Satu setengah tahun sudah saya tidak bertemu dia. Selama ini komunikasi kami cuma lewat telepon dan facebook adek saya yang suka ia gunakan untuk chatting dengan saya. 3 hari yang lalu, dengan perasaan yang tidak karuan, saya menunggu ia di stasiun. Tak sabar melihat bagaimana ia sekarang. Kuruskah ia? Makin bertambahkah ubannya? Sehatkah ia?
Cuma butuh satu menit sampai pandangan kami bertemu. Dan disanalah ia, inspirasi terbesar dalam hidup saya. Orang yang padanya saya selalu bisa berkeluh kesah dan menangis tentang apa saja. Seorang sahabat, kakak, ayah dan mama yang siap sedia dengan dukungan dan kelembutannya yang selalu membuat saya merasa aman dan tidak merasa dihakimi. Ia disana, kurang dari lima meter untuk saya rengkuh, terlihat sehat, serba matching dan gaya dan ia tidak berubah, dengan Sorot mata yang hangat dan sapaan pertamanya "Uniii!", yang selalu saya rindukan. Ia disana, membuat saya berlinang air mata dengan jantung yang kembang kempis amat cepat.
Dan siang itu, akhirnya saya bisa memeluknya kembali. Merasakan kembali kehangatan ia yang memberikan 9 bulan penuh kasih dan cinta tak lekang waktu. Dan hari ini, ketika saya harus melepas ia kembali pulang, rasa sesak itu muncul lagi. sesak yang sangat berbeda dengan sesak ketika menyambutnya datang. Ini sesak yang menyisakan pilu sepanjang perjalanan pulang.
gambar dari sini