Rupanya saya memang orang yang sangat diberkati.
Selama seminggu ini, bandung terus menerus diguyur hujan, dari siang sampai malam, bahkan sampai keesokan paginya. Membuat saya ketar ketir, bagaimana jika tanggal 26 nanti turun hujan terus menerus? Ah, berdoalah saja pada pemilik hujan, semoga dia berbaik hati. Dan dia memang maha baik hati. Tanggal 25 ternyata hujan tidak turun, lalu selesailah satu acara, dan legalah saya. Tanggal yang dinanti tiba. 26 pagi, gerimis menyentuh muka saya, kala saya tertegun didepan rumah. Langit amat mendung. Kiranya akan hujankah hari ini? Pukul 9 lewat sudah. Semua sudah sah, tanpa derai hujan. Jam 11, satu demi satu kawan tercinta datang. Ya, cuma merekalah yang saya kehendaki. Bukan orang-orang yang bahkan saya tidak ingat, kapan saya kenal dia. Tengah hari tiba, dan hari malah makin cerah. Makin banyak orang berkumpul. Makin riuh tawa yang saya dengar. Semua orang memenuhi seluruh ruangan yang memang segitu-gitunya. Sudah lama saya rindu pada suasana ini. Ketika semua kawan yang dulu berada pada sebuah tempat yang saya sebut rumah kedua, lalu tercerai berai, kemudian berkumpul lagi untuk hari paling khusus dalam hidup saya, saya bahagia. Ketika satu demi satu teman dari berbagai awal perkenalan berdatangan memberikan saya pelukan hangat selamat bahagia, dan senyuman yang menenangkan hati, saya sadar saya amat sangat diberkahi. Tidak ada satupun muka asing. Semuanya orang-orang yang mengisi hidup saya. Inilah yang saya inginkan. Cuma sebuah moment yang dibuat dengan amat sangat sederhana, namun menjadi sangat berarti karena semua yang hadir adalah orang-orang yang telah menyentuhkan arti dalam perjalanan saya berkehidupan. Dan hari itu pun, ayah yang tadinya tidak dapat hadir, ternyata hadir. Tak bisa tidak saya menangis ketika memeluknya, dan itu adalah pelukan pertama dalam hidup kami, sejak saya mengenalnya sebagai ayah. Tadinya saya berlagak tidak peduli, dan sok sudah siap dengan kemungkinan bahwa dia benar-benar akan tidak hadir dalam saat terpenting dihidup saya, tapi ternyata, jika kebahagiaan atas kehadiran dia sudah membuat jantung saya berdegup keras seperti ini, saya yakin ketidakhadiran dia akan benar-benar membuat saya bersedih. Dan hari itu, dia ada, dan itu cukup. Lalu saya melihat seseorang yang bersamanya saya telah melalui banyak hal. Dia disana, menatap saya dengan mata teduh dan senyum yang sangat memaklumi, ketika saya pecicilan haha-hihi dengan teman-teman. Terimakasih sayang. Ketika saya melihat mama yang juga terlihat senang, saya pun senang. Lalu saya berdiam diri sejenak, melihat sekeliling, Ya, saya memang diberkati :)
Selama seminggu ini, bandung terus menerus diguyur hujan, dari siang sampai malam, bahkan sampai keesokan paginya. Membuat saya ketar ketir, bagaimana jika tanggal 26 nanti turun hujan terus menerus? Ah, berdoalah saja pada pemilik hujan, semoga dia berbaik hati. Dan dia memang maha baik hati. Tanggal 25 ternyata hujan tidak turun, lalu selesailah satu acara, dan legalah saya. Tanggal yang dinanti tiba. 26 pagi, gerimis menyentuh muka saya, kala saya tertegun didepan rumah. Langit amat mendung. Kiranya akan hujankah hari ini? Pukul 9 lewat sudah. Semua sudah sah, tanpa derai hujan. Jam 11, satu demi satu kawan tercinta datang. Ya, cuma merekalah yang saya kehendaki. Bukan orang-orang yang bahkan saya tidak ingat, kapan saya kenal dia. Tengah hari tiba, dan hari malah makin cerah. Makin banyak orang berkumpul. Makin riuh tawa yang saya dengar. Semua orang memenuhi seluruh ruangan yang memang segitu-gitunya. Sudah lama saya rindu pada suasana ini. Ketika semua kawan yang dulu berada pada sebuah tempat yang saya sebut rumah kedua, lalu tercerai berai, kemudian berkumpul lagi untuk hari paling khusus dalam hidup saya, saya bahagia. Ketika satu demi satu teman dari berbagai awal perkenalan berdatangan memberikan saya pelukan hangat selamat bahagia, dan senyuman yang menenangkan hati, saya sadar saya amat sangat diberkahi. Tidak ada satupun muka asing. Semuanya orang-orang yang mengisi hidup saya. Inilah yang saya inginkan. Cuma sebuah moment yang dibuat dengan amat sangat sederhana, namun menjadi sangat berarti karena semua yang hadir adalah orang-orang yang telah menyentuhkan arti dalam perjalanan saya berkehidupan. Dan hari itu pun, ayah yang tadinya tidak dapat hadir, ternyata hadir. Tak bisa tidak saya menangis ketika memeluknya, dan itu adalah pelukan pertama dalam hidup kami, sejak saya mengenalnya sebagai ayah. Tadinya saya berlagak tidak peduli, dan sok sudah siap dengan kemungkinan bahwa dia benar-benar akan tidak hadir dalam saat terpenting dihidup saya, tapi ternyata, jika kebahagiaan atas kehadiran dia sudah membuat jantung saya berdegup keras seperti ini, saya yakin ketidakhadiran dia akan benar-benar membuat saya bersedih. Dan hari itu, dia ada, dan itu cukup. Lalu saya melihat seseorang yang bersamanya saya telah melalui banyak hal. Dia disana, menatap saya dengan mata teduh dan senyum yang sangat memaklumi, ketika saya pecicilan haha-hihi dengan teman-teman. Terimakasih sayang. Ketika saya melihat mama yang juga terlihat senang, saya pun senang. Lalu saya berdiam diri sejenak, melihat sekeliling, Ya, saya memang diberkati :)