sang kekasih di bondowoso, tibalah saatnya untuk pulang. Ah seandainya ada pintu kemana saja-nya Doraemon, semua pasti lebih menyenangkan. Malas sekali ih untuk pulang. Males di jalannya. Tapi yaa perjalanan pulang emang hal yang gak bisa dihindari berhubung domisili saya masih di Bandung. Berangkatlah saya ke terminal, dari sana naik bis ekonomi ke surabaya. Here we gooo. Masih 6 jam lagi saya sampai ke surabaya, jadi perjalanan ini harus dinikmati. Setelah cupika cupiki dulu sama si pacar ala film jaman dulu dengan OST Sepasang mata bola, naiklah saya ke bis. Si pacar pun masih menatap nanar dari bawah sana. Dia pasti sangat sedih berpisah dengan saya hahahahahaha. Aku juga sedih kok bebs, sangat. Saya mengincar kursi dekat jendela, jauh-jauh dari para perokok. Setelah sedikit menggoyangkan pantat, akhirnya cozy juga ni posisi. Gerah booo, walaupun jendela sudah dibuka selebar-lebarnya. Perjalanan berlalu biasa saja, dan untungnya, arus di porong ke surabaya cukup lancar dan sampailah saya di terminal Bungurasih tepat jam 3 sore. Jam 4 kereta saya berangkat, jadi harus secepat mungkin sampai Stasiun Gubeng. Naik ojek! jalan beberapa meter, tape bondowoso yang saya bawa berhamburan karena ikatannya lepas hahahah! malu deh booo, beseknya glundung kemana-mana. Untung setiap besek tape diikat masing-masing. Kemudian seorang pedagang di terminal memberikan kantong plastik. Makasih ya buuu!

Ojeknya ngebut cing! udah gitu, masa si tukang ojek pegang paha saya. Ih minta ditampar pake helm! awalnya sih komunikasi berjalan menyenangkan, karena kami saling bercerita, ee setelah dia tahu saya orangnya ramah, kok tangannya dia nyentuh paha saya dari depan. Sebetulnya bukan sentuhan grepe nakal kurang ajar gimana, tapi tetep aja ijk gak sukka deh! lalu saya keplak tangannya pake tas. Dan menyingkirlah tangan dia dari ujung paha saya. Karena tukang ojek itu cukup sembalap, saya sampai pula di Stasiun Gubeng tepat jam setengah 4. Dengan terburu-buru dan sempat ngepot dikit ala slalom contest, saya pun sampai di loket tiket dan tiket duduk sudah habis sodara-sodara! daripada gak pulang, mending beli aja tiket berdiri, pantat mah bisa ditaro dimana aja asal bukan di muka orang kan?!

Wiiih, keretanya asli penuh banget! Naaah itu ada tempat di belakang kursi! Koran saya gelar, tas saya taruh di atas, dan gelemporanlah saya disitu. Tidak terlalu buruk ternyata. Ketika semutan melanda, saya pun berdiri dan mencari tempat untuk berdiri dengan nyaman. Dekat toilet yang tidak terpakai dan didepan pintu lah yang saya pilih. Kalo ada bau-bau tak sedap kan tinggal buka pintu dan Brrrr. Begitupun jika saya ingin kentut sepuas hati, tinggal buka pintu, aroma pun lepas ke alam bebas dan kentut tidak akan terdengar karena mesin kereta yang berisik hahaha! Eh ternyata disitu ada juga dua orang polisi kereta lengkap dengan senapan berpeluru tajam. Saya ajak ngobrol mereka berdua yang mukanya agak menyeramkan tapi ternyata baik juga. Jam kerja mereka panjang lo. Pasti lelah sekali menjadi mereka. Harus pulang pergi Bandung-Surabaya dengan berdiri terus dan waspada selalu karena kejahatan ada karena kesempatan, jadi waspadalah! Mereka berdua inilah yang menjadi teman seperjalanan selama beberapa saat.

Aduh saya laper! berangkat dari bondowoso belum sarapan. Mana penjual nasi bungkus gak ada pula, padahal biasanya mereka wara wiri di kereta. Jadi saya pergi ke gerbong makan. Duduklah saya disitu, pesan nasi rames dan es jeruk. Ramah-ramah loo ternyata bapak-bapak petugas kereta yang wajahnya jutek itu. Kami sempat becanda-canda kemudian saya minta tolong me-recharge hp yang sudah mati kehabisan energi sedari tadi. ee dibolehin gitu sama merekanya. Makasih ya paaak. Ooo rupanya gitu too pemandangan dapur kereta. Si kokinya sibuk bikin mie rebus dan ini itu, dan saya menikmati pemandangan sibuk itu. Tapi nasi ramesnya pedeesss. Seorang bapak yang melihat saya kepayahan karena pedas berkata "Weeeh, makannya pelan-pelan mba, nanti keselek". Kemudian bapak yang lain berkata "Makannya yang banyak mbaa, biar gemuk! hahahaha". idiiih situ ketawanya puass beneer. Tapi biarlah, sesama bis jangan saling mendahului yaa. Sudah bosan saya di gerbong makan, pergilah saya darisana dengan diiringi ketidakrelaan bapak-bapak itu. Naah kalian seneng kaaan ada saya disituuu. Melewati lima gerbong yang padat, saya kembali juga ke gerbong saya. Ada sebuah insiden disitu. Ada dua orang penumpang bertiket tanpa tempat duduk mengklaim tempat duduk yang sudah ditempati orang, pemilik resminya tentuu. Tiket dua orang ini bertuliskan nomor tempat yang dia maksud tapi nulisnya pake bolpen boo hahahaha!. Si mpunya tempat duduk jelas rada nyolot dan manggil petugas. Si petugas kampret yang sepertinya jadi penjual tiket gelap itu agak gelagapan dan tiba-tiba ngeloyor dengan hanya satu permintaan maaf pada sang pemilik tiket duduk. Bagaimana dua penumpang tadi? giliran si pemilik tiket yang menginterogasi.

"Sampeyan jujur aja sama saya, darimana dapet tiket ini?"

"Dari loket pak" (dengan wajah agak gugup)

"Gak mungkin loket mengeluarkan dua tiket dobel. Sampeyan lihat gak kalo tiket sampeyan ini ditulis pake bolpen. Berapa sampeyan beli tiket ini?"

"harga yang sama pak dengan tiket bapak."

"Gak mungkin. Udah jujur aja sama saya, ndak usah takut"

setelah didesak begitu akhirnya dua penumpang itu jujur juga

"saya beli 20 ribu satu tiket dari petugas tadi pak"

"wuooo kerjaannya orang dalem toh. ya sudah, saya nyampe bandung, ini saya urus. Tapi di gerbong tiga saya melihat ada dua kursi kosong, sampeyan bisa tempati dulu sebelum ada pemiliknya"

Ihihihi, bapak ini baik juga.

Huah selesailah masalah itu dan saya bisa tidur dengan tenang. Oh tapi gak bisa juga ternyata. Di tengah dinginnya angin malam, ternyata ada dua penumpang yang turun di stasiun apa ya saya lupa, kalau tidak salah sebelum Madiun. Ihiiiy ada kursi kosoong. Nempelah pantat saya di kursi itu, di sebelah seorang bapak bernama Abdurohim yang ternyata teman perjalanan yang asik. Beliau kenal juga dengan Abah Iwan Abdurahman, karena mereka satu fakultas di pertanian unpad. Bergulirlah cerita-cerita seru. Ternyata dulu tidak ada angkatan 66 di Unpad. Dari angkatan 65 langsung 67, karena angkatan 65 menjadi dua tahun akibat adanya PKI. Wah pokoknya Kang Ohim ini cerita banyak banget. Tentang anak-anaknya yang semuanya sudah kuliah, bahkan sampai beliau perlihatkan foto keluarga mereka. Beliau ceritakan juga soal prinsipnya mendidik anak-anaknya, dan ia adalah orangtua asik loo. Kang Ohim yang merupakan konsultan pertanian ini pun tidak berhenti bercerita. Adaaa aja yang beliau omongin dan untungnya gak bikin saya ngantuk, karena saya termasuk orang yang dengan kurang ajarnya bisa tidur pulas didepan orang yang sedang cerita pada saya. Untungnya saat itu saya gak tidur.

Sampai di stasiun Jogja, kursi tak bertuan yang tadi saya tempati ternyata ada yang punya. Terusirlah saya dari situ, kembali ke pojok itu, didepan toilet, namun kali ini tanpa koran karena koran saya digunakan kang ohim untuk tidur dilantai. NGesotlah saya di perbatasan gerbong itu, sambil sesekali harus minggir karena ada pedagang asongan yang lewat. Didekat saya, ada dua orang bapak yang bekerja di PT Pindad, mereka juga tidak kebagian kursi. Mereka bekerja sebagai trainer penggunaan senjata baru oleh para angkatan bersenjata kita. Mulai dari senapan kecil, sampai bom dan peledak, mereka tau fungsinya. Wuuiiih ketemu lagi nih sama teman seperjalanan yang menarik. Saya membeli pisang rebus untuk teman obrolan dan mereka membeli kacang bulu. Lengkaplah malam itu. pisang rebus, kacang bulu, segelas kopi dan obrolan hangat.

Dua bapak ini tidak berlatar belakang militer, tapi mereka pernah mendapatkan pendidikan militer selama enam bulan. Mereka inilah orang-orang pertama yang mengetes sebuah senjata setelah selesai dibuat. Mereka juga yang melatih para pengguna senjata itu kemudian. Sehingga resiko terkena peluru, ledakan kecil, dan kecelakaan lain yang berkaitan dengan senjata sudah biasa mereka alami. Sayang mereka tidak bisa saya undang untuk siaran karena dalam dua hari mereka harus ke Jakarta. Tidak banyak orang dengan profesi mereka di PT Pindad. Hanya orang-orang khusus. Mereka juga berhubungan dengan BIN, karena profesi mereka cukup vital. Jadi nama mereka pun tercatat di BIN dan harus siap dipanggil ketika ada insiden yang berkaitan dengan senjata dan peledak. Contohnya ketika tragedi bom bali. Mereka juga yang diutus kesana untuk meninjau lokasi dan memeriksa peledak yang digunakan. Pun jika ada insiden bersenjata di tempat lain. Mereka harus siap sedia meluncur ke lokasi. Seru ya tugasnya! tapi menyeramkan juga kalo urusannya sudah intelijen. Makasih ya bapak-bapak atas obrolan menyenangkan pada dini hari yang menjadi hangat.

Ada tukang mie instan! laper lagi nih. Beli aah. Saya pun makan dengan nikmat mie itu. Tak terpengaruh dengan posisi saya yang didepan toilet. Tuhan, terimakasih kau masih memberiku kesempatan untuk bersyukur. Setelah kenyang, si pacar pun telepon. Senangnya! walaupun ngobrol hanya sebentar, tapi mendengar suaranya dari ujung sana seperti memberikan efek tenang teramat sangat, sehingga saya bisa tertidur dengan pulas setelah itu. Wah! sudah jam 6 lebih 15 dan sampailah saya di stasiun Bandung. Akhirnyaaa! rumah, aku dataang!!

Disana Menanti, Disini Menunggu...oh

Senin, 04 Agustus 2008

14 komentar


Susah sekali mendapatkan gambar cover album Uk's, tapi kemudian saya menemukan gambar itu disini. Walaupun tidak tepat-tepat amat sebagai kaset tempat lagu yang saya suka nyanyikan berada. Tapi yaa cincay lah koooh


Lagu-lagu Malaysia menginvasi Indonesia! dulu tapiiii. Saya masih hapal benar lagunya Amy Search yang suaranya melengking-lengking itu. Andaaaaii dipisaaaah, lauuuut dan pantaai, tak aaaaaaaaakan goyah! gelowra cintaa hahahahaha!. Aduh Bang Eymi, serono'nyeu lagumuu. Tapi ah tapi, sudah tidak aneh lagi bicara soal Amy Search alias Suhaimi bin Abdul Rahman, yang sekarang rambutnya keriting papan gimanaa gitu. Bagaimana jika kita mengingat musisi lain yang walaupun karirnya tidak segemilang Amy Search, tapi dia cukup terkenal pada jamannya. Begini potongan liriknya "Disini hanyalah menanti, ku tetap menantiiiii" *dengan lengkingan ala penyanyi Malaysia

Yaa yaa, Uk's Amir memang terkenal di era 90-an. Saya pun hapal lagu dia dan bisa menyanyikan itu dengan sempurna tanpa notasi-notasi yang melenceng *halaah.

Untuk yang mau intip-intip, silahkan liat disini


Mari kita telaah liriknya, yuuu...


Seumur hidup aku, ini yang pertama pintu hatiku diketuk oleh dua wanita. punyai ciri selama ini kucari berbeza wajah ayunya tetap asli kalau kupilih disini apa kata disana kalau kupilih disana, disini akan terluka perlukah aku pilih keduanya bahagi kasih seadil-adilnya

Hmm rupanya role model poligami pun ada di masyarakat Malaysia. Tapi tentunya dampak poligami sama aja dimanapun, bingung. Suruh siapa naksir duaaa. Giling lu ya mir! Ah mengingatkan saya pada sosok Fahri di Ayat-ayat cinta. Sama juga dengan curhatnya Ahmad Dhani dalam Aku cinta kau dan dia. Yaa yaaa, hai semua yang disanaaaa, Poligami itu not good you knooow. Selingkuh juga sama aja. Jadii, gak usah lah situ buka cabang dimana-mana, seperti Bang Satria Bergitar berbulu dada berjambang berkeringat dimana-mana itu. Lu kira rumah makan! dan kamu pikir bisa adil pada semua cabangmu? ...yakin bisa adiiiil? Apa sih adil ituuu?

Ok, kita ke bagian liriknya yang lain

sungguh kumerasa resah untuk menilai sesuatu yang indah namun ku ada pepatah yang aku gubah disana hanyalah menantiiiii sampai bilapun ku tak pasti bertanya kabar melalui TINTA jarang sekali bertemu muka namun kutahu dia setia

mmm rupanya penyanyi Indonesia dan Malaysia punya masalah yang sama. Sulit bilang C & T dengan tepat. Saya ingat dalam sebuah episode Tembang Kenangan, Ernie Johan menyanyikan lagu Mutiara yang hilang "dikaulah muCiara yang lama kucari, sekarang berjumpa muCiara yang hilang hanyalah kiasan tapi dikau orangnya". Dalam lagu Teluk Bayur pun begitu "Selamat tinggal kasihku yang terCINCA doakan agar ku cepat kembali. Kuharap suratmu setiap minggu kan kuJSYAdikan pembuluh rindu". Tapi tenang Tante Erni, anda tidak sendiri. Karena banyak penyanyi yang tidak bisa bilang C dan T dengan tepat. sebut saja Fathur Java Jive,
"Adakah TINTA yang tulus kepadaku. Adakah TINTA yang tak pernah berakhir. Adakah TINTA yang tulus kepadaku. Adakah TINTA yang tak pernah berakhir". Duh, Aa Fathur, Aku hanya punya Cinta untukmuu, bukan Tinta. Cari aja di Gramedia yaa, atau di balubur kalo yang pengen agak murah siiih *kedip-kedip nakal. Penyakit C&T ini pun dilakukan oleh para vokalis band masa kini. Sebut saja Ariel Peter Pan. selain dirinya kalo nyanyi ngagerenyem dan seperti orang kumur-kumur, Kok saya jarang banget ya denger dirinya menyebutkan C dan T dengan tepat. Belum lagi vokalis band yang lain seperti Yan Kasela yang ah itu. Daan banyak lagiii. Yang terbaru setelah Cincaw lowra nih, si Indonesian Idol, Aris. Duh segitu udah dikritik sama Titi DJ, tetep ajaa, bilang T itu C. Aduh aduh puhliiis. Ok, back cu the lirics...


Dan disini tetap menungguuuuu. Berada jelas di matakuu
Kasih tak luak terhadap aku. Sanggup menunggu kata putusku
sayang, ketabahanmu menawanku. KUTERIMA SATU NOTA. RINGKAS TULISANNYA. DIA SEDIA UNDUR DIRI


Eit tunggu! lagu ini tentang cinta atau bisnis sih? hihihih. Tapi lagu ini emang menyayat hati boo. Apalagi kalo didenger pas lagi makan coklat payung di teras rumah, diiringi derai hujan. Ah nendang banget lah suasananya. Berasa jadi Siti Nurhalizeu patah hati deh neeek.






Breathtaking

Jumat, 01 Agustus 2008

0 komentar
Saya menemukan alamat ini dari blog seorang teman.
Semoga bisa menginspirasi

Copyright © 2010 ParadoxParade | Free Blogger Templates by Splashy Templates | Layout by Atomic Website Templates