Bodrek a.k amplop

Jumat, 30 Januari 2009

11 komentar
Beberapa waktu lalu saya liputan ke sebuah acara besar yang dibuka oleh gubernur jabar. Beberapa pejabat tinggi pun hadir disitu. Karena aula itu sangat penuh dan saya gak kebagian kursi, jadilah saya gelesotan di lantai. Lalu seorang perempuan menghampiri saya.

Saya : Mba dari media mana?
Dia : Dari media bla bla bla
Saya : Wah saya belum pernah denger tuh mba
Dia : (langsung buka tas ngambil korannya) ini mba
Saya : (dalam hati) ini yang nulisnya ngerti cara nulis berita gak ya? kok begini cara penulisannya? mmm fotonya juga dibuat sangat seadanya. Niat gak sih?
Dia : Saya baru aja ditugasin ke bandung mba
Saya : Ooo gitu (perasaan saya udah gak nyaman ketika itu)


Lalu saya pun mencari kerumunan wartawan, karena para wartawan itu biasanya ngumpul di satu tempat. Oh itu mereka! saya pun ikut nimbrung. Oh ada humas gubernur juga diantara para wartawan! kang Alif namanya. Saya pun ngobrol dengan Kang alif. Eh tapi kok si mba ini terlihat tidak nyaman, dan terlihat tidak ingin memulai obrolan dengan siapapun yang ada di kerumunan wartawan, sampai saya mengenalkan dia ke Kang Alif. Lalu rombongan gubernur keluar dari aula, langsung diburu oleh para wartawan. Lalu saya mencari ketua Dewan Mesjid Indonesia. Dapatlah saya ngobrol dengan beliau sekalian reportase. Si mba itu ada disebelah saya, tapi eh kok dia gak ngewawancara yaa. Dia cuma ngerekam wawancara saya sama bapak itu yang lumayan singkat dan menurut saya faktanya belum cukup untuk menulis sebuah berita di media cetak. Niat gak sih? selesai acara saya berpisah dengan dia. Lalu beberapa hari kemudian, dia telepon saya


Dia : Mba, aku mau cerita sesuatu boleh yaa
Saya : boleh. cerita apa?
Dia : Mba masih inget bapak yang kemarin kan. Setelah mba pergi itu kan saya ke dia lagi, terus yaaa ngobrol-ngobrol gitu, yaaa saya minta pengertian dia laah untuk transport dan sekedarnya. Terus tiba-tiba dia minta ijin untuk sholat dulu, ya udah saya tungguin dia, eee masa dia gak muncul-muncul mba, terus sepatunya juga udah gak ada, berarti dia kan ngejinjing sepatunya ya mba terus lewat belakang
SAya : (nahan ketawa)
Dia : Saya kesel banget deh mba! gini ya mba, kalo mba kan wartawan dari media besar jadi kan pasti udah ada koordinatornya untuk yang kayak gitu?
Saya : (udah mulai kesel) yang kayak gitu gimana? amplop maksudnya?
Dia : Yaaa pengganti transport dan seadanya laaah
Saya : Saya dan teman-teman seangkatan saya dari media yang anda bilang besar ini gak pernah terima amplop! apa pula itu koordinator-koordinator amplop. Ngeliput berita ya ngeliput aja
Dia : Yaa bukan gitu mba. Kalo mba kan gajinya tetap, jelas, sedangkan kami yang mingguan ini kan gak sebesar yang harian pastinya. Jadi wajarlaaah kalo kami minta uang transport atau yaaa apalah itu, kan biasanya orang-orang yang diberitakan di media kami itu suka ngasih uang
Saya : (oooo rupanya situ wartawan amplop) Mba, saya rasa mba salah tempat deh. Mba liput aja caleg-caleg, biasanya kan mereka ngasih uang.

Ah sejak saya tau dia begitu, saya jadi males ngangkat telepon dari dia. Lalu beberapa hari kemudian, saya liputan di sebuah acara di gedung sate.

Teman : Teh teh, yang kayak gitu itu wartawan bodrek
Saya : ha? ooo yang sedang ngasih liat majalah itu ke kadisdik?
Teman : Iya teh! mereka kan kayak gitu. Mereka ngasih liat majalah itu pasti karena media mereka gak terkenal. Liat aja orang itu teh? teteh gak pernah kan liat dia di kumpulan wartawan?
Saya : Iya sih
Teman : Soalnya para wartawan bodrek ini tempat ngumpulnya beda teh sama para wartawan dari media yang jelas
Saya : Oooo gituuuu

Pantesan, ketika para wartawan ngerubutin gubernur dan kadisdik lalu bertanya mengenai persoalan yang sedang aktual, si wartawan yang kata temen saya wartawan bodrek ini bilang dia wartawan dari garut dan tiba-tiba melontarkan pertanyaan yang udah basi banget. Masa sih garut segitu telatnya. Saya rasa gak. Atau jangan-jangan memang si wartawan ini nanya untuk merebut perhatian aja. Sejak dulu saya tau istilah wartawan amplop dan bagaimana sepak terjang mereka (tsaaah), tapi saya belum pernah ketemu dengan mereka langsung, sebelum saya ditugaskan jadi reporter yang nge-pos di gedung sate. Ooo rupanya begitu toooh wartawan amplop a.k bodrek itu. Yaaa yaaa

Undangan! undangan!

Kamis, 22 Januari 2009

14 komentar
HADIRILAH!!

TALKSHOW BERSAMA ANDREA HIRATA
"MENGGALI IDE, MELEJITKAN POTENSI DIRI"
SABTU, 24 JANUARI 2009, JAM 10.30
DI HOTEL GRAND SERELA
JL. RE. MARTADINATA NO 56, BANDUNG
Telp. 022.4240328 Fax.022.4205900

Pepaya..mangga..pisang..jambu....

8 komentar
gambar dari sini

supermarket
Bawang merah 1 kg 18000
Pepaya 2 kg 12000
Manggis 1 kg 9000
Rambutan 3 kg 18000
Baso mawar 1 pak gak tau

pasar
Bawang merah 1 kg 8000
Pepaya 2 kg 6000
Manggis 1 kg 5000
Rambutan 3 kg 5000
Baso mawar 1 pak 11000

Tadi malam saya pergi ke pasar (btw, kok kalimat awalnya kayak karya tulis pasca liburan pas SD ya heuehueh). Niweei, saya si pemakan buah ini selalu pergi ke pasar tiap kali persediaan abis. I love traditional market!! kenapa? Coba liat perbandingan harga diatas. Harga-harga di pasar bisa sepertiganya dari supermarket. Bisa dibayangkan betapa kita senangnya diperbudak sama kapitalisme? dan sudah berapa banyak uang kita yang mengalir pada kantong kapitalis? dan jumlahnya uuugh! bikin kesel gak sih kalo dikalkulasi. Yaa yaa emang siih kita juga butuh segala macem produk kapitalis, tapi sejak saya mulai sadar (dulu-dulunya gila hehehe), saya pelan-pelan mulai mengurangi pemakaian produk K. Setelah dipikir-pikir, apa sih yang membuat harga-harga di supermarket itu mahal? mmmm karena :

- Pajak? seberapa besar sih pajak sampe harga di supermarket bisa tiga kali lipatnya harga di pasar

- Jalur distribusi yang panjang? Itu yang umum terjadi di negara ini dimana orang-orang senang sekali bikin jalur panjang dan berliku, mungkin dilatar belakangi oleh permainan anak ular naga panjangnya bukan kepalang. Di jalur distribusi yang panjang ini tentu ada yang namanya pungutan ini itu, dan ini semua yang dibebankan pada konsumen

- Merk? Makan tu merek! hauhauhauahuah. Yaa yaaa, kita kadangkala begitu setia pada merk. "Guys, gw mau ke supermarket dulu yaa", ngomong kata supermarketnya aja udah terdengar gaya. Coba ganti dengan kata pasar. Yang denger mungkin akan bilang "Aih maaak, kayak pembokat aja ke pasar!". Belum lagi dengan gandrungnya diskon ini itu di supermarket, padahal berapapun diskonnya, harga-harga di supermarket tentulah masih sepertiga lebih mahal dari harga di pasar tradisional

- Beban biaya ini itu. Yaa yaa, ini sepertinya yang cukup besar. Sewa gedung, karyawan, franchise, segala macem infrastruktur dan sekali lagi, ini semua dibebankan pada konsumen
- Rasa nyaman, eksklusifitas, gengsi, dll

- Mungkin masih ada yang mau nambahin kenapa harga-harga barang supermarket itu mahal?


Belanja di supermarket emang menyenangkan (kadang-kadang), tapi entah kenapa saya lebih senang belanja di pasar tradisional. Selain dari pertimbangan harga, ada banyak aktivitas menyenangkan di pasar. Tawar menawar salah satunya. Ada interaksi antar manusia dan ada pembelajaran mengenai berbagai pola dan gaya komunikasi, kita juga bisa mengenali berbagai ekspresi dan siapa bilang semua pedagang di pasar itu orang-orang menderita dengan muka-muka muram menyedihkan? oh tidak teman, berbelanjalah ke pasar untuk tahu. Saya bisa berhaha hihi dengan para pedagang dan ketawa mereka tulus tuh, wajah mereka pun terlihat tidak nelangsa.


Pasar juga memperlihatkan berbagai tampilan manusia. Ada pedagang yang saat diam mukanya garang, pas ngomong eee ternyata senyumnya bagus dan giginya bagus hauhauahua. Ada ibu-ibu penjual tempe yang demen duduk ngengkes dan hembusan asap rokok dari mulutnya itu looo (reman banget loo ibu tempe ini dan sekilas mengingatkan saya pada mamih mucikari di film-film). Ada penjual buah-buahan yang pepayanya jaminan mutu (dan dia jujur loo, kalo emang masih mentah ya bilang mentah) dan mukanya ramaaah banget.


Di pasar juga tempat berkumpulnya orang-orang yang punya toleransi pada sesuatu yang sama, yaitu keminiman. Hanya dipasar kita bisa beli cengek/rawit campur bawang merah-bawang putih cuma dengan harga 1000 rupiah sajah! dan itu udah bisa dipake buat racikan bumbu 4-5 kali masak. Edun kan?! Selain itu, pasar tradisional juga sangat indonesia. The smell of my country gitu loo! hauhauhauha. Bau nya yang khas emang gak bisa didapet dimanapun. Apalagi kalo udah desek-desekan bareng delman dan truk pengangkut ayam huahauahuahauh! Bau yang pastinya akan kita rindukan kalo kita sedang ada di eropa (mm kenapa eropa ya?). Pemandangan pasar juga bagus loo kalo dipotret (sayang foto yang saya ambil di pasar ciroyom hilang karena saya lupa nyimpen hehe). Kombinasi temaram lampu tiap jongko, serta warna warni sayuran dan buah-buahan itu sangat enak dilihat. Ah betapa indonesia ini kaya!

Em soooo not into facebook

Selasa, 20 Januari 2009

17 komentar
facebook sedang happening di kantor. Gak ada orang kantor yang gak punya fb. Si general manager pun sepertinya lebih banyak maen fb daripada kerja bener karena dia terlihat sedang sangat aktif a.k online mulu. Officeboy kantor pun punya fb. Saya pun punya fb, tapi ketika melihat tampilan dan segala macemnya, saya memutuskan, i'm soooo not into facebook hahahaha, jadi fb saya gak pernah dibuka lagi. Entah kenapa, mata saya gak mau juga mencerna fb ini, yaa mungkin mata saya yang kampungan ini memang tidak kompetible dengan fb. Jadi ketika semua orang kantor sedang heboh fb-an, saya cuma nge-blog. Toh saya cuma butuh menulis, bukan berjejaring ria ala fb. Siang ini, seorang teman ngasih sebuah link yang ketika saya buka (sigh saya terpaksa log in face book deh), menampilkan foto orang sekantor lagi piknik ke pantai batu karas. Semua ada dalam foto itu, kecuali saya. Kemanakah saya? yaaa yang motretnya laaaaaaaaah. Ketika saya baca semua komen-komennya, mendadak sedih karena gak ada satupun yang nyebut saya *sedang sentimentil mode on. HuUUAHUAHUAHAUHAUHAUAH!!! okeee okee, ini terdengar jijay emang, tapi kok gak ada satupun orang yang nyebut saya yaa. Atau jangan-jangan mereka emang gak pernah inget kalo saya pernah ada diantara kumpulan orang-orang yang ikut piknik ketika itu. Sigh! geuleuh gini sayah, harusnya saya gak sedih, toh saya sudah "tidak disini" sejak lama. dan kenapa pula jadi termehek-mehek seakan butuh eksistensi gini hauauahauha. Ah sutralah!

Dear Love...

Jumat, 16 Januari 2009

15 komentar
Kamu tau aku paling gak bisa berpuitis-puitis ria
jadi..kukatakan dengan bahasa langsung aja ya..

Tidak percaya kita bisa sampe sini
Setelah melewati banyak air mata dan lelah hati yang teramat sangat
akhirnya kita bisa
Tapi tahukah kamu?
aku ingin jujur
Aku masih belum yakin sebelum pertemuan terakhir kita
Tapi setelah beberapa hari kemarin denganmu, aku yakin
Kali ini aku benar-benar akan percaya
Ketika setiap pagi aku bangun, kamu ada didekatku, aku lantas berdoa "Tuhan, persatukan kami dan berikan cinta pada setiap hari yang kami lewati bersama"
Ketika aku memasak, kamu makan dengan lahap
maka hilang sudah semua gerah dan ketidaksukaanku pada bau dapur
Ketika kita jalan ke alun-alun dan kamu tidak melepaskan tanganku dan tetap berjalan disebelahku
hilanglah semua lelah
Ketika kamu mengenalkanku pada banyak orang dan bercerita tentangku pada mereka dengan binar yang sumpah membuatku terharu
aku bangga
Ketika kita nginep dirumah ibu dan menjelang tidur kamu curi-curi masuk kamar lalu menciumku
aku tertawa geli
lucu sekali melihat mukamu ketika itu, tapi aku senang
Ketika kita melewati hutan jati dan aku memelukmu, aku tenang
Ketika selesai aku masak dan kamu memijat kakiku, aku melihat kamu bukan lagi seseorang yang pernah sangat membuatku takut
Kamu sudah berubah
Ketika sore hari kita leye-leye di kursi sambil menertawakan yang tidak penting
aku menikmatinya
Ketika malam hari kita nonton film komedi sambil kamu memelukku di kursi, aku yakin
Bersamamu aku ingin menghabiskan waktu
Bersamamu aku ingin tumbuh
Bersamamu aku ingin jadi lebih baik
Bersamamu aku ingin melewati hari
Love, sekarang aku yakin

Kebun tebu dan Sapi Limousine

Rabu, 14 Januari 2009

7 komentar

Berada di tempat yang damai dengan seseorang yang membuat damai, setelah belasan jam menempuh perjalanan tidak nyaman adalah kado terbaik untuk diri sendiri. Tidak ada macet, tidak ada serbuan motor kala lampu hijau menyala, tidak ada ritme cepat dan ekspresi-ekspresi galak makhluk kota besar. Yang ada hanya ketenangan. Ketika membuka jendela di pagi hari, cuma ada wangi rumput dan tanah setelah hujan, saya hirup dalam-dalam sehingga aromanya memenuhi hidung dan paru-paru. Siapa sangka saya bakal jatuh cinta dengan kota kecil ini. Semuanya serba sederhana dengan ritme hidup yang tenang, cenderung lambat. Ketika pagi hari bangun langsung ke pasar, terus masak buat si pacar dan makan bareng, aiiiih romantis hauhauahauhauha! kalo lagi males, ya leye-leye aja seharian sambil pelukan ihiiiiy yahaauyhauhuhaua. Malemnya naek beca ke alun-alun, jalan-jalan, pulangnya makan duren 50 rebu tiga kepala, dan rasanya maaak! uenak tenaan! sampe mabok duren deh saya sama si pacar.


Besoknya saya dibawa kerumah sodara dan kenalan dia, haha hihi, disuguhin teh atau kopi yang rasanya kayak kolak (rupanya orang sana selalu super manis kalo bikin minuman), terus pake motor pergi ke kampung seorang famili. Melewati kebun tebu yang ternyata setelah saya tanya itu bukan tebu yang bisa langsung dimakan hehehe, secara saya udah pengen turun aja ngisepin tebu (mengingat kebiasaan masa kecil). Lalu kebun jagung, ah berapa karung perkedel yang bisa dibuat dari semua jagung ituu. Lalu hutan jati, aiiih tempatnya nyeremin, tapi pas banget buat setting film india yang kapanpun liat pohon langsung nyanyi. Setelah melewati perjalanan lumayan panjang tapi mengasikan, sampailah kami di tempat sepupu si pacar. Tempatnya diatas gituu, rumah yang tidak terlalu besar tapi pekarangannya cukup luas. Ah model rumah impian saya. Sang pemilik rumah punya tiga sapi, salah satunya jenis sapi Limousine (bener gini gak ya nulisnya). Saya kaget ngeliat sapi itu. Itu sapi atau moyangnya sapi sih?! sumpah! gede banget!! kata bahenol nerkom gak bisa menggambarkan betapa bahenolnya sapi itu. Aih gilaa, kalo buat qurban, sekecamatan dapet deh dagingnya dan katanya harga jualnya 15 juta. Aha! otak matre langsung jalan. Kalo punya duit mending saya infestasikan di sapi aja, daripada di bank, untuk tabungan 15 juta kita dapet bunga cuma beberapa puluh ribu rupiah per bulan sedangkan kalo invest di sapi per bulannya kita dapet 350 ribu! Pulang dari tempat sodara yang menuju kesana saya sempat panik karena takut dibawa kabur sama si pacar (soalnya jalan menuju sana melewati hutan jati yang pasti jadi tempat kesukaan jin buang anak) ini kami pulang, dengan amat romantisnya melewati perkebunan jagung dan tebu sambil ketawa ketiwi. Ah asoy beneer. Malemnya kami belanja peralatan rumah tangga. Buahauahuahauha!!! aduuuh sampe dua taun lalu saya masih geli ngetik kata peralatan rumah tangga. Tapi malem itu, nenteng ember kemana-mana malah jadi aktivitas yang mengasikan hauhauahuah. Pas nyampe rumah langsung beres-beres, berasa jadi manten baru hauhauahauh! Emang gitu kali ya aktivitas penganten baru. Jadi pengen cepet-cepet hauhauahuahau

Terserah boooyy! ku hanya mengingatkaan!

Sabtu, 03 Januari 2009

8 komentar
Tanggal 31 desember adalah hari yang sangat melelahkan, sampe saya ngerasa kok saya kayaknya udah terlalu "tua" deh untuk urusan getting berita hehehehe *sok senior mode on. Seharian liputan, pergi dari satu tempat ke tempat lainnya, kemudian siaran, lalu liputan tahun baru mulai jam 9 malem sampe jam 1 pagi, membuat saya praktis jarang diem, geraak mulu. Bagoooos! dan badan saya pun berasa luluh lantak *halaah*. Waktu-waktu menjelang tahun baru saya dihabiskan di Gedung Merdeka, meliput acara pemberian anugrah seni-budaya dan pariwisata oleh gubernur. Disana ternyata ngumpul juga wakil gubernur Dede Yusuf, walikota Bandung Dada Rosada dan wakilnya juga kadisparbud jabar yang baru dilantik hari itu. Kesempatan dapet greeting mereka buat station ID hehehehe. Pan radio saya teh baru ganti nama. NGambil suara kadisparbud udah dan Ihiiy ketemu Dede Yusuf diluar hall, dan saya langsung samperin. Ya oloo cuma ada kami berdua loo di lorong itu hahaha. Ternyata dia tinggi besar dan ganteeeng! aaah kendiii aku padamuuu! *langsung belagak sensual ala Atiek CB dan nyanyi TERSERAH BOOY! KU HANYAA MENGINGATKAAAN! OOOUUUUU!, dapet deh saya suara Kang Dede *adoooh sok kenal gini saya manggil kang*. Mau ngambil suara Pak Dada eee beliau langsung ngabur setelah mencet bel tanda taun baru, pun dengan gubernur. Tapi dasar hoki, besoknya saya malah dapet kabar ada audiensi anak-anak pecinta alam unpar pada Gubernur di Gedung Pakuan, rumah dinas beliau. daan, disanalah saya dapet kesempatan ngobrol sama gubernur hahaha. Ngobrol boo, bukan cuma sekedar nanya nodong ala wartawan ihiihihihi, ya yaa saya norak banget memaang dengan girang begini, tapi biarin ah, namanya juga reporter baru hihihih. Saya pun dikasih no hp istrinya karena saya bilang mau bikin feature mengenai istrinya sejak saya takjub dengan pidato beliau dalam sebuah acara yang saya emsiin. Eh direct number ke ibu gubernur loo ahahaha, bukan "balesannya langsung dari hp saya" ala premium call selebritis gituuu. Dibawah ini beberapa foto taun baruan saya






Copyright © 2010 ParadoxParade | Free Blogger Templates by Splashy Templates | Layout by Atomic Website Templates