Bebe...

Sabtu, 19 Desember 2009

32 komentar
Anakku sayang,

Tidak mudah menerimamu ada di tubuh mama. Mama tidak tumbuh dengan konstruksi bahwa perempuan harus menjadi ibu nantinya. Nenek kamu pun tidak menyiapkan mama untuk menjadi ibu. Ia lebih memilih untuk membiarkan mama tumbuh seperti yang mama inginkan. Jadi menerima kehadiranmu dalam hidup mama, bukan sesuatu yang sudah dipersiapkan. Kamu benar-benar merupakan kejutan. Kejutan yang ajaib.

Ketika 6 bulan lalu, di layar itu terlihat sebuah bundaran kecil, mama kaget. Karena ini benar-benar diluar dugaan. Mama mengalami kesulitan untuk memiliki ikatan batin denganmu. Semua mama lewati dengan datar-datar saja. Butuh usaha keras untuk memunculkan ikatan batin itu.

Baru ketika bundaran kecil tadi tumbuh pesat dalam satu bulan, dan secara ajaib, bulan berikutnya, di layar itu sudah terlihat sebuah kepala kecil, lengkap dengan tangan, itulah saat ajaibnya.

Pertama kali melihatmu, mama tak bisa berhenti menangis. Rupanya, beginilah rasanya.
Mengetahui ada seorang manusia tumbuh di rahim mama adalah sebuah kelucuan yang ajaib
Mama tidak bisa berhenti tersenyum sendiri, lalu menangis, lalu tersenyum, lalu menangis lagi, ketika melihat fotomu dengan kepala kecil itu.


Lalu sejak sebulan ini kamu sudah lincah bergerak dan menendang, ikatan itu jadi makin kuat. Pertama kali merasakan tendangan kamu, mama menangis. Kamu bergerak sayangku. Kamu sudah bisa mendengar mama ngobrol sama kamu, dan tiap mama siaran dangdut, tendangan kamu makin sering. Apakah kamu sedang goyang-goyang didalam sana?

Tak terbayang jika tiba-tiba kamu direnggut dari mama
Seperti lagu Barry Manilow yang tiap hari mama nyanyikan buat kamu "You know i can't smile without you. can't smile without you. I can't laugh, and i can't sing. Finding it hard to do anything. You see i duuu duuuu"
Mama gak bisa senyum lagi, gak bisa ceria.

Kamu yang bikin mama merasa harus kuat setiap hari, di tengah situasi sesulit apapun
Maafkan mama ya nak, kamu ikut menanggung semuanya
Kata sahabat mama, Mbok Darmi yang suka tengil itu, kamu akan jadi anak yang kuat suatu hari nanti
Mama yakin juga begitu. Kamu akan bisa bertahan menghadapi semua yang datang dalam hidupmu.
It's in our blood. Buyutmu, Nenek, mama, lalu kamu. 

Suara pun Bergoyang

Rabu, 16 Desember 2009

11 komentar
Sudah lebih dari satu bulan ini saya gantiin penyiar lain yang cuti melahirkan. Bawain program dangdut.  Oh sunggguhpun awalnya saya mabuk bukan kepayang. Bawain program ini ternyata menyiksa! Dua jam berada di studio, memilih lagu, menerima telpon, semuanya gak saya nikmati. Ya, saya memang aslinya gak suka dangdut, walau saya senang dengan kajian segala jenis music, termasuk dangdut. But to listen to it over and over? Membunuh pelan-pelan! *lebaaay*. Setiap hari nerima request lagu bang haji adalah sesuatu yang ooooh sungguh mengganggu. Ya, saya memang bener-bener antipati pada bapak yang satu itu. Seorang temen kantor bilang, katanya para pendengar dangdut  itu sulit sekali diajak “lebih berisi”, dan kebetulan penyiar sebelumnya itu rada Malaysia book buat menambah “isi” acaranya. Dia dan pendengarnya maunya denger lagu dan request doang. Hmmm..tantangan nih! Udah dengernya dangdut, masa mau bego juga?! Lalu saya mengubah konsep acaranya. Pengennya acara itu bukan Cuma request. Eh ternyata kok sambutannya bagus banget. Yang telpon sekarang bukan Cuma request, mereka udah mulai terbiasa dengan rangsangan-rangsangan informasi  dan ternyata they want more! Bahkan ketika saya bilang mau datengin nara sumber buat segala talkshow, mereka sangat semangat kasih masukan tema. Lalu 2 hari lalu, datanglah sambaran petir di siang hari itu *JLEGARRR JLEGERRRR! WUUUSHHH* (CERITANYA PETIR DAN ANGIN). Bos saya bilang “Pop, mulai januari 2010 kamu permanen yaaaa jadi host acara itu. Oh! Jadinya 3 jam!”. Mampus aku inaaang! Bunuhlah aku dengan pedangmuuu *ya olooo melodi lagu dengdeus yang ini kok tiba-tiba nyelonong di kepala*.  Temen-temen saya yang ingin menjerumuskan saya pada lembah hitam kenistaan itu sontak bersorak kompak “IYAAA! SETUJJJUUUU!!”. Kampret kalian semua! Kompak pula mereka dengan alasannya. Katanya acara dangdutnya jadi  “ngota dan pinter” setelah dibawain sama saya. Iyee! Acaranya jadi ngota, gw jadi gila! Membawakan acara itu selama dua jam aja udah mimpi buruk, ini 3 JAM!!! Ini sih lebih dari mimpi buruk jadi kenyataan. Pas kemaren saya cerita sama suami kalo saya bakal jadi permanent host acara itu, dia ngakak jaya. Monyong!

“Ya Allah, kuatkanlah iman hambaaaa untuk menerima takdir iniiii” *dengan gigi gemerutuk dan suara bergoyang*. Tuuuh kaaaan gw udah mulai dangduuuut. Suara aja bergoyang! Oemjiiii, sepertinya saya kena tulah setan dangdut! Teeerlaaaluuu








Arung jeram

Senin, 14 Desember 2009

7 komentar
Udah lama banget saya gak naik kendaraan umum, terutama bis. Namun tadi, akhirnya saya naik bis juga. Lumayan lama, satusetengah jam. Kembali lagi satu tempat dengan segala macam bau. Kalo istilah temen saya, itulah bau realita. Sedangkan aroma segar yang kami cium di kantor, diruang ber-ac yang manusia seisinya berpakaian bersih dan memakai parfum, itu bukan bau realita. Di bis pula biasanya saya bertemu dengan berbagai macam kisah, berbagai macam manusia. Dari yang nyebelin, sampe yang membuat saya merenung. 


Tadi, di sebelah saya duduk seorang bapak berusia 60-an tahun. Ia lalu bercerita banyak. 40 hari lalu istrinya meninggal. Tiba-tiba anfal karena stroke, dirawat satu hari dirumah sakit lalu meninggal. Sejak itu hidup sang bapak berubah. Seperti kehilangan separuh jiwa, begitu bapak itu mengistilahkan kehilangannya. Pandangan bapak itu seperti menerawang ke masa lalu tiap kali bercerita tentang kelebihan istrinya. Dan wajahnya langsung sedih ketika ia bilang "selama bertahun-tahun mendampingi saya, tidak pernah istri saya menyakiti hati saya. Ia punya kesabaran luar biasa. Selalu ingat menolong orang lain, dan ia pribadi yang sangat bijak". Waw, kata-kata itu pastilah berasal dari rasa hormat yang sangat dalam. Bapak itu juga bercerita bagaimana istrinya selalu memberikan pertimbangan-pertimbangan yang sangat rasional, dan ini menjadikan ia partner dan penasehat yang sangat hebat. Then i think, what a perfect relation they've had. Selama bapak itu bercerita tentang istrinya, saya cuma mendengar tentang kekaguman, rasa hormat yang dalam dan penghargaan yang tinggi terhadap istrinya. Cerita bapak itu membuat saya merenung selama perjalanan. 

Dalam dunia yang depresi seperti sekarang, masih bisakah kita punya cukup kepekaan untuk memperlakukan orang lain dengan baik? Gak usah dulu ke orang lain, ke pasangan sendiri aja deh. Di tengah dunia yang serba instant, masih punyakah kita cukup kesabaran untuk selalu melihat sesuatu dari esensinya?. Bapak tadi dan istrinya, adalah generasi dari masa lalu, ketika nilai-nilai moral masih jadi dasar berperilaku. Yaaa walaupun tiap-tiap jaman memiliki kesulitannya sendiri, dan tentulah tidak adil menjadikan "gangguan minimal" yang dimiliki jaman bapak tadi dan istrinya bertumbuh sebagai bentuk pembelaan atas carut marut jaman ini. Ya, kita semua, yang dikatakan generasi sekarang, tumbuh di tengah jaman yang sangat kacau. Jaman yang menganggap nilai moral cuma retorika.  Kemudian saya berpikir lagi, is it too hard for us to be a good person? terlalu sulit atau kita terlalu malas untuk melawan arus?

Email seorang teman

Minggu, 06 Desember 2009

9 komentar
Sebuah imel saya terima dari  seseorang bernama Via, setelah saya memposting tulisan yang ini, isinya begini :



"Dear mbak brokoli, saya gak sengaja mampir ke blog mbak, dan membaca postingan Angelus Ferutus. Easy for you to say. Kamu bukan korban kan? mungkin mudah buat orang yang gak ngalemin kekerasan untuk ngomong "kuat dong! kamu pasti bisa!", tapi kenyataannya, susah! saya korban kekerasan fisik orangtua saya dan ini membuat saya jadi gak percaya diri, dan jadi lebih sering nyalahin diri sendiri. Saya pengen gak begini, tapi semuanya udah terlanjur membentuk saya"

My dear via, seandainya saya bukan korban. Tapi sama denganmu, saya pun punya latar belakang yang menyakitkan berkaitan dengan kekerasan. Untuk temen-temen yang baca ini, let me share my story. Saya tidak ingin dikasihani, dan tolong jangan kasihan, karena, puji tuhan, saya sudah sampai pada tahap "done with the past".

Memiliki keluarga yang bahagia, punya orangtua yang utuh dan penuh kasih, tentunya jadi impian semua orang. Tapi sayangnya, ini tidak terjadi pada saya. Dari kecil sampai sekarang, saya cuma mengenal kasih sayang mama. Ia bukan janda, tapi mengalami nasib seperti para janda, karena ayah saya kurang bertanggung jawab pada keluarga. Ia mengabaikan kami, tidak berperan sama sekali dalam setiap fase pertumbuhan anak-anaknya (setelah dewasa, saya tahu bahwa ia memiliki keluarga lain), sehingga akhirnya, mama saya mengambil semua peran, sampai saat ini. Karena itu ia harus bekerja ekstra keras agar kami dapat makan dan sekolah. Supaya ia dapat bekerja seharian, saya dititipkan pada nenek. Bukan sepenuhnya salah nenek, jika  yang ia lakukan kemudian pada saya adalah bentuk kekerasan terhadap anak dan kekerasan dalam rumah tangga. Ia tumbuh di masa lalu yang penuh kesulitan. Hidup di jaman penjajahan dan harus menghidupi banyak anak sendirian tentunya bukan hal yang sama sekali mudah. Ia pun sudah sangat terbiasa dengan kultur kekerasan, sehingga cuma cara itulah yang ia tahu. Jadi ketika ia menyeret saya puluhan meter dan memukuli saya pakai sapu lidi  cuma karena saya maen keluar pager, saya cuma bisa nangis. Saya tidak benci dia, terutama ketika setelah dewasa, dari mama saya mendengarkan kisah hidup nenek yang sangat pedih. Lalu saya mengerti siklus itu. 


Bukan cuma dari nenek saya mendapatkan perlakuan penuh pukulan, hinaan dan you name it lah. Dari orang lain dirumah nenek pun saya dapat. Semua perlakuan itu menciptakan sebuah trauma. Saya jadi senang ngumpet di kolong-kolong setiap  kali merasa takut, lalu mulai menciptakan  melodi-melodi asal bunyi dan mulai bersenandung dengan harapan dapat melupakan apa yang terjadi barusan. Dan pada akhirnya, saya menarik diri dari pergaulan teman-teman sebaya, karena bermain berarti mengulangi penderitaan. 

Pada saat yang sama, sekolah yang tadinya menjadi tempat pelarian saya, ternyata menjadi tempat yang justru memberikan kengerian berikutnya. Popi kecil yang periang, cerewet, pemberani tiba-tiba berubah karena seorang guru melakukan kekerasan seksual padanya. Ini terjadi beberapa bulan, sampai menjelang saya kelas 3 SD. Setiap saat saya merasa ketakutan, terutama jika ia sudah memanggil satu persatu anak perempuan ke mejanya untuk membacakan isi CBSA keras-keras. It was nightmare dan saya benci cbsa. Tapi apa yang bisa dilakukan seorang anak kecil kelas 2 sd? saya baru berani bilang ke mama saya setelah saya kelas 3. Lalu mama lapor ke sekolah, dan diadakan penyelidikan, lalu terurailah kebenaran. Bukan cuma saya korbannya. Si guru dipecat. Kok cuma dipecat? Jangan tanya saya, tanyalah kepala sekolah SD saya hehehehe. Kalo kata imel dari Via, ia jadi tidak percaya diri, well, sama. Saya pun begitu. Gak cuma gak percaya diri, tapi selama bertahun-tahun sampai dewasa, luka itu tetap ada, beserta traumanya. Muka laki-laki itu dan apa yang dia lakukan ke saya sering banget nyelonong jadi mimpi buruk. saya pun jadi benci laki-laki. Sempet juga naksir sama perempuan. Ngerasa bahwa saya perlu melindungi mereka, dan boro-boro saya pengen nikah. Igh! setiap kali inget muka laki-laki itu saya jadi marah, banting-banting segala, dan jadi frustasi sendiri.  Sampai suatu ketika, sebuah dialog dengan seorang teman menyadarkan saya. Saya lalu melakukan "proses penyembuhan" luka batin dan berhasil. Sampai suatu ketika, setelah saya dewasa, saya sebelahan sama laki-laki itu dan saya masih ingat benar detil mukanya, sedangkan dia cuma berdiri disitu, seperti tidak mengenal saya. Dan mungkin memang dia tidak kenal saya, karena saya sudah jauh berubah. Tapi eh kok saya gak marah lagi, padahal bisa aja saat itu saya mengingatkan dia pada apa yang dia lakukan pada saya. Tapi saya tidak lakukan. Saya sudah tidak dendam lagi. I'm done with my self.

Untuk Via, menjadi korban memang  bisa menjatuhkan kita ke titik terendah dalam hidup. Menghancurkan kepercayaan diri kita sampai tak bersisa sama sekali. Tapi seburuk apapun yang kita alami,  kita akan selalu punya pilihan. Then up to us, mau hancur bersama masa lalu, atau mau menjadi lebih kuat untuk masa depan. Dan percayalah, bahwa kita tidak akan pernah sendirian melalui semuanya :)

Melodi Melodius

Jumat, 04 Desember 2009

7 komentar



Kangen sama Spin Doctors. Sekarang nih, sedang saya puter two princess. Lagu-lagu 90's emang asik, dan jaman saya pulaaa. Yaaa keitung lagi lucu-lucunya laah di jaman itu. Eh loh loh, ini lagu mandi madu kok tiba-tiba nyelonong di kepala saya. Eh hush! hush! igh, susah banget menghilangkan melodi-melodi lagu dangdut dari kepala saya. Bukan karena saya terlalu cinta sama dengdes, sebaliknya, ini kayak jamannya lagu Gerimis Mengundang selalu terngiang-ngiang di kepala, sampe liriknya saya apal banget, dan itu semua karena saya sebel sama lagunya. Pun dengan dangdut. 

Setiap senin-sabtu siaran dangdut dua jam sebetulnya adalah siksaan teramat luar biasa *lebay banget lo pop*, tapi yaaa namanya juga tugas ya bok. Kalo dipikir-pikir, rada gila juga saya siaran sehari tiga kali dengan karakter program yang sama sekali berbeda, membuat saya harus men-switch gaya siaran. Pagi dangdut, menjelang sore berita, dan malem 90's mancanegara. Beda banget kan karakternya? Segmennya pun beda banget. Dan penyiar itu emang gak beda kok kayak para aktor. Seringkali kita harus memerankan berbagai karakter, walaupun tentunya setiap penyiar  memiliki karakter bawaan yang diistilahkan dengan Air Personality. 

Apalagi jika kita bersiaran di radio daerah, dimana semua radio disini masih bermain di ranah multisegmen, maka  kita dituntut menjadi penyiar all around, alias kanan kiri ok *dono pisaaan*. Tapi ini menarik. Sama menariknya dengan memelajari sejarah dangdut (tanpa mendengarkannya hihihihihih) kemudian melancong pada kajian musik melayu dan gambus, lalu tiba-tiba baca artikel seputar woodstock taun 70-an  dan  membayangkan seandainya Si Jim Morrison itu mau manggung disitu dan berpuisi sambil telanjang ihihihihihihihih. Saya rasa inilah yang membuat saya cinta pada profesi penyiar. Profesi ini memberikan kita kesempatan lebih banyak untuk menelusuri, mencermati dan mengapresiasi segala warna kehidupan

Angelus Ferratus

Jumat, 13 November 2009

7 komentar



Anda adalah seorang ibu yang baru saja kehilangan anak. Anda tertekan, bingung, kalut. Beberapa minggu kemudian, anda terima kabar dari kepolisian, anak anda telah ditemukan, dan katanya semua itu atas usaha keras kepolisian. Dengan hati gembira dan langkah buru-buru, anda memasuki kantor polisi, berharap segera bertemu sang anak yang hilang. Apa yang terjadi? Seorang komandan polisi menyodorkan anda seorang anak yang bukan anak anda, dan didepan semua wartawan, anda dipaksa mengakui itu anak anda, demi perbaikan imej kepolisian. Semua ibu pasti bisa mengenali anaknya, walau dalam mata tertutup sekalipun. Tapi para polisi jahat membuat propaganda agar publik tidak percaya pada anda. Betapapun para polisi menekan anda dengan segala cara, kebenaran tak bisa disembunyikan. Anda tetap berusaha meyakinkan semua orang bahwa anak itu bukan anak anda. Sampai kemudian polisi kehabisan akal, dan memasukan anda ke rumah sakit jiwa. Disana anda menemukan fakta menyedihkan bahwa hampir semua perempuan pasien rsj ini adalah perempuan-perempuan waras yang menyuarakan isi hatinya, pikirannya, dan sudah bisa ditebak, mereka dianggap menentang kepolisian. Disini mereka dibuat jadi gila. Ada seorang istri polisi yang melaporkan tindakan KDRT suaminya dan ia langsung dimasukan ke RSJ dan seorang pelacur yang berusaha melawan polisi. Anda, salah satu calon dibuat gila. Tentu saja karena anda dianggap mengancam imej kepolisian.

Buat temen-temen yang udah nonton film Changeling, rentetan peristiwa diatas tentu gak asing lagi kan. Angelina Jolie berakting dengan amat sangat bagus sebagai Christine Collins dalam film yang lumayan  depresi ini. Dari awal terlihat perjuangan seorang perempuan membuktikan keyakinannya, harapannya, tapi ketika upayanya mulai mengancam eksistensi pihak lain, perempuan lalu dipasung. Persis seperti yang saya tonton di film Iron Jawed Angels, dengan Hillary Swank yang berperan sebagai Alice Paul. Settingnya di tahun 1910-an ketika perempuan belum punya hak pilih dalam pemilu Amerika. Tidak punya hak pilih artinya tidak punya hak politik, artinya pula, tidak punya hak untuk menyuarakan aspirasi dalam bentuk apapun, dalam bidang apapun, bahkan dalam lingkup terkecil, keluarga. Lalu sekelompok perempuan yang meyakini bahwa perempuan harus punya keterwakilan di parlemen, melakukan berbagai upaya untuk membuat parlemen memberikan hak bersuara dan hak memilih pada perempuan. Sudah bisa ditebak, buah pikiran yang tidak sesuai dengan sistem yang berlaku pasti dianggap sebuah penentangan. Dan itu berarti subversif. Ketika sistem sudah kehabisan akal untuk membungkam para perempuan yang pantang menyerah memperjuangkan keyakinannya, maka mengenyahkan mereka adalah pilihan terakhir. Dimasukkanlah Alice Paul dan teman-temannya ke dalam sebuah "kamp konsentrasi". Disana mereka mendapatkan berbagai perlakuan tidak manusiawi. Penganiayaan, kekerasan fisik, psikis dan seksual, dan yang paling menyedihkan adalah, dipaksa mengakui apa yang bertentangan dengan yang mereka perjuangkan. Tapi benar bahwa Tuhan tidak tidur. Dalam sebuah  sel sempit yang kotor, ketika sebuah jiwa dirundung depresi dan mati menjadi hal yang tidak ditakuti lagi, sebuah surat pun ditulis. Surat yang  menjadi awal dan akhir bagi semuanya. 






Dua film yang saya ceritain diatas terkesan sangat depresif ya? Hehehehe. Tapi yang menarik adalah, darinya kita seperti sedang melihat cermin terhadap apa yang terjadi di sekitar kita, setiap hari, setiap saat. Kisah nyata kita, para perempuan di muka bumi. Yang kerap kali dibungkam, atau dipaksa bungkam, atau dibujuk untuk bungkam, ketika kita akan menyuarakan isi hati dan buah pikir. Tadi malem, saat jeda lagu pas siaran, saya membaca sebuah berita koran. Seperti Christine dan Alice, Li Ruiri, pun berniat mengatakan kebenaran dan minta keadilan terhadap apa yang terjadi pada dirinya. Ribuan kilometer ia tempuh demi mengadu telah diperlakukan tidak layak oleh teman sekelas dan gurunya. Namun apa yang terjadi? Ia malah ditahan, dan diperkosa oleh sekelompok geng di tempatnya ditahan, Black Jail. Sebuah penjara tersembunyi yang letaknya bisa dimana saja. Di hotel murah, rumah tinggal milik negara yang sudah tidak dipakai lagi, rumah perawatan atau rumah sakit jiwa. Sebutkanlah semua tempat yang identik dengan kotor, jorok dan menyeramkan, disitulah black jail bisa dibuat. Black Jail bukan dalam film. Ia nyata, senyata yang dialami seorang mahasiswi bernama Xu Jian, yang ditahan di black jail karena ia memohon pemerintah mau membantunya agar dapat diterima kembali oleh universitas yang menskorsnya karena nilai jelek. Di penjara gelap ini ia diperkosa petugas keamanan. Entah berapa banyak sudah warga Tiongkok yang jadi penghuni black jail karena memperjuangkan keadilan. Adalah Hu Jintao yang kini seperti kebakaran jenggot karena justru pengakuan para mantan penghuni black jail ini muncul berbarengan dengan kedatangan Barack Obama ke Tiongkok, kamis lalu. Seperti tamparan buat negara bukan? Para pemimpin kita sepertinya harus dibikin kebakaran jenggot dulu untuk mulai bergerak, atau setidaknya, untuk mulai merasa malu.



Untuk semua yang membaca posting ini, terutama mereka yang selama ini masih berpikir bahwa perempuan adalah makhluk kelas dua, yang tidak pantas didengar, yang katanya lebih banyak bertindak berdasarkan hati sehingga menjadi tidak logis, please, lihatlah kami dengan adil. Kami pun manusia yang punya kebutuhan dan kehendak, Kami makhluk berdaya  maka itu kami bisa dijadikan mitra, cuma persepsi miskin penghargaan atas kami yang hampir selalu mengaburkan keberdayaan itu, kami butuh eksistensi dan punya eksistensi, dan berhak bersuara serta didengar. Kenapa tidak kita buat saja dunia yang indah karena sebuah sinergi yang pula indah.


Untuk para perempuan, my dear sisters, jangan pernah takut untuk bersuara, karena sebuah suara bisa mengubah hidup, bahkan sejarah.

Posting apa-apaan

Kamis, 12 November 2009

3 komentar
HAAAAAAAAAAAAAAI!!! giling! udah lama banget gak posting hihihih. Apa kabar semuanyaaa? yang di kanaaaan?! yang di kiriiiii?! (berasa konser dangdut ya mak?). Oh saya mengalami kemalasan akut untuk posting dan blogwalking. Entah karena jenuh pada dunia maya atau memang lagi males ajaaa. Semoga kabar temen-temen semuanya baik adanya. Ketika posting ini ditulis, ada dua bayi kucing tiba-tiba nyeruntul dari halaman depan rumah saya dan masuk rumah. Oh mereka sangat berisik. Semoga saja tidak pipis di karpet warnet. Suami saya pun dari tadi manyun, kata dia "kita udah punya 3 kucing, jangan adopsi lagi yaa". Oh tapi dua bayi ini sangat lucuuuu. Tidak tega membuang mereka dari rumah hihihihihihihi. Eeeeh jangan gigitin kabeeeeel! Eh sorry, saya sedang ngomong sama dua makhluk kecil ini, bukan sama anda. Saya yakin anda gak suka gigitin kabel kan? Eeeeh kok pindah kabeeeel?! Okeee sekarang mereka sedang bergulat deket CPU. Oh ya tuhan, kuatkanlah hatiku untuk tidak mengadopsi anak lagiiiiiii *tangan menengadah ke langit*. Ah postingan ini sungguh apa-apaan. Ya yaa ini karena saya bingung mau nulis apa, tapi pengen nuliiiis. Ya sudah, saya pergi dulu yaaa. Sepertinya dua bayi kecil yang lucu dan imut ini butuh susu. Tataaaah

huhuhuhuh

Minggu, 11 Oktober 2009

30 komentar
Dari sebuah warung, terdengar suara anak menangis. Tidak lama kemudian, seorang perempuan mulai berteriak dalam bahasa jawa. Lantang, kasar dan menusuk.


"Diem kamu! Mau saya pukul ha? Suruh siapa nangis?! diem kamu!"



Suara tangis anak itu makin keras



"Diem! (plak!). Kalo kamu gak mau lagi saya suruh-suruh, tak puntir kepalamu!!"





Astaghfirullah! Saya langsung bergidik ngeri membayangkan pribadi macam apa yang tumbuh dari cara didik seperti itu. Dan memori kolektif saya sontak kembali ke masa lalu, pada mama.


Hari itu hujan deras mengguyur bandung dari pagi hari, berlanjut sampai siang, saat anak-anak SD Pajajaran pulang sekolah. Senyum saya mengembang melihat hujan, tandanya saya akan pulang hujan-hujanan dan bisa maen di genangan dan kubangan lumpur. Kedua sepatu ditalikan lalu saya kalungkan di leher. Tak enak main hujan sambil pakai sepatu. Satu jam kemudian saya sampai dirumah, dengan warna seragam yang sudah berubah. Belepotan lumpur, akibat tadi berlagak jadi kudanil. Melihat saya yang sangat dekil, mama cuma senyum dan nyuruh saya mandi, lalu makan. Ia tidak marah sedikitpun.


Pada  hari kartini, semua anak perempuan wajib pake kebaya dan kain, saya pun pake, yang gak mau pake disuruh bikin karya tulis tentang kartini minimal 3 lembar folio, ih males doong. Mama tau saya tidak suka pakai kebaya dan kain. Sebelum memakaikan kain, mama nyuruh saya pake celana pendek, katanya "Kalo kamu susah jalan, angkat aja kainnya, jalan pake celana pendek lebih enak kan?". Saya pun tersenyum lebar. Mama pun tidak mengoleskan make up warna-warni di muka saya, "Kamu bakal kayak ondel-ondel kalo pake make up" katanya. Dibanding berusaha membuat saya jadi putri keraton sehari, mama memilih untuk tetap membuat saya nyaman.


Ketika di kelas 2 sd, saya menjadi korban pelecehan seksual dari guru saya, yang akhirnya membuat saya menjadi anak yang benar-benar berubah, saya cerita pada mama. Ia menangis dan memeluk saya. Saya tau ia merasa bersalah bertahun-tahun atas kejadian itu. Tapi ia tidak tahu, bahwa seberapa burukpun kejadian itu, saya bersyukur telah dibesarkan oleh seorang ibu yang melaksanakan tugasnya dengan amat sangat baik, karena saya bisa saja berakhir lebih buruk jika bukan karena didikannya. Bertahun-tahun kemudian, kejadian itu dan pola didik mama, justru membuat saya menjadi orang yang lebih baik. Saya terbentuk menjadi orang yang kuat, percaya diri dan punya kuasa atas diri sendiri.




Beranjak besar, saya sempet salah gaul. Waktu itu saya kelas 6 SD. Saya dan temen-temen maen ke toko buku, ada stationery lucu-lucu di salah satu rak (pada masa itu stationery lucu adalah hal paling happening dalam pergaulan anak SD). Temen saya ngajakin saya ngutil. Saya pun nurut. Beberapa penghapus mirip permen masuk saku saya. Di luar pintu toko buku, seorang satpam menarik tangan kami. Setelah diinterogasi di sebuah kantor, mama saya dipanggil. Sampai dirumah, mama cuma diam. Saya tau ia marah banget sampai tidak mau mengajak saya bicara. Ketika akhirnya ia mau bicara, ia cuma bilang "Kita memang orang miskin, tapi kita bukan orang jahat". Sejak itu saya tak mau lagi nakal. Tidak diajak bicara oleh mama rasanya menyakitkan.


Belasan tahun kemudian saya sudah dewasa, sudah pacaran, suka berdua-duaan pula, dan mama tau itu. Suatu hari, ia mengira saya hamil karena saya udah lama gak mens (padahal setelah di usg ternyata ini soal hormon apalah itu yang meningkat seiring meningkatnya kadar lemak di tubuh hehehehe). Pagi itu, dengan wajah segan tapi memohon, ia berkata "Unii, uni mau gak cobain ini?" kata mama sambil menyodorkan testpack. Antara kesal dan ingin tertawa saya dibuatnya. Yaa, mama adalah mama. Sama seperti orangtua lainnya yang khawatir anaknya hamil diluar nikah. Tapi yang saya takjub adalah sikapnya yang amat sangat tenang didepan toilet rumah, sebelum saya pake tastpack itu, "Kalo hasilnya positif kan kita bisa pikirin langkah selanjutnya ya ni? syukur-syukur sih negatif". Ketenangannya membuat saya tenang. Saya pun yakin, walau saya hamil diluar nikah, saya tau ia tidak akan menghakimi dan meninggalkan saya sendiri. Ya, ia tidak akan pernah meninggalkan saya sendiri.


Ketika saya memutuskan menikah, ia cuma menatap saya dan bilang "Uni yakin? kalo yakin mama pasti dukung kamu", padahal saya tau pasti bahwa mama ketika itu belum menyetujui pasangan pilihan saya. Dan ketika papa bilang ia tidak akan datang pada pernikahan saya, mama membesarkan hati saya dengan bilang "Biarkan papamu dan kekerasan hatinya, kita berdoa aja semoga ia melunak. Masih ada mama kok".


Ketika saya pamit pindah ke jawa timur, mama bilang "Uni, kalo gak betah disana, kamu pulang ke mama ya nak. Kalo mau cerita, cerita yaa, jangan disimpen sendiri"


Ah mama, tidak ada satupun cerita yang kutulis dengan tidak menangis sambil tersesak-sesak. Siang ini, sambil menikmati kastengel kiriman mama, syukurku jadi berlipat ganda, aku senang karena tuhan menitipkanku padamu"




Hei Ibu Widiastuti yang jago kentut, aku kangen berat!!













Tanjung Pacaran

Senin, 05 Oktober 2009

10 komentar
Setelah berbulan-bulan gak berwisata, kemaren saya dan hubby akhirnya berwisata juga. Tempat yang dipilih adalaah pantai! yippiii! i love beach. Pantai tujuan kami bernama Tanjung Papuma, salah satu wisata unggulan kabupaten jember. Berjarak sekitar 30 kilometer dari pusat kota Jember, Tanjung Papuma bisa ditempuh melalui dua jalan. Bisa dengan melewati Pantai  Watu Ulo yang menuju kesana kita akan menempuh jalan aspal mulus luruuuus terus (tapi jauh memutar), atau melewati hutan jati yang tembus ke jalan masuk tanjung Papuma. Kami? pilih hutan jati dooong. Selain lebih deket, jalur yang satu ini juga kayaknya lebih menarik. Mulailah perjalanan menembus hutan jati dengan jalan bebatuan yang lumayan bikin saya mual. Untung ada jalur kecil yang agak lebih mulus yang sepertinya biasa dilewati motor karena tracknya sudah terbentuk. Kesan pertama melewati hutan jati, saya takjub dan prihatin *halaah*. Prihatin karena saya kira hutan jati ini sudah mati karena kemarau tapi ternyata kata si hubby mereka terlihat hidup segan mati tak mau itu bukan emang bener mati tapi sedang berusaha bertahan hidup dengan menggugurkan daunnya. Alhasil, saya melihat hamparan jati kering kerontang tanpa daun. Menyisakan kesan sedih, suram, lonely. Persis tumbuhan pada halaman castil count dracula.













 

Sambil rada deg-degan, kami terus menembus hutan jati yang walaupun rada bikin merinding tapi kok indah ya. Tak lupa berdoa semoga tidak bocor ban, karena dimana pula nambal ban di hutan seperti ini! Oh itu ada mobil! oh senangnyaaa ada kehidupaan. Dan eeeh ada motor di belakang kami.  Asiik! dan eeeeh kok dia ngebut siiiih. Ih mau boker kali tu orang. Sendiri lagi deh. Saya bersenandung lirih *tsaah*, "Andaaaai dipisaaah! lauuut dan pantaaai! tak aaakan goyaaah gelowra cintaaah", lumayan mengalihkan pikiran saya dari deg-degan. Setelah menempuh perjalanan lumayan panjang, kami sampai di gerbang masuk Tanjung Papuma. Yihhiii!! pantai! aku dataaang! Tiket masuknya untuk dua orang plus motor cuma 11 ribu. Mursida ya mak! Jarak dari gerbang menuju pantai kira-kira 1,5 km. Tapi sebelum nyampe pantai, kita bisa putu-putu duluu karena kita akan melewati dataran tinggi dimana kita bisa melihat seluruh pantai dari atas. Mantap kali viewnya! 



Puas foto-foto dari atas, hayeeuk kita ke pantai. Bagai ikan dugong baru ketemu aer, saya langsung lari ke pantai dan kecupuk-kecupukan. Oh pasirnya putiiih. Oooh saya sukaaa. 







eh ada perahu baru mendarat. Sekitar 15 nelayan yang sedang duduk-duduk di bawah nyiur langsung menghambur menuju perahu, bersiap-siap mengangkat perahu ke darat. Satu dua tiga! tariiiik maaang!









Karena pengen foto berdua, tripod pun kami pasang (niat amat yaa bawa tripod) hihihiih. Diliatin orang karena kami berdua amat riweuh gaya sana gaya sini. Biarin dah! 




Tanjung Papuma ini salah satu pantai diantara deretan pantai lainnya. Tapi yang paling bagus dan yang paling teduh. (dipantainya sih panas, tapi di pinggir pantainya banyak pepohonan, beda sama Pantai Watu Ulo yang agak lebih gersang). Air lautnya yang biru kehijauan terlihat sangat kontras dengan pasir putihnya. Batu-batu besar yang berada tidak jauh dari pantai, seperti jadi coklat serut diatas tart *dasar tukang makan, analoginya gak jauh dari makanan*. Aaahhh saya memang tidak pandai melukiskan suasana, liat aja lah fotonya yaaa



 

 






selesai dengan bagian pantai yang ini, kami pun jalan ke tebing yang lumayan jauh disana. Disitu ada tebing batu berceruk dan spot yang bagus banget buat foto-foto, bahkan ransel saya pun betah disitu. 





Di bagian pantai yang ini ada satu cerukan mirip kolam kecil yang jadi pojok bahagianya muda mudi yang memadu kasih *halaah*. Disitu mereka bisa berendem sambil duduk, ciprat-cipratan aer, atau sedikit grepe-grepe dengan sembunyi dibalik batu. 




Kami gitu juga gak? gak dooong. Emang kita orang dewasa keren macam apa? Kita mah mending nyobain aksi spiderman! hahaha. 



Oh, di seluruh kawasan pantai ini semua sinyal seluler masuk kok, jadi jangan khawatir gak bisa dihubungi atau menghubungi. 




 Laper iihh. Cari spot dibawah nyiur, ndeprok deh. Setelah makan, kami makan rujak yang porsinya oh banyak sekalii, harganya pun murah. Segeeeer. Sambil nunggu  nasinya turun dari tembolok, si hubby motretin orang-orang. Ada pasangan ibu bapak yang oooh terlihat romantiss, berpegangan tangan. Atau sekelompok anak muda yang ngubur temennya pake pasir. Lihat perbuatan mereka. Bok! inget aja siiih sama yang satu ituuu!



 

 


Pergi berwisata, tak lengkap tanpa mengitari seluruh bagian tempatnya. Itupun yang kami lakukan. Karena area pantai ini sangat luas jadi banyak tempat yang bisa kami jelajahi. Di ujung lain dari pantai ini ada hutan. Kami pun menuju kesana. Dalam perjalanan kesana tentunya kami melewati pinggir pantai dan tentunya pulaaa banyak yang indehoy. Dengan sembunyi dibalik pohon rimbun, mereka berpelukan, ada yang dikit-dikit cium, ada yang sundul-sundul kepala pasangannya persis kayak kucing lagi pacaran, ada pula pasangan senior *ya oloo bahasa!* yang milih tempat paling ujung. Paling deket ama hutan hahahaha. Kata si hubby mereka pasti selingkuh, eeeh padahal kan bisa ajaa lagi nostalgia yaaa, atau ya emang lagi pengen pacaran aja kali.  



Kami diam sebentar di dekat situ. Duduk-duduk, foto-foto, larak lirik orang pacaran, dan akhirnya memutuskan pulang karena batere kamera udah abis.  Lain kali, pengen deeh sekalian nginep di bungalownya. Yup! di pinggir  pantai Tanjung Papuma ini memang disediakan beberapa bungalow. Keliatannya nyaman. Cocoklaaah kalo kita pergi sama keluarga. Sarana umum juga lengkap. Toilet gampang, mesjid ada, wartel ada, apalagi tempat makan! hehhehehe. Tapi sayang, gak ada satupun tempat sampah. Kok isoooo? alhasil, pasir putih yang seharusnya jadi lebih indah tanpa sampah jadi seperti iniiii. 




Tapiii sebagian besar penilaiannya siiiih, pantai ini layak banget untuk jadi tujuan wisata!!!





Tak tahu diuntung

Sabtu, 26 September 2009

9 komentar
Saya berkantor di sebuah radio yang berada di daerah yang gelap gulita, dataran tinggi dan sering dilewati para petani sayur yang tiap malam mengantarkan dagangannya ke pasar. Setiap pulang siaran saya menggigil kedinginan dan setiap kali pula saya menggerutu, kenapa sih saya dapet jam siaran sama dengan waktunya para kunti mulai gentayangan? kan dingiiiin, apalagi angin malam jember itu dinginnya laknat banget!. Tapi saya jadi malu terus-terusan menggerutu ketika dalam sebuah perjalanan pulang saya melihat seorang bapak tua kurus bertelanjang dada, memikul dua keranjang bayam, jalan menuju kota. Kata si hubby, para pedagang sayur itu biasanya berasal dari desa dan itu cukup jauh dari kantor saya, dan mereka jalan kaki dari sana. Entah berapa kilometer. Melewati tanjakan, turunan, kadang saya lihat mereka menggunakan sepeda kumbang yang harus dituntun ketika mereka melewati turunan curam didepan kantor saya, dan membayangkan mereka memapah sepeda mereka di tanjakan yang cukup tajam dengan muatan sayuran yang amat banyak, sudah membuat saya lelah pun.

Kalo saya kira-kira, harga sayuran itu pastilah murah. Di pasar, satu ikat bayam saja cuma seribu rupiah, pastilah harganya lebih murah lagi kan kalo dari tangan petaninya langsung. Jika dalam semalam para petani ini bisa membawa 50-100 ikat bayam, yaa taruhlah satu ikatnya 250 rupiah, rata-rata mereka membawa pulang cuma 12500-25000 rupiah. Pantaslah jika saya malu. Saya bekerja sangat enak, cuma dua jam, di tempat yang nyaman, gak berat bawa-bawa sayuran, bisa nyanyi tereak-tereak, bebasss, dan jelas dapat bayaran lebih besar dari para petani sayur. Haruslah saya malu. Kok berasa jadi anak manja banget ya. Tuhan sudah kasih saya pekerjaan enak, saya masih menggerutu  pun! Tuhan sudah kasih saya penghasilan yang cukup, saya selalu bilang "jauh bangeeet sama gaji gw yang di bandung". Yang saya lupa adalah bahwa saya bukan lagi berada di bandung. Bukan lagi berada di kota besar yang memberikan saya penghasilan lebih dari cukup untuk hidup satu bulan.

Sekarang saya berada di sebuah kota yang standar penghasilannya lebih rendah dari Bandung. Sebuah kota dimana saya masih melihat petani sayur berjalan kaki setiap hari dari rumah mereka nun jauh disana menuju kota cuma untuk dapat penghasilan kurang dari 20 ribu.  Sebuah kota yang selalu menyajikan pemandangan menghenyak hati dikala malam. Ya, saya harus malu. Karena telah luput bersyukur atas apa yang saya dapatkan sekarang. Karena telah sangat sulit menerima kenyataan pada keberadaan saya sekarang. Dan betapa manjanya saya karena tidak mau me-reset standar saya. Dan betapa bodohnya saya karena tidak mau bersikap realistis sejak awal, padahal dengan menjadi realistis, saya pasti akan lebih mudah menjalani hidup di habitat yang baru ini. Yup, ternyata diri sayalah yang jadi biang masalahnya.

GARING JUGA!!

Kamis, 24 September 2009

8 komentar
Lebaran pertama jauh dari si mamah. Sedih sangat. Kangen rumah

Malem takbiran di Bondowoso. Berisik! hahaha! banyak anak-anak pengikut Noordin M Top bakar petasan segede dosa! asli mereka sambil tereak "M Top! M Top!!". Ihhh anak-anak sakit jiwa!

Lebaran di Bondowoso ternyata sama aja. Salam-salaman cuma ampe jam 10-an, udah itu sepi gila ini desa! di bandung juga gitu. eh ada bedanya deng! disini gak ada ketupats!! soalnya lebaran ketupatnya seminggu setelah Idul Fitri. Alhasil, gigit jari dah gw

Lupa maap-maapan sama suami hahahaha. Salaman ama orang lain udah, salaman ama laki sendiri baru sore. Dodol

Besoknya pulang ke Jember, buka warnet seperti biasa. Penuh bok! anak-anak mulu yang pake. Lagi banyak angpaw rupanya mereka, dan teteeeep yang dibuka narutoxxx hahahahaha! haduh! prihatin deh tante popi pada anak-anak sekarang


Malem-malem ada bapak paruh baya pake internet. Pake kopiah haji dan baju koko. Kirain buka situs islami-islami itu lah, pas diliat historynya, GAMBAR BOKEP JUGAAA!!! HAHAHAHAHAH

Hari kedua lebaran tetep siaran, jadi stuntwoman penyiar laen yang mudik. Di kantor sendirian, pas ngambil minum ke dapur, kok keluar-keluar, tangan dan baju saya bau banget rokok kretek! eh tapi kok gak ada siapapun disitu! alhasil, selama siaran saya merinding disko


Melakukan percakapan dudul lewat sms dengan seseorang yang saya kira......

Sms diterima : "Sesama saudaraku umat muslim, minal aidin walfaidzin, mohon maaf lahir dan batin. Sonny dan keluarga"

Sms dikirim : "Hihihi bahasanya sonny kayak anak buahnya noordin M top dehhh, pake sesama saudaraku umat muslim hihihihi"

sms diterima : "kan emang pernah berguru hehehehe. Lebaran dimana?"

sms dikirim : yaa di jember aja. Gak balik ah gw

Sms diterima : "enak ya lebaran ini kita bisa liburan"

Sms dikirim : "Iya ya, lepas dari kerangkeng ya son" (dari awal sms saya mengira dia adalah Sonny, pacar sobat saya si Mbok Darmi, yang memang sedang menjalani in house training dan gak bisa kemana-mana, tapi mungkin mendapatkan liburan sebentar saat lebaran)

Sms diterima : "IYa nih. bebass hehehe jadi bisa liburan di kampungnya istri di Jawa Tengah"

saya mulai mikir, HA? istri di jawa tengah? ini sonny yang mannaaaaa? dan saya pun berhenti membalas sms beliau hehehehe.

Ah lebaran ini saya benar-benar kangen rumah!!

Chewyy

Jumat, 18 September 2009

1 komentar



Look at Chewie
I don't think he feels comfortable for that fucking so called space shoes
Yang punyanya bilang "Oooh chewiiie, you're soo cuute". Ih sakit jiwa! anjingnya jelas-jelas pengen ngelepasin sepatunyaa. Antara kesakitan or he hates of being a space cowboy

poor little fella

Penonton kecewaaaa

Rabu, 09 September 2009

11 komentar

Sayangnya, sejak kecil saya dibesarkan oleh cita rasa makanan yang tob banget! jadinya lidah saya udah terlanjur punya standar yang tinggi *tsaaah* untuk makanan. Alhasil, standar ini yang saya pake ketika makan dimanapun. Sebagai orang yang lahir dan besar di Bandung dan memang seneng makan terutama makan yang enak-enak, tentulah lidah saya sangat dimanjakan oleh Bandung. Dalam posting sebelumnya soal bakso, saya bilang kalo Bandung itu surganya makanan. Bukan cuma bakso, makanan apapun di Bandung itu sebagian besar enak, salah satunya bubur ayam. Saya masih inget, ketika masih di bandung, saya senang sekali sarapan di bubur Mang Oyo yang di deket sulanjana. Tempatnya adem, ada pohon rindang, jadi seger banget kalo pagi-pagi. Tapi gak cuma makan bubur di bubur yang udah beken banget seantero Bandung ini, saya juga seneng makan di jongko-jongko bubur ayam pinggir jalan. Dan seperti yang saya bilang sebelumnya, makanan Bandung itu sekalipun yang di pinggir jalan, enak! Dengan kerupuk yang biasanya dimangkokin sendiri, and i'm talking about a big portion of  kerupuks! dan boleh nambah pula! dan gratis pula!!! Ah asoy banget kan buat para pecinta kerupuk. Kalo di bubur Mang oyo malah lebih asoy lagi. Bukan cuma kerupuknya yang di piring sendiri dan banyak! tapi juga seledri dan kacang kedelenya. Jadi ada tiga piring tambahan selain piring bubur kita yang porsinya muntuk-muntuk itu!. Seperti dibawah ini gambar Bubur Ayam Mang Oyo. Terlihat mantab kan? ! emang mantab!




 Gambar diambil dari sini

Nah, berangkat dari kesukaan saya pada Nyabu (nyarapan Bubur), saya pun jadi kangen bubur ayam pagi ini. Karena ada siaran pagi, saya baru bisa siang makan bubur. Nanya sana-sini, teman-teman kantor merekomendasikan sebuah brand bubur yang katanya bubur terenak disini. Dengan semangat 45, di tengah terik matahari, saya pun nyari bubur ini. Begitu sampe, mmm okee, tempatnya bersih, homy, semoga enak! *menyilangkan dua jari*. Saya pun pesen yang spesial, karena kata si mba nya, kalo yang spesial itu toppingnya lebih banyak. Kalo di Bandung kan, makanan yang ada kata spesialnya yaa biasanya emang S-P-E-C-I-A-L, gak pake nyesel deh walaupun udah bayar mahal. Worthed! Nah, itu pula yang saya harapkan dari bubur ayam ber-merk Ibu bernama mirip dengan salah satu penyanyi keroncong Nasional ini. Begitu pesanan datang, eng ing eeeng! buburnya encer, porsinya dikit, toppingnya cuma beberapa potong cakue tipis, beberapa iris ayam dan sedikit suiran bawang. That's it?! Iyaa!!! segini ajjjaaa! DAN TANPA KERUPUK!! dan itu semua harus saya tebus dengan harga 10 rebu perak! ih bukan soal 10 rebu nya, tapi kok berasa gak worthed ya? Hampir menangis saya *lebay dikit ah*. Sejenak terbayang bubur ayam di Bandung yang buburnya bisa gak tumpah walaupun mangkoknya dimiringin sehingga nampol banget di perut orang laper, dengan topping ayam dan ati ampela yang nutupin permukaan buburnya, ditambah taburan cakue dengan irisan yang tebal lagi banyak, lalu dihiasi dengan warna hijau dari seledri dan daun bawang segar, masih ditambah prentilan kacang kedele. Dan melihat porsi bubur serta toppingnya, membuat saya berpikir, pedagang Bandung emang bikin makanan pake hati. Makanan dengan harga dibawah 10 ribu dibuat sebanyak dan seenak ini, sudah pasti mengurangi margin keuntungan. Baik kan?! Mana kerupuknya dipisah pula!!! banyak lagi! boleh nambah pula!. Yaa tapi gimanapun, ini so called bubur terenak di Jember harus saya abisin juga, udah bayar bok! ogah rugi guwe! hahahaha. Dalam perjalanan pulang, saya membuat daftar di kepala, jongko-jongko makanan yang harus saya makan kalo saya pulang ke Bandung, dan dijamin, saya akan menggembung seperti ikan buntal sekembalinya ke jember hehehehe.

Dari curhat si dokter

Minggu, 30 Agustus 2009

6 komentar



Barusan aja saya chatting dengan seorang dokter muda yang ganteng, baik hati, penyabar,idealis dan gak money oriented, tapi mukanya suka mesum hahahahaha. Ah idaman banget dah dokter yang satu ini. Saya kenal beliau beberapa tahun lalu sejak ia menjadi narasumber talkshow kespro di radio tempat saya kerja. Dan sejak itu kami berteman baik. Si dokter ini sempat berhenti jadi narsum di radio saya, tapi kemudian setahun lalu, dia bilang sama saya pengen siaran lagi. Ah itu yang saya tunggu!. Ya saya langsung bilang ke manajemen, dijawab dengan anggukan setuju dan sang dokter pun kembali jadi narsum kami. Tadi, dia cerita kalo dia udah gak lagi siaran di radio tempat saya kerja dulu, katanya cara orang-orang sekarang ngelola program beda banget sama waktu era saya dan teman-teman dulu (cieee). Katanya manajemennya aneh, orang-orang yang ngelola programnya gak profesional, penyiarnya kurang menaruh perhatian pada programnya (masa ketika siaran pun buka FB), gak ada pembicaraan preshow antara narsum dengan penyiar dan produser. Jujur, saya sedih sekali dengan curhat sang dokter. Bukan cuma karena beliau itu narasumber yang baik yang sangat layak dan harus dipertahankan, tapi karena bahwa orang-orang yang seharusnya memberikan cinta pada program yang mereka kelola ternyata tidak melakukan itu.

Selama saya menjadi bagian dari sebuah program (yang kebanyakan talkshow), baik menjadi penyiar atau produser, adalah sebuah keharusan untuk menjaga hubungan baik dan chemistry dengan nara sumber, dan gak cuma itu, mengkayakan diri dengan wawasan yang terkait dengan muatan program pun menjadi keharusan. Mengelola talkshow itu seperti mengelola sebuah pertemanan. Atau kalo mau dipikir lebih ekstrim lagi, mengelola program itu seperti mengasuh seorang anak. Kita memberikan perhatian, kesungguhan, dan fokus penuh pada segala elemen talkshow mulai dari yang terkait dengan kemasan, personnya (siapapun orang yang terlibat baik penyiar, produser, pendengar atau elemen SDM lainnya), sampe maintenance acara dan orangnya. Soalnya acara yang dikelola dengan tidak sungguh-sungguh itu kerasa banget di udara dan didengar jelas oleh pendengar. Dan adalah sebuah pantangan mengecewakan nara sumber.

Makanya membangun dan menjaga hubungan baik dengan narasumber adalah sesuatu yang sangat penting. Talkshow yang terdengar enak dan informasinya nyampe dihasilkan dari kerjasama yang baik antara semua elemen talkshownya. Jadi ketika ada satu aja bagian yang mengganggu atau terganggu, maka rusaklah semua sistemnya. Makanya saya sedih banget pas baca curhatan si dokter. Sayang sekali bahwa airtime sejam yang seharusnya dimaksimalkan untuk menyampaikan informasi buat pendengar, ternyata jadi gak efektif cuma karena ulah produser dan penyiar yang gak ngasih perhatian penuh pada program yang mereka kelola. Karena sekali kita menjadi bagian dari sebuah program, maka is a must untuk memberikan cinta sepenuh hati pada program itu. It'll help us to grow better.


bulat kenyal

7 komentar



gambar diambil dari sini


Pasti semuanya udah gak asing lagi dengan sebutan Bandung sebagai Surganya makanan. Julukan ini sama sekali gak berlebihan. Hampir semua makanan di Bandung, yaa yang dijual di cafe atau restoran atau yang kaki lima sekalipun, enak! Gak tau apa sebabnya. Bisa karena orang-orang bandung emang pinter masak, atau seperti kata temen saya, mbok darmi Mangunkarso bahwa orang-orang Bandung itu masaknya masih pake hati. Mungkin benar. Yang jelas, masakan Bandung membuat hati saya gak bisa berpaling, terutama bakso dan teman-temannya.


Sedang kangen banget nih sama Bakso Si Boy di jalan Naripan. Mie nya yang punya kekenyalan pas sehingga bikin gak blenger kalo makan banyak sekalipun, dicampur dengan kecap yang manisnya pas (entah mereka pake kecap apa, yang jelas kecapnya enak banget, persis kayak yang dipake rumah makan masakan china), membuat mie si boy emang layak membuat pembelinya dateng lagi dan lagi. Belum lagi taburan ayamnya, dengan Kombinasi asin-manisnya yang pas dan gak bau amis sama sekali. Baso si Boy yang tampangnya emang mirip sama Bakso Akung ini punya isi komplit. Ada siomay yang ikannya kerasa tapi gak amis, ada pangsit isi ayam gurih, tahu putih yang lembut, bakso kering yang walaupun kering tapi gak bikin seret tenggorokan, bakso urat yang uratnya gak dibikin dari karet ban (tau kan boook bakso urat yang uratnya alot banget sampe membuat kita berpikir jangan-jangan bukan urat daging tapi karet ban). Dan tidak ketinggalan.... pangsit kering yang lebar, gurih, gak berminyak, dan krispi, tapi krispinya asik, bikin pecahan pangsitnya gak lompat kemana-mana kalo digigit (pernah kaaan makan pangsit kering yang kalo digigit bikin remahnya berlompatan ke kanan kiri, iiih malesss). Semua paket komplit ini disajikan dengan kuah bening yang gurihnya pas sehingga gak bikin eneg. Anjiss saya sudah menelan ludah berapa kali ketika menulis posting ini.


Gak cuma bakso modern macam bakso Si Boy itu yang saya kangenin, tapi juga bakso kampung. Perbedaan signifikan terletak pada kedua jenis bakso ini. Bakso modern atau yang juga dikenal sebagai bakso kota a.k bakso China biasanya memiliki kuah yang bening tapi gurih banget (kadang-kadang ditambahkan sedikit minyak babi hehehehe), sedangkan bakso kampung biasanya memiliki kuah yang penuh dengan lemak dan lebih spicy. DAN SAYA MENGGILAI KEDUANYA! hehehehehe. Dalam kurun waktu saya menjadi pecinta bakso, saya sudah mencoba banyak sekali bakso kampung di Bandung, dan eeee kok semuanya enaaak. Yang sering sekali saya datangi itu bakso ojolali di Wyata Guna, Jalan Pajajaran. Cuma dengan 5 ribu perak, saya udah dapetin bakso gede berisi daging cincang dan telor (yang kalo dibelah itu kuah lemaknya langsung meleleh ke kuah bakso diikuti dengan brudulan daging cincang), plus dua bakso urat ukuran sedang. Ditambah dengan bihun yamin dan sayuran. Kadang saya nambah lagi satu bakso besar (yaa yaa saya tauuu, kemampuan makan saya emang menakutkan), but i can't help it hahaha!

Ah saya benar-benar kangen pada bakso Bandung. Semuanya! Ya akung, ya bakso malang karapitan, ya Ojolali, ya Si Boy, Ya Mang Endin, Ya mamang siapa lagi laaah. Sayangnya, di kota yang saya tinggali sekarang tidak ada satupun bakso yang enaknya kayak Bakso di Bandung. Dan perut saya pun bersedih.


Cuma mau pamer hihihihihih

Selasa, 18 Agustus 2009

10 komentar
Ihihhiiyy! blog si brokoli ini muncul di majalah Chic




Ini kutipan teksnya :

"Awalnya saya pikir blog ini berkutat seputar makanan dan gaya hidup sehat, karena namanya saja Brokolisehat. Tapi setelah saya menyimak isinya, blog ini bukanlah tentang makanan atau sejenisnya, tapi suatu pelajaran tentang hidup yang berbeda dari kebanyakan orang. Unik dan menggigit"


Pesan yang tertangkap dalam setiap postingannya mirip dengan lirik lagu Childhood yang dipopulerkan oleh Michael Jackson, "Before You Judge me, try hard to love me..."


Text By Viviana



Di majalah CHIC No 42, 29 Juli - 12 Agustus 2009





Thanks to Viviana and CHIC! aku senaaaang! hihihihih

Jember Fashion Carnival

Rabu, 12 Agustus 2009

6 komentar





Tak disangka, tak diduga *halah*, saya bisa juga menyaksikan parade yang heboh bener ini. Duluuu, Jember Fashion Carnival ini event yang jadi target saya kalo travelling,eeee ternyata sekarang saya tinggal di kota asalnya. Tak pikir panjang, walaupun berdesakan, kepanasan dan dengan pedenya nyelip diantara para fotografer ber-ID biar dapet posisi wenak (karena mereka diperbolehkan berada di titik manapun untuk motret), dapatlah saya banyak foto event ini yang ternyata emang kerennn!!! The costume, the parade, the crowd, AWESOME!


Foto lebih banyak ada disini

She read me

Jumat, 07 Agustus 2009

5 komentar
Dear ami,

Peringatan :

Ini surat yang amat sangat serius


Dengan hormat,

Ming, beberapa minggu ini gw kok ngerasa gak puguh ya, dan tiba-tiba bermunculan lah itu semua rasa. Mau nulis sesuatu terus semua susunan kata-kata di kepala gw ngilang begitu aja. Ngerasa hidup gw kok statis ya. Ngerasa iri sama semua penulis yang bukunya mejeng di rak gramedia, namun pada saat yang sama juga harus benci pada diri sendiri yang terlalu malas untuk menulis dengan serius. Dan pada akhirnya, gw harus mengaku pada diri sendiri bahwa gw gak segitu bagusnya deh. I mean good in everything i felt i good at (grammar yang buruk). Gw ya cuma segini-gininya ming. Bukan Type A Person, tapi juga bukan Type C or D Person. Kentang, kalo bahasanya ami mah. Gw sedang mengalami kelelahan-kelelahan ketika kita ngerasa hopeless. Kelelahan yang membuat gw salah mulu kalo senam. Harusnya gerakan membelai mega (tanpa pro), malah jadi gerakan main piano. Aaargh kacrut pokoknya. Di jalan pun jadi malaweung ming. Tahukah kau arti malaweung? tanyalah pada wakepoh


Imel terkirim pada Mbok Darmi Mangunkarso



Balasan diterima


Mbok Darmi said :

ok, pertanyaan pertama, naon wakepoh tehhh? ghauhauha dasar dodol. makin asoy aja perbendaharaan kata maneh teh.

melanjutkan reply surat yang amat sangat serius ini,
ehm. saya tidak akan bisa bilang "oh i understand how you feel," because i dont. ga ada yang bisa mengerti penuh perasaan orang lain apalagi ketika banyak faktor menghalangi kita (oh kamu dan aku.. ooooh) untuk ketemu tatap muka. tapi saya bisa menanggapi ceritamu, dear.

sepertinya kamu sedang mellow saja. merasa mentok? check. merasa medioker? check.

popi, salah satu alasannya adalah.. menurut gw lo adalah salah satu orang paling dinamis dan adventuror (halah kata apa sih ini) yang pernah gw kenal. dan orang seperti kamu selalu membutuhkan kesempatan bertumbuh. ketika kesempatan itu disumbat, yah well.. kamu jadi terpaksa beradaptasi besar-besaran. maka itu jadi berasa ngga puguh.. maka itu semua perasaan2 kentang tadi muncul. karena sebenernya di dalamm sekali, lo nanya sama diri sendiri: "is this it? this cant be it." atau "udah, cuma segini aja?" aktualisasi diri, popi. itu hal penting buat beberapa orang (terutama buat lo mungkin?) dan lo kehilangan itu..

*klo butuh cerita telpon gw aja, tapi di atas jam 7 malem ya. hehe.*

nah. lo masih percaya kaan kalo di dunia ini ngga ada hal yang kebetulan? beberapa hari sebelum email lo masuk, gw lagi baca buku bagus dari Coelho, judulnya The Witch of Portobello. tumben2an gw baca buku yang non fantasi, dan to tell you the truth, ternyata buku yang ini bagus.. bagus sekali untuk kontemplasi. untuk mencari arti. (tenang pop, gw ngga lagi ngecapruk ngga jelas kok). hehe. hubungannya dengan cerita lo adalah.. i think you should read this book. you need to read this book. cari ya ke gramedia terdekat, udah ada terjemahannya kok.

kasitau gw kalo lo udah baca. atau mulai baca. nanti kita ngobrol lagi..



Yeah, she read me. Bener banget lu mbok! sambil menulis posting ini saya denger lagu Roxette - Vulnerable. Berasa pengen mattii!!!

Day 1

Sabtu, 25 Juli 2009

5 komentar
'Hari pertama pelatihan di Malang

Check in dengan mata belel, langsung masuk kamar

Kamar nyaman, kasur ngedadahin. Pengen tiduuurrrrr

Makan siang sambil ngantuk, saking sayunya mata ini, cengek segede jempol kekunyah. Anjritt!!

Pembukaan dan materi pertama, MOLORRRR hahahahahahahha. Bok! gw udah tahan-tahan tapi mata gw seperti punya kehendak sendiri. Hiiiiii mata gw mulai punya pikiran sendiri hiiiii


Gak tau berapa lama gw molor, yang jelas pas coffee break, si bapak atasan yang duduk nun jauh disana nyamperin terus bilang "woi! jangan tiduuuurrrr! suara ngorok lu kedengeraaan", Anjrittt!!


Temen gw dengan muka jail ngasiin file hasil riset radio gw, sekalian sama sample audio program primetime. "Apa ini?", kata gw. "Ihihi ihihi", kata dia. Pasti ada niat setan nih temen gw. "Don! gw gak akan disuruh presentasi kaaaan", tanya saya. "Ihihihhihhih", dia nyengir. Si monyyyong!


Setelah coffee break, tiba-tiba merasa jadi englishman in New York. Huaaaaa!!! gw kangen ngobrol bahasa sundaaaaaaaa!!! Kang kabayaaaan!!!


Jam setengah 10 malem, selesai materi hari pertama. Yihhiii balik ke kamar, mandi, langsung On line, ngantuk! eeeeeh kok ini cowo-cowo di kamar depan masih pada ngerumpiiii. Moloorr woooi moloooorrr. Berisiiik!!

Tetep asik

Kamis, 16 Juli 2009

10 komentar






Kepada teman-teman yang kenal saya lalu membaca posting saya sebelum ini, i just wanna tell you guys, bahwa aku masiiiih seperti yang duluuuu (dengan gaya Dian Pisesha) ahauahuhauha. Ketika saya memutuskan menikah pun, banyak teman yang keheranan, karena buat mereka saya bukanlah tipe perempuan yang tujuan hidupnya adalah menikah. Dan memang benerrr, karena yang jadi tujuan hidup saya adalah menjadi kaya raya dan masuk surga hihiihihiih. Dalam pikiran single saya dulu, menjadi istri itu sama sekali tidak menyenangkan. Ujung-ujungnya perempuan pasti kehilangan eksistensinya dan menjadi sangat terbatas serta kehilangan kemampuan berpikir mandiri. Untungnya itu tidak terjadi pada saya. Jika saya sekarang melakukan berbagai aktivitas "keistrian" heheheheh, itu bukan karena saya telah berubah menjadi bentuk stereotipik istri a.k ibu-ibu pisan lah (seperti kata neneng enno), bukan sama sekali. Mencoba berbagai aktivitas baru ini cuma bagian dari kompromi saya pada kehidupan sosial. Secara ya mak, emang dari dulu ijk gak pernah bersosialisasi sama tetangga, itu karena tetangga saya sebelum disini kerjaannya cuma ngegosipin artis, ngomongin sinetron, dan menggunjingkan tetangga, males kan bok! Tapi di lingkungan yang sekarang, ketika tetangga-tetangga saya adalah orang-orang well educated dan memang gak pada doyan ngegosip (berdasarkan keterangan orang-orang sekitar), maka saya memutuskan untuk..mm..kayaknya gak papa juga kalo gw gaul dikit ama tetangga. Yaaa cuma menambahkan sedikit bagian baru dalam hidup saya. The rest of me are still the same. Dalam sebuah percakapan beberapa waktu lalu, seorang teman bilang "ih lu ibu-ibu banget sih sekarang, gak asik lagi lu ah". Hehehehehe bisa dimaklumi siiih kenapa dia berkomentar kayak gitu, saya pun pernah berkomentar gitu pada seorang teman yang setelah menikah memang langsung berubah kayak Ibu-ibu PKK. But in my case, no. Karena saya masih asik hahahahahaha. Tenang sob, saya ikut arisan, pengajian dan senam itu sama sekali gak merubah kepribadian saya, at all.



Mau ngobrol jorok seperti biasanya? Hayu! Malahan sekarang saya lebih jago laah, soalnya bukan Cuma tau teori hauhauhauah



Mau ngobrol idealisme kiri? Hayu! Saya masih out of the box kok! Hihihihhi



Mau ngomongin filsafat? Hayu!



Mau ngobrol soal segala macem? Siapa takut





Wahai kawan-kawanku sekalian yang sering ngerumpi ngalor ngidul sama saya, tenaaang, kita masih bisa ngobrol asik kok, karena saya masih asik! huahauhauhauahauhauh

Copyright © 2010 ParadoxParade | Free Blogger Templates by Splashy Templates | Layout by Atomic Website Templates