Kemilau Nusantara 2008

Kamis, 30 Oktober 2008

10 komentar
KN taun ini MENGECEWAKAN!!!

Beda banget sama tahun lalu dimana kontingennya lebih banyak dan berasal dari berbagai daerah di Indonesia. Kalo taun ini lebih banyak dari jawa barat, mungkin karena krisis finansial global. Penyelenggaraannya juga menurut saya gak asoy. Mana pawainyaaa?!! ada sih pawai tapi kok per kontingen siih. Kalo taun lalu, kita bisa ngeliat tuh barisan puluhan kontingen budaya, warna-warni, pake kostum unik dan pastinyaa jadi objek yang sangat menarik untuk difoto DAN SANGAT MERIAAHHH!!. Tapi tahun ini, sampe jam 10 (yang sekarang udah kayak jam 12) masih ada banyak kontingen yang ditelantarkan di pusdai, harus berpanas-panas memakai kostum yang ajigileee, ada yang beratnya sampe 60 kilo. Apa panitianya gak mikkiiiirrr?!! saya aja yang motret para kontingen ini kasian banget ngeliatnya. Apalagi kontingen dari luar jabar. Mereka dateng jauh-jauh, udah siap-siap dari pagi buta, cuma buat ngikutin acara yang penyelenggaraannya butut banget, mana ditelantarkan pula. Dibawah ini beberapa tangkapan suasana Kemilau nusantara 2008, yang saya tangkap dengan mood setengah-setengah




















penari dayak. Cantik ya? ramah pula. Aku sukaa





















baju boleh tradisional, hp mah teteeup






















ini kontingen jawa timur yang sedang berteduh dibalik topeng reog yang beratnya 60 kilo dan dipanggul oleh satu orang. Tuh orang yang badannya paling gede yang manggul. edun ya!














Popi : eh eh boleh foto bareng gaak?
tuyul tanah liat : ni orang gede amat sih, menuh-menuhin dunia deh, gw sihir jadi krisdayanti lu!













Om fotografer : Neeeng, cakep amat.Bajunya kok ijo neng?
P
enari baju hijau : yeah si om, kalo ungu disangka terong doong
Penari baju merah : Ya elah ooom, inget anak istri dirumah ooom













tataaap mata sayaa













Mbaa..mbaa..sebelahan kok telpon-telponan?


















Asiik, punya lalap buat makan siaang














Hue?! kok ada semut didalem kamera gw?!














Siluet pemain egrang




















Kuda girang




















Dan inilah popi giraang ahahahaha!



foto-foto Kemilau Nusantara tahun kemarin ada disini





Tampoooll

Rabu, 29 Oktober 2008

10 komentar
AIIIIIIH SEDANG PENGEN NAMPOL ORANG ITUUU!!!


PROJECT DUNIA AKHIRAT BATTTAAAALLL!!!


tarik napas pooop, jangan lupa keluarin lagi yaa. Ok mulai!!


KAMPREEET!!! CIK ATUH EUY LAMUN DEK TEU PUGUH MAH GAK USAH DEEH MINTA GW NGERJAIN INIII!!


subtitle off. tarik napas lagi. Heuup...mulai!!

YA ALOOH HAMPURA ABDIII TOS AAMBEKAN KIEU, ATUH DA MENI KEUHEUUUUL!!


subtitle off

---THE END---

Mando The Beatboxer

Senin, 27 Oktober 2008

17 komentar
Tadi sore, tiba-tiba seseorang dari Jakarta menelpon saya. Ia tau nomor saya dari teman. Mba yang nelpon ini bilang dia mendatangkan seorang beatboxer dari Jerman dan menanyakan kemungkinan Talkshow. Mmm itu jam 4 sore dan hanya ada satu space talkshow di acara saya, jam 8-9 malem, karena 7-8 malem sudah ada talkshow (cieee laku euy!). Saya lalu bertanya pada produser saya, dan ternyata bisa. Ok! kesempatan langka doong, mana boleh dilewatkan. Ternyata si narasumber yang bernama Mando, dari Jerman, datang setengah 9. Huh dia terlambat sangat! Tapi ya sud, karena dia cakep, jadi ditolerir huahauhahaha!!!

tuh kaan, cakeep! matanya itu looo, lentik booo. Kulitnya mulus, idungnya bagus, aah mandoo! aku padamuh


Kami membuka talkshow dengan beatboxing Mando. Edun! dia bisa niruin segalaaaaaaaa macem suara pake mulutnya. Just by using his tounge, teeth, and hands. He doesn't need any instrument to make music. Wooow! pengen tau soal beatboxing yang sering dikira mirip sama kick boxing ini, liat aja disini.


Mando yang ganteng ini mulai belajar beatboxing sejak 10 tahun lalu secara otodidak. Awalnya ia melihat beberapa video beatboxing kemudian mulai tertarik untuk belajar menirukan berbagai bunyi. Dari situ ia mulai menciptakan gaya beatboxing yang baru, dan makin banyak bunyi-bunyian yang ia buat. Satu demi satu kompetisi ia ikuti dan salah satunya adalah Kejuraan dunia beatboxing beberapa waktu lalu, dan ia menang! yippiyeee!!



Obrolan kami mengalir sangat mengalir heuheuehueh. Tidak cuma mando yang saya wawancarai, tapi hadir juga Gayya dan Elmo. Mereka dua rapper bandung. Ah saya suka sekali talkshow ini!!! dikelilingi cowwo cowwo bertato hahahah!! Mando ini sangat talkatif.. Ngejelasinnya juga enak, membuat saya tidak usah banyak bertanya heuheueheuh. Dan dia sempet ngerjain saya, nyuruh beatboxing. Jadi..berduetlah kami ngebeatboxing. Ihiiiy! Talkshow tadi diakhiri dengan kolaborasi Mando, Gayya dan Elmo. Dua rapper dan satu beatboxer. Ah talkshow yang asoooy

hihihih, romantis banget ya posenya. Seperti Benyamin S dan Ida Royani

masuk kerja jam 8 pagi, siaran jam 6-9 malem, ya aloooh saya kucel banget! hahahah. Aduh aduh, mando itu ganteng bener yaaaa!!





Sweetness in The belly

2 komentar
Pada 23 Oktober 2008, saya mewawancarai penulis dari Canada, Camilla Gibb. Buku ketiganya yang berjudul Sweetness in The Belly diterjemahkan oleh penerbit mizan dengan judul LILLY. Naaah, karena beberapa hari lalu ia menghadiri Ubud Writers Festival, jadi mizan membawa ia ke beberapa daerah di Indonesia untuk temu penulis. Dan di bandung, radio mustika lah yang kebagian talkshow dengan dia. Yippiyeee!! orangnya asiiik banget, dan bukunya sangat menarik. Menurut saya lo yaaa. Secara, saya suka banget sama antropologi dan buku camilla ini sangat dipengaruhi oleh pemahaman Camilla pada antropologi. Camilla ini narasumber yang sangat menyenangkan. Ada satu hal yang bikin saya takjub pada camilla. Saat kami berfoto bareng, dia merendahkan kakinya demi tidak terlihat terlalu jomplang dengan kami yang untuk orang setinggi dia, seperti The Hobbit. Jadi bisa dilihat di fotonya, perbedaan tinggi kami gak terlalu jomplang kan, padahal aslinya dia tinggi banget. Ah akyu jadi simpatik padanya



Lilly berkisah tentang seorang perempuan bernama Lilly. Lilly yang perempuan eropa harus hijrah ke Harar, Etiophia, sebuah kota suci bertembok tempat bermukim para wali. Disanalah ia memelajari islam dan menjadi guru mengaji. LIlly pun kemudian menjadi muslimah yang kaffah. Buku ini menarik karena camilla membuat muatan non fiksi menjadi seperti fiksi. Soal latar belakang tempat dan kondisinya, itu nyata. Peristiwa sejarahnya pun nyata. Kisah cintanya yang fiksi. Camilla yang doktor antropologi itu menulis ulang desertasinya menjadi sebuah fiksi yang menawan.


Yang saya suka dari buku ini adalah bahwa camilla tidak terjebak di drama-drama yang sok dibikin tragis. Etiophia yang dalam gambaran umum adalah tempat yang menyedihkan, bergelimangan orang-orang kelaparan, dalam Lilly dilukiskan sangat indah, eksotik, till we imagine that there are a beauty in Etiophia dan kita tau itu nyata. Konflik percintaannya juga tidak cengeng, termehek-mehek jijay gitu. Gak sama sekali. Lilly adalah perempuan kuat, terbiasa menjadi imigran, terbiasa hidup susah, bahkan ketika ia sampai di etiophia, ia harus hidup amat minimal, tinggal di sebuah rumah yang tidak layak huni, makan apa saja, ketemu air bersih pun sulit, dan ia jalani ini semua dengan tidak cengeng. Bahkan ketika ia harus berpisah dengan cintanya, Dokter Azis, seorang dokter idealis yang menjadi kawan sejati untuk berbagi. Saya suka banget ketidakcengengan camilla dalam buku ini. Dia seperti mewakili sesuatu yang ingin saya tulis. Karena saya pun tidak suka menulis sesuatu yang cengeng. Buat saya, tidak ada satupun kisah menyedihkan yang tidak bisa ditulis dengan "terang". Saya muak pada drama termehek-mehek. Bahkan sebuah kematian pun bisa ditulis dengan gaya tidak cengeng. Sudah cukuplah kecengengan didunia ini. Pun ketika camilla menggambarkan islam dalam buku ini, sama sekali tidak cengeng dan norak. Ia tidak selalu berpihak pada islam, tapi ia juga menulis kritik yang tidak membuat kita benci, tapi membuat kita merenungkan kembali. Dalam satu bagian ceritanya, melalui Lilly, camilla mengritik beberapa kebiasaan yang sebetulnya bukan bagian dari syariah, melainkan adat. Salahsatunya mengenai sunat pada perempuan. Ia gambarkan sunat ini dengan begitu brutal, karena memang begitu adanya. Ritual adat ini lebih dari sekedar mengambil sebagian daging dari vagina, tapi juga mengambil sebuah bagian dari hidup perempuan. Lebih lengkap tentang sunat perempuan, bisa dibaca disini


Camilla gibb juga menampilkan islam dengan sangat indah. Dalam wawancara kami, ia bilang, salah satu tujuan ia menulis buku ini adalah sebagai counter attack pada serangan terhadap islam, sejak tragedi 9/11. Camilla lahir di Canada yang sangat memfasilitasi keberagaman. Ia sejak kecil adalah pemeluk kristen, tapi ia juga membaca kitab lain, salah satunya Al-Quran. dan ia pernah ke mesir dan etiophia untuk memelajari islam. Ia bilang, Islam adalah agama yang sangat indah, ada kedamaian disitu. Dan merupakan sebuah ketidakadilan jika islam tidak ditulis dengan berimbang. Camilla juga bilang, sebuah kunci dari fiksi yang kuat adalah "just show, not tell". And she has shown a strong writing trough Sweetness in The Belly.

Dari hijau ke putih, (Mas Aga mizan, Opik produser saya, Camilla Gibb, Attaferin mizan dan si saya yang paling bulet dan paling gelap heuheueheuhe)


Dunia-akhirat

Kamis, 23 Oktober 2008

13 komentar
Haduh haduuuuuh saya berdebar-debar niiih. Mulai minggu depan, saya dan tim akan mulai menggarap project dunia akhirat hahahaha! Ya aloooh, jadikanlah ini penerangku di kubur nanti. Amiiin. Aduh kok jadi pengen ngakak ya baca doa sendiri, tapi ini serius kok aloh.


Tapi sekarang saya harus berkonsentrasi dulu untuk bikin jadwal produksi *cieeeee. Produksi anak kaleeee ahahahaha! *jadi pengen


Dasar manusia suka dramatis si saya ini, dalam kepala saya sudah ada potongan-potongan adegan si saya yang sedang sok gaya mengarahkan si siapa yang didepan kamera hahahaha, terus si saya yang sok serius dalam proses editing, si saya yang mulai manyun karena hari hujan sehingga tak bisa shooting. Edun lah semuanya hahah!


Ah aku deg-degan sekaligus senaaang. Ini seperti fantasy jadi nyata, walaupun dalam skala dan bentuk yang berbeda. Beberapa tahun lalu saya pernah menulis cerpen tentang seorang perempuan yang menjadi sutradara sebuah film indie tentang Semeru. Dan sekarang....ihihihihihih. Gaaak gaak, saya bukan akan membuat film indie kok hehehe. Siap-siap sodara-sodaraaaa, saya akan menyaingi Hanung Bramantyo, dengan film terbaru saya yang berjudul "JIKA SAMSON JADI DELILAH" krik krik krik krik. Garing yaa, emaang! haha untung itu cuma khayalan.

Jadii mohon doanya yaaaa, kalo saya terkenal, saya pasti gak lupa ngasih tanda tangan. Dan siapin aja kamera anda yaa, siapa tau di jalan ketemu saya HAHAHAHAHAHA! yuu mariii

Ia Saminem....

Selasa, 21 Oktober 2008

15 komentar
Suatu hari di tahun 1965...


Ia Saminem. Perempuan jawa, tak bisa baca, rentan jadi janda, punya anak beberapa.


Telah puluhan tahun ia hidup di tiga masa sulit negeri ini. Jaman belanda, jaman jepang dan masa pemberontakan PKI (belum ditambah dengan masa sulit setelah tahun 65). Dulu, saminem pemudi impian pemuda. Tubuhnya yang tinggi sintal, kulit kuning langsat, payudara penuh, pinggul besar, indah pakai kebaya, pastilah membuat ia menjadi incaran para jejaka dan duda, karena saminem punya semua kriteria perempuan cantik pada masanya. Sebutlah berbagai istilah pujangga lama serupa alis bak semut beriring, dagu bak lebah bergayut, dan berbagai idiom lain, semua ada di saminem.


Dari jawa, saminem hijrah ke Bandung, namun tak juga menemukan kehidupan yang lebih baik. Terpisah dari suami, dan harus membesarkan 6 anak, ia tak punya waktu untuk menjadi lemah. Apalagi ketika itu jaman perang. Pernah suatu kali Saminem harus menyeberang sungai membawa semua anaknya, dan berendam disitu sampai keadaan aman. Ketika keluar dari air, beberapa lintah sudah menempel dengan aduhai, semula kurus menjadi gemuk oleh darah.


Ooo ini yang menjadi alasan mengapa di sekujur betis saminem ada beberapa bekas luka yang mengerut. Bayangkan saja suasana ketika itu. Ketika kau bisa mati kapan saja ditebas golok, atau ketika kau kira aman kemudian kau keluar dari persembunyian, namun kau roboh beberapa detik kemudian dengan lobang peluru di kepala dan meninggalkan anak-anakmu yang dalam sekejap jadi yatim. Iya, itulah jaman perang, sodara-sodara. tak sedikitpun bisa terbayang betapa mengerikannya saat itu. Dan saminem menjadi bagiannya. Menjadi satu diantara jutaan perempuan dan anak-anak korban perang.


Suatu hari, saminem habis dapat uang dari temannya, dan ia punya kebiasaan menraktir anak-anaknya makan di warung nasi, ketika ia punya uang lebih. Makanlah mereka di warung nasi pinggir pasar. Saminem dan dua anaknya yang masih kecil, diantaranya si anak rambut merah. Ketika makan, ada segerombolan orang menuju pasar sambil teriak-teriak mengacungkan golok, clurit dan arit. Mimik mereka seperti sedang mencari, orang mana yang akan mereka bantai hari itu. Dengan sigap, saminem menarik kedua anaknya dan menaikkan mereka kedalam beca. Mamang beca yang juga ikut ketakutan mengayuh becak dengan emosional, ingin cepat pergi dari situ, karena hanya ada dua kemungkinan yang terjadi jika ia masih disitu. Mati jadi korban atau menyaksikan pembantaian. Mamang becak, saminem dan kedua anaknya selamat.


Kepedihan akibat perang terus berlanjut. Saminem kembali menjalani harinya. Tidak ada waktu untuk menangis, untuk menjadi lemah. Demi dapat uang untuk hidup, ia berjualan lotek. Pagi buta ia sudah kepasar, membawa puluhan kilo sayuran karena lotek buatannya laku luar biasa. Para serdadu suka loteknya. Para tukang beca ketagihan lotek saminem. Rasa enak, harga murah, ay beli.


Dengan lotek itu pula saminem menghidupi keenam anaknya. Saminem dan enam anaknya selalu berbagi. Hidup pun harus sangat irit, karena memang tak punya apapun untuk dihamburkan. Makan malam dengan segelas beras yang kemudian dibuat bubur amat encer sehingga cukup untuk 7 orang adalah hal biasa. Jika bubur encer jadi makanan utama, jangan tanya soal lauknya. Hanya setahun sekali, anak-anak saminem bisa makan daging.


Diantara 6 anak saminem, ada seorang anak perempuan yang kuatnya sudah terlihat dari kecil. Mungkin karena sudah terbiasa lari menyelamatkan diri dan sembunyi di tempat-tempat yang sulit ditemukan. Anak itu berambut merah tanda kurang gizi, kurus, jarang mandi, baju dekil dan itu-itu saja karena ia hanya punya dua stel, tapi ia super pede dan amat lincah. Suatu hari, tibalah saatnya anak rambut merah bisa sekolah. Itupun bukan dibiayai oleh saminem, melainkan oleh sodara jauh yang ningrat kaya.


Si anak rambut merah ini hanya punya dua seragam yang dicuci dua bulan sekali. Ibunya terlalu sibuk jualan sampai ia tak sempat mencuci. Hari ini pakai seragam A, kemudian pulang sekolah seragam dilempar ke kolong kasur. Besoknya, pakai seragam b. Besoknya lagi, lempar seragam b ke kolong kasur dan ambil seragam A untuk dipakai. Begitu seterusnya. Tidak aneh jika si rambut merah dibilang jorok. Sudah jorok, kelaparan pula. Para tetangga yang keadaannya lebih baik dari saminem dan keluarga, kerap kali mengejek si rambut merah dengan sebuah kalimat yang dinyanyikan "Roti kabakaraaan, si tuti kalaparaaan"*. Nah, anda jadi tau kan siapa nama si rambut merah.


Kini saminem sudah meninggal. Ia meninggal membawa kekuatannya. Ia yang tak pernah sakit parah, tidak punya penyakit jantung, diabetes, ginjal atau kolesterol, menutup mata di usia 93 tahun. Dimakamkan satu liang dengan suaminya yang meninggal puluhan tahun lalu sehingga saminem jadi janda sejak muda. Saminem adalah mbah saya tercinta namun rasis itu, dan si anak rambut merah itu adalah ibu saya :)


Roti kabakaran, si tuti kalaparan"* = Roti kebakaran, si tuti kelaparan

Kepada The Mirath

Kamis, 16 Oktober 2008

12 komentar
Siang tadi saya menghadiri peluncuran buku dan cd Dewi "dee" Lestari, "recto verso". Saya ingat sebuah kalimat dee, yang kurang lebih artinya, ia lebih suka menggambarkan sesuatu dengan bahasa yang bercerita dan tidak klise. Contohnya, ketika dee menunjuk pada seseorang yang terkena flu, ia katakan, orang itu berkali-kali mengambil selembar saputangan dari sakunya dan bla..blaa. Seketika saya berpikir, o iya ya, kok gak kepikiran sih sama saya? oh, alasannya cuma satu, saya belum se"kaya" dee. Kalimat dee sangat membekas di ingatan saya, mengingat menggambarkan sesuatu dengan bahasa yang begitu bertutur dan imajinatif, dengan pilihan kata yang tidak klise adalah kelemahan saya. Masih harus banyak belajar si saya ini. Tapi kemudian saya ingat salah satu blog seorang kawan yang saya pernah satu kali saya temui, dan sisanya, saya kenal ia di dunia maya, dan membaca tulisan-tulisannya. Saya suka. Saya menemui keberbedaan dalam tulisannya. Sebuah sinisme yang segar. Sebuah pusaran multidimensi yang kadangkala pahit, kadangkala manis, kadangkala corny, kadangkala galak, juga kadangkala amat santun. Suatu kali ia pernah bertanya, "lu suka gw nulis kayak gimana?". Keluar sebuah jawaban dari saya yang saya pun sudah lupa. Sebetulnya tidak perlu ia bertanya itu karena saya yakin ia telah menentukan pilihan. Ia yang dengan cerdas bisa menggambarkan ketakutan akan gelap dengan bahasa yang sastrawi, tidak perlu ingin tau ingin bagaimana orang pada tulisannya. Dan siang tadi, dalam hati saya berseru, woi son! iraha maneh nyieun buku?!*


kepada the mirath, saya sangat berharap kebesaran kepalamu itu tidak serius. Yaa yaa, saya tau semua orang butuh apresiasi baik, dan itu akan otomatis kamu dapatkan ketika menghasilkan karya yang bagus. Tak usahlah kau macam Indra Bekti yang gandrung sekali dielu-elukan. Cukuplah kau menulis saja, dan orang akan memujimu. Cukuplah kau buat orang sayang pada "bayi" yang lahir dari jiwamu, dan kau akan tersenyum dengan bahagia kala menemukan tulisan-tulisan seperti yang saya tulis ini, dengan pujian yang tulus karena kami percaya. Percaya pada pikiranmu


*iraha maneh nyieun buku?! = kapan kamu membuat buku?!

Happy & Cheerfull

Selasa, 14 Oktober 2008

16 komentar
Peringatan : kutipan percakapan dibawah disebut vulgar oleh sebagian kalangan. Jadi untuk anda yang suka emosi dengan pembicaraan soal kelamin, mending jangan lanjutin baca deh, nanti situ jadi marah-marah dan mulai bicara soal sensor, etika, moral, dsb. Kalo mau marah-marah, baca blog lain aja ya darleng.

Ini salah satu percakapan dodol saya dengan sahabat saya ami, kemaren sore saat kami sedang sama-sama jenuh dengan pekerjaan. Enjoy...


popi: Nyet, knp sih penis dinamain mr happy? apakah itu berarti mister yg bs bikin happy?
Amingwati: no, karena when your guy is happy, baru dia bisa bangun, haha
popi: eee gak begitu jg nyet. lu kira knp kl laki strees dia mlh pgn ml
Amingwati: bukan happy yg itu
Amingwati: "happy" as in "horny" hauhauuhahua
popi: lalu knp vagina dsbt miss cheerfull?
Amingwati: because intercourse makes you cheerful. "cheerful" as in "horny" hahaha
popi: ooo gituuuu
Amingwati: ketauan deh suka baca cosmopolitan bagian sex and lust.. hihi
popi: ihihihi. gw mah bacanya mangle
Amingwati: hihihi. yang kantornya di deket buah batu
popi: nyet, lu bisa bayangin gak perasaan orang yang lagi having sex trs digerebk?
Amingwati: -krik krik krik
Amingwati: hmmphjhh
popi: krok krok krok
Amingwati: huaaaa. parno nyet. mr happy langsung loyo deh
Amingwati: jamin
popi: mending kalo gitu, kalo gancet gimana nyet?
Amingwati: UHAUHAUHAUHUHAUHAHUAUHHUAUAUAUHUHAUHAUHAHUAUH
Amingwati: popi iiiihhhh
Amingwati: kepikiran, uahuahuauaa
popi: guwe gitu looo, soal mikir yang out of the box mah paling bakat dah. boo, orang gancet itu bisa sampe mati lo
popi: vagina itu emang hebat ya nyet
popi: bisa bikin happy sekaligus bikin mati
popi: anjis itu keren banget kata2 gw
Amingwati: anjis
Amingwati: pol
popi: tuh gw jadiin status ym hahahaha
Amingwati: huahuha
popi: kalo ada yang nanya, gw jawab "vagina"
Amingwati: anjis, uhahuauhauha
popi: hahahahaha, no further answer

emaaak! tolong akyuu

Senin, 13 Oktober 2008

8 komentar
Aduuuh puhlis deeeeh, lagi pengen ngeluh, gak papa kaaan


- Macet ide! kurang produktif bikin storyboard nih

- Dubbernya pada suseeeeeeeeeh kalo disuruh take vokal. Tiga dubber andalan pun susaah! yang satu dateng pagi banget. Yang satu cuma bisa dateng malem (padahal dulu waktu masih punya pacar temen sekantor, mmm semangat banget dianya dateng kapan aja!), buat mantan pacar si dubber andalan gw ini, tanggung jawab lo!! HAHAHAHAHAHAH!!!. Yang satu suka rada bete kalo disuruh take vokal di sela siaran. Ngerti sih, pasti gak nyaman kalo diganggu pas siaran, tapi kamyu salah satu dubber andalankyuu.

pengen bilang...Aduh puhlis deh, masa gw mesti ada di kantor dari jam 6 pagi - 9 malem! kalian pikir gw gak punya kehidupan apa!!! emang segede apa siiih radio ini ngebayar guweeeeeeeeeeeeeeeeeeeeee?!!


- Penyiar disini makin berkurang aja! yang pas buat narator sama dubber yang bisa menjiwai karakter cuma dikit pula! harusnya semuaaaa, namanya juga penyiar, gak beda sama aktor dan aktris. Masa berakting lewat suara aja gak bisa siiih. Masa saya lagi saya lagi siiih yang ngisi suara, nanti jadi radio saya fm doong. To Riri Riza, pilihlah aku jadi artismu *dinyanyikan dengan irama lagu krisdayanti-pilihlah aku

- Ya aloooh, pertemukan aku dengan calon-calon dubber berbakat dooongs. Pliiisss

Bisakah?

Rabu, 08 Oktober 2008

15 komentar
Jika ditanya, siapa orang yang mentalnya paling kuat? sudah pasti jawabannya orang miskin atau orang yang pernah miskin. Kemiskinan dengan segala spektrumnya memberikan banyak sekali pelajaran hidup. Ada sebuah joke sarkas yang pernah saya dengar di lingkungan para aktivis "ah kalo para aktivisnya sendiri belum pernah ngerasain miskin, jangan harap bisa membela kaum miskin dengan sepenuh hati. Paling cuma retorika aja. Atau mereka dibayar mahal oleh NGO".

Bicara soal kemiskinan memang susah-susah gampang. Untuk mengertinya, kita memang harus merasakan sendiri. Jadi bullshit lah itu yang dibilang Jusuf Kalla bahwa dia mengerti penderitaan rakyat, wong dia born rich. Saya jadi ingat pengalaman masa kecil saya. Dulu saya memang miskin (sekarang pun masih, tapi sudah jauh berkurang hahaha). Ibu, saya dan adik tinggal di sebuah rumah tua dengan satu kamar. Hanya kuasa tuhan saja yang membuat rumah itu belum ambruk. kira-kira sepertiga atap rumah saya waktu itu menganga dengan manisnya.

Bisa dibayangkan, ketika hujan, semua air hujan masuk rumah, alhasil kami bertiga sibuk gila mencari wadah apapun yang bisa menampung air hujan agar rumah kami tidak banjir. Tidak cuma itu, ketika malam menjelang, selain udara malam yang menerpa kami yang ada didalamnya, para binatang malam seperti kelelawar, burung, dan kecoa pun dengan bebasnya masuk rumah. Tapi dasar anak-anak, semua konsekuensi kemiskinan ini jadi hiburan bagi saya dan adik. Saya masih ingat, setiap selasa malam dan kamis malam, itu musim kawinnya kecoa. Ada beberapa kecoa yang terbang dan loncat indah disemua bagian rumah kami. Kecoa satu glebeeerrrr! dilanjutkan kecoa dua glebeeerrr! kecoa tiga pun tak mau kalah. Itu mereka disana kecoa-kecoa hitam panjang dengan libido yang udah nyampe ubun-ubun terbang-terbang memikat sang betina. Sungguh aktivitas yang bikin kami bertiga ketakutan. Kurang ajar! padahal badan kami lebih besar, kok takut ya? Dan kenapa juga rumah kami yang dipilih untuk arena kawin?! tapi...dibalik ketakutan itu, kami punya aktivitas yang menyenangkan. Menghindari templokan kecoa! yippiiii!! Kami lari kesana kemari, berbekal apapun saja yang bisa menepak para kecoa, dan ditengah-tengah pelarian itu, kami tertawa-tawa, karena memang aktivitas itu menyenangkan. Itu membuat kami lebih dekat.

Belum lagi, konsekuensi kemiskinan lainnya, ketika semua hal harus kami bagi. Terutama makanan. Sudah tidak aneh, satu roti dibagi tiga, atau dibagi dua dengan adik saya, dan saya dapat bagian yang lebih sedikit. Kata mama karena saya kakak, jadi harus mengalah. Menjadi miskin bagi saya tidak terlalu buruk. Yaa mungkin karena saya pun berada pada level kemiskinan yang tidak terlalu parah. Walaupun keterbatasan menjadi kawan akrab. Sejak kecil, saya sudah belajar menahan keinginan. Waktu SD, saya harus pulang jalan kaki karena tak punya cukup uang untuk ongkos, atau kalo saya lagi gak enak badan, saya naik angkot tapi saya jadi kriminil juga (maaf pada semua pak sopir korban saya). Saya nyetop angkot yang agak penuh, pas turun saya bilang "Pak! ongkosnya dibelakang!" lalu ngacir sambil nyengir. Keterbatasan itu tidak menyiksa kok asal kita anggap itu menyenangkan. Setiap kali hujan, saya buka sepatu, saya ikatkan kedua sepatu saya lalu saya kalungi. Saya hujan-hujanan dengan telanjang kaki. Berkecipak-kecipak di genangan air, kadangkala sambil berendam hehehehehe. Tidak takut kotor, tidak takut sakit. Hey! saya kan anak miskin, manalah anak miskin punya takut. Mati pun tak takut, karena kami tak punya apa-apa. Hujan-hujanan dan bermain dengan genangan air itu menyenangkan! Membiarkan semua rintik hujan menyentuh wajah dan mendengarkan bunyi rintik jatuh ke tanah itu rasa yang luar biasa. nah, anda semua yang waktu kecilnya kemana-mana naik becak atau naik mobil pasti gak pernah kan ngerasain itu?

Menjadi miskin juga membuat kita "kaya". Menyadari kami tidak punya uang untuk mengursuskan saya bahasa inggris, mama pun menjadi pengajar saya. Beruntung, saat sekolah dulu ia termasuk anak yang suka menyimak pelajaran bahasa inggris. Semua benda-benda yang ada didalam rumah ia ajarkan saya bahasa inggrisnya, pun dengan segala sesuatu diluar rumah saya. Dan di umur 4 tahun, saya sudah menguasai ratusan kosakata bahasa inggris (itu luar biasa untuk anak-anak di jaman saya).

Semua benda adalah objek menarik untuk belajar. Mama saya membuat itu menarik. Mama juga mengajari saya matematika praktis. Dan ini membuat saya lebih pintar dari anak-anak seumur saya. Mama pun melihat saya sudah layak masuk sekolah. Dan ternyata, dengan bantuan mantan guru mama saya waktu sd, mulailah saya masuk sd di usia kurang dari 5 taun dan saya jadi anak termuda di kelas. Semua alat belajar saya, mama buat dari benda-benda sekitar. Jika waktu itu, teman-teman saya pake cipoah, saya pake lidi. Sapu lidi mbah saya abis terus tuh saya pake buat alat hitung hehehe. Cuma saya satu-satunya yang membawa sebundel lidi sebagai gantinya cipoah. Tapi ini justru membuat logika saya terasah.

Menjadi miskin juga membuat kita sangat bertoleransi. Bertoleransi dengan rasa lapar, sekaligus bertoleransi dengan keinginan. Sudah biasa bagi saya makan sup daun kelor yang diambil dari belakang rumah. Atau tumis daun katuk yang dipetik dari kebun sendiri. Saya masih ingat, pagi-pagi saya grasak grusuk diantara pohon waluh yang merambat. Apalagi kalau bukan untuk memetik waluh. Tidak takut ulat, tidak takut ular pohon yang warnanya sama dengan dahan waluh, tidak takut apapun. Saya cuma ingin dapat waluh besar-besar untuk kami makan. Dan aktivitas cari lauk untuk makan ini saya anggap bermain. Yaaa, apalagi yang bisa dilakukan oleh anak miskin selain menganggap hidup ini lahan bermain. Tapi kemudian uang masuk dalam hidup kami. Ketika mama saya mulai mapan, punya pekerjaan dan naik jabatan terus, hidup jadi tidak terlalu menyenangkan. Bukan kami tidak bersyukur karena punya uang dan bukan pula kami ingin kembali miskin, tapi..lama-lama uang jadi hal yang amat penting. Bisa gak ya kita bilang cukup pada uang?

Ahhh

Senin, 06 Oktober 2008

13 komentar


Setahun lalu, ketika saya kebagian jadwal siaran jam 6 pagi, harus berkoar-koar gila kala orang masih tidur, saya ngeluh. Sempat manyun-manyun pula karena saya manusia yang susaaah banget bangun pagi. Ah ini sih karma namanya. Saya pun lebih dari sekedar manyun manakala saya nanya alesan saya ditempati di pagi, ke station manager saya. Katanya "biar kamu terbiasa bangun pagi, kalo nanti jadi ibu rumah tangga". What the fuck?! ih bukan alesan yang mumpuni ih! mulia sih niatnya, tapi kenapa mesti ituuuuuuu! tapi kemudian dia bilang juga "hehehehe, gak deeng, sebenernya karena kamu yang mampu jadi trainer anak baru yang akan ditempatkan jadi pasangan kamu". Sedaaap! alesan gini nih yang saya demen hahaha! Nah setelah setaun ini bangun jam 5 pagi, hari ini saya dipindah lagi ke malem. Tepatnya jam 6 sore sampe jam 9 malem. Dan saya pun kembali manyun. Ih saya doyan manyun ya hehehe. Soalnya nih soalnyaa, waktu kemaren siaran pagi kemudian dilanjutkan dengan kerja produser, saya kan pulang jam 5 sore. Nyampe rumah kurang dari s
etengah 6 dan saya masih punya waktu buat melakukan banyak hal, terutama nonton DVD. Berasa banyak banget waktu santai saya ketika itu. Nah ketika sekarang saya baru nyampe rumah jam setengah 10 malem ya iyalah manyun. Artinya, waktu santai saya dan waktu nonton dvd terancam punah! argh!

Tapi ya tapi..menurut sahabat saya Rhonda Ami Byrne, berpikirlah positif. Oke Ibu Tung Ami, saya akan berpikir positif. Siaran malem dalam beberapa hal emang menyenangkan. Saya bisa muterin lagu-lagu jazzy dan lagu-lagu easy listening yang kejamanan sama saya heheh, mood siaran juga jadi romantis romantis gimanaa gitu mengingat studio siaran itu lampunya remang-remang asik romantis, suara saya juga katanya makin keluar aja auranya hahahahaha soalnya banyak yang bilang suara saya emang suara buat siaran malem (ih berasa jadi Jupe deh gw), dan para penggemar saya juga emang gentayangannya kalo malem. Ha? hahahahaha!. Jadiii sebenernya siaran malem gak jelek-jelek amat siiih. Saya hanya kehilangan waktu
waktu teteleponan sama si cintah, kehilangan waktu nonton dvd saya, kehilangan waktu nonton bioskop saya, kehilangan waktu kumpul saya bersama keluarga, dan yang paling penting, saya kehilangan me-time saya. Damn! oke! berpikir positiif, positiiif, positiiif. Ya! mari kita jalani hidup dengan semangaaat!!!


ada yang mau request lagu? anyone?

Sedang ingin

Minggu, 05 Oktober 2008

24 komentar
Saya sedang di warnet, ee pengen ke toilet. Begitu didalem, kok air di closet berwarna kuning, ah siyal! ada yang pipis gak disiram, eee gak cuma itu, ada lendir-lendir mirip ingus gitu, tapi itu bukan ingus!

BABIII! ADA YANG ABIS ONANI GAK DISIRAM!!!!!

Aduh adik-adikku..

Rabu, 01 Oktober 2008

8 komentar
Ok..saya mungkin akan terbaca sangat sok tua dalam postingan kali ini. Yaa mau gimana lagi hehehe, karena saya memang jauh lebih tua dari golongan yang akan saya omongin kali ini. Kita mulai yuu..

Barusan saya baru pulang dari rumah sahabat saya, nganter hidangan lebaran. Dia anak rantau dan gak pernah mudik, dan dia pengen ketupat. Sambil dia menyantap ketupat bawaan saya, ngobrolah saya dengan dia. Intinya kami berdua ngeri sendiri dengan generasi sekarang. Sangat betul adanya yang dibilang para pengamat sosial dan para da'i, katanya ada krisis nilai saat ini. Saya sendiri sangat khawatir pada adik-adik disekitar saya. Ketika adik-adik dan anak-anak tumbuh dikelilingi berbagai teknologi yang memudahkan segalanya, maka menghilanglah berbagai proses belajar. Ini artinya, menghilang pula proses tempaan (besi kaleee). Mau tak mau, saya mesti membandingkan proses tumbuh kembang anak-anak sekarang dengan saya dulu. Jaman dulu, anak-anak tidak dihadapkan pada banyak pilihan, misalnya tv. Cuma ada tvri pada jaman saya kecil. Yaa untuk yang masa kecilnya ditemani tvri, anda tahu benar betapa baiknya tayangan tvri. Usia emas pertumbuhan saya sangat dipengaruhi oleh tvri. Yaaa secara ya boo, dampak televisi kan kuat banget tuh. Dan saya bersyukur saya besar di era TVRI. Kita masih melihat transfer nilai-nilai positif. Saya ingat, didepan tv setia menonton ACI (Aku Cinta Indonesia), atau jendela rumah kita, atau losmen yang walaupun masuk dalam kategori sinetron tapi saya dan mama saya masih bisa melihat ada bentuk tanggung jawab moral si pembuatnya. Kini? rupanya kapitalisme sudah benar-benar merasuk pada hampir semua program televisi terutama program bagi anak-anak dan remaja. Anda bisa lihat sendiri, apa yang nampak dari tayangan tv saat ini


Saya dan teman saya juga melihat ada perbedaan yang sangat jauh pada kualitas mental anak-anak sekarang. Anak sekarang lemah dan manja. Ini saya rasakan benar karena sejak beberapa tahun lalu, saya terlibat banyak dengan kaum muda. Saya pernah menjadi pembicara untuk sekelompok anak-anak pilihan dari semua sekolah di Bandung. Mereka semua peraih beasiswa dari salah satu perusahaan rokok terbesar di Indonesia. Sebagian besar berasal dari keluarga miskin. Diruangan itu saya bisa bernapas lega, karena masih ada anak-anak yang pada mereka saya bisa berharap. Tapi berapa banyak yang seperti mereka? saya yakin, jika ada sebuah riset yang mengelompokan kecendrungan pada anak muda, yang terbanyak pasti pengikutnya cinta laura dan siapapun itulah aktris-aktor remaja masa kini bentukan dinasti dari India yang memulai pengrusakan mental bangsa dengan semua produk mereka. Rupanya mengikuti trend, menghabiskan uang orangtua, dan berhura-hura lebih menarik bagi kebanyakan kaum muda sekarang. Belajar dari kerasnya hidup sudah tidak menarik lagi.


Saya masih ingat dulu sejak saya kecil sampai remaja, orangtua saya tidak pernah dengan mudah memberikan apapun. Keinginan saya harus saya usahakan sendiri jika ingin dapat. Saya ingat ketika smp, saya harus memutar otak mencari cara untuk dapet uang halal demi bisa fotocopy bahan sekolah lebih banyak. Diumur segitu pun saya udah punya malu karena ngerepotin orangtua terus. Ketika sma, saya harus latihan vokal lebih tekun pada guru seni saya di sekolah karena saya pengen masuk jadi tim inti paduan suara dan vokal grup karena dengan begitu saya dibayar setiap ada job nyanyi dan berhasilah saya. Ini terbawa sampe kuliah, karena pas kuliah saya dapet uang lumayan dari nyanyi sehingga gak full minta uang orangtua. Dan sekarang, saya merasakan benar manfaat tempaan itu. Tempaan ketika kita tidak mendapatkan segalanya dengan mudah, tempaan cara didik orangtua saya yang ketika itu membuat saya manyun-manyun jijik. Karena mereka, saya jadi lebih menghargai uang, menghargai orangtua dan upayanya, dan terlebih lagi, saya jadi lebih menghargai hidup. Saya jadi kuat mental, tidak mudah menyerah, memiliki empati, dan yang pasti, saya lebih sehat karena banyak bergerak hehehe. Kondisi ini jelas sangat berbeda dengan anak-anak sekarang yang mau dapet sesuatu tinggal merengek minta orangtua. Dan sayangnya, pola didik para orangtua sekarang pun sudah berubah. Alih-alih mendidik anak untuk mengusahakan apa yang diinginkannya, orangtua malah dengan mudah memberikan apa yang anak mau. Dimana proses belajarnya? Bagaimana anak mau belajar menahan keinginannya jika ia tahu dengan merengek ia akan mendapatkan apa yang ia mau? Tidak sadarkah orangtua, bahwa pola didik macam itu akan berimplikasi pada perkembangan mental anak.


Saya melihat di sekitar saya, orangtua sekarang lemah. Mereka yang disetir sama anak. Makna "sayang" sudah berubah sekarang. Dalam benak orangtua saya, makna sayang berarti membuat anak jadi mandiri, cerdas, punya daya tahan menghadapi kenyataan. Tapi kini..sayang itu berarti memberikan semua yang diinginkan anak. Termasuk hp berfasilitas canggih padahal isinya cuma dimanfaatkan untuk motret muka sendiri. Ngasih ipod dengan tidak memberitahukan konsekuensi pake ipod saat di kendaraan. Memasang internet dirumah dengan tidak membekali anak dengan mindfilter, daaan lain-lain. Yaa yaa, saya melihat tekanan peergroup itu berat, tapi jika seseorang punya mental yang kuat, sebagaimanapun peergroupnya, ia punya kuasa untuk menolak jika dampak peergroup itu tidak baik.


Beberapa hari lalu, saya melihat beberapa pasang remaja usia smp sedang bercengkerama di daerah gelap depan kantor saya (kantor saya diruko yang kalo malem remang-remang pas buat berasyik masyuk gituu). Saya pun sempat-sempatnya mengintip. Mulai dari ciuman sampai melakukan gerakan lain yang lebih agresif. Waduh! pas saya seumur mereka,
paling cuma tuker-tukeran surat cinta. Itupun bahasanya gak aduhai amat. Yaa seaduhai-aduhainya paling "4x4 = 16, sempat gak sempat mohon dibalas". Ketika itu, manalah berani saya ciciuman, petting, boro-boro intercourse. Selain takut sama Aloh, saya juga takut sama orangtua. Nah, ketika sekarang saya cukup dewasa untuk memilih, yaa saya lakukan apapun dengan sadar dan bertanggungjawab. Pake kondom! hahahaha! eee kok jadi kesitu. Aduh posting ini kalo diterusin bakal jadi esai 50 halaman, pokoknya intinya, saya dan sahabat saya sangat ngeri dengan perkembangan anak-anak sekarang, karena mereka besar didunia yang sudah tidak baik lagi. Kemudian saya dan sahabat saya sampai pada satu kesimpulan. Terkutuklah Raam Punjabi!!!!

Huks..huks..

3 komentar
Kepada semua orang yang pernah membaca blog saya dan pernah sebel, kesel, memaki atau apapun itu hal yang buruk sehingga anda jadi berdosa, maafkan saya. Semoga kita semua menjadi lebih baik setelah musim maaf-maafan ini. Amen

Copyright © 2010 ParadoxParade | Free Blogger Templates by Splashy Templates | Layout by Atomic Website Templates