Jumat, 07 Desember 2012

0 komentar
Kata orang, menulis adalah terapi. Dulu, buat saya, menulis juga adalah terapi, namun kemudian saya lama tidak melakukannya lagi sehingga otak saya sekarang ini seperti beku. Belum mati, cuma beku. Kebekuan ini lama-lama membuat depresi. Ya, saya rasa saya benar-benar depresi sekarang ini. Sangat butuh terapi, apapun bentuknya. Seringkali kepala ini seperti tidak ada isinya, atau bahkan seperti benar-benar penuh sampai-sampai seperti orang linglung. Mau melakukan ini, malah jadi itu. Mau bilang ini, malah bilang itu, sampai akhirnya saya jadi diam karena bingung. Gejala apakah ini? apakah otak saya sudah rusak? atau saya nya yang rusak? Seharusnya, saya bahagia. Punya suami yang (mudah-mudahan) sayang sama saya, punya dua anak perempuan lucu-lucu dan sehat, punya sebuah usaha rumahan yang alhamdulillah sudah bisa menghidupi walaupun belum cukup buat nyicil rumah *hihi*, bisa deket sama anak-anak setiap saat. Apalagi yang kurang? banyak! kurang banyak uang! haha!
Tahukah kamu rasanya bangun tengah malam sambil keringetan karena mimpi dikejar monster besar pake kaos bertuliskan HUTANG ?
Tahukah kamu rasanya muntah sampai isi perut ini terkuras habis saking saya jijik sama diri sendiri, on what i've become because of these damn debts?!
Tahukah kamu rasanya melarikan diri dari satu persatu orang yang kita sayangi?
Tahukah kamu rasanya tidak ingin menulis, bicara, bahkan berpikir?
Tahukah kamu pedihnya menahan perasaan ingin berbagi segala perasaan, pikiran dan segalanya pada seseorang namun kita terlalu malu karena merasa tidak berharga?
Tahukah kamu sakitnya mengetahui perkembangan teman-teman terbaik kita dan kita bahkan terlalu malu untuk sekedar memberi selamat atau bilang "saya disini buatmu"
Tahukah kamu?
Tahukah kamu?
Tahukah kamu?


saya? tahu! karena semuanya jadi makanan saya setiap hari. Ini menjadi kanker yang menghabisi saya pelan-pelan. I'm digging my own grave. Saya yang pesimis dan skeptis ini bilang, cuma tinggal tunggu waktu, dimana saya jadi kurus kering karena depresi lalu mati dengan menyakitkan.

Senin, 23 Januari 2012

0 komentar

Hai dee..

Sudah berlalu hampir 3 tahun sejak saya pertama kali mendengarkan kamu dan Aqi berduet dalam Peluk. Waktu itu hujan deras di bandung, jam 9 malam lewat sudah, dan saya masih harus menyelesaikan dua tulisan hasil liputan hari itu. Saya pusing, penat, kedinginan dan bosan. Lalu, saya buka cd Rectoverso yang baru kemarin diberikan seorang teman. Malam itu, sebuah peluk menemani jam kerja yang panjang dan menjemukan. Saya putar lagi..dan lagi. Mendadak saya merasa hangat. Walaupun lirik lagu itu rada sedih, tapi ngiang suaramu dan Aqi berhasil membuyarkan taburan huruf-huruf yang sedari tadi memenuhi kepala saya. Saya tidak lagi pusing. 


Sudah hampir tengah malam, tinggal satu liputan lagi, tapi otak ini sepertinya harus diistirahatkan dulu. Sejenak saya melirik pojokan ruang redaksi yang diisi oleh sebuah lemari kecil berisi beberapa puluh buku. Terselip Rectoverso, hasil barter kerjasama talkshow dengan penerbitnya. Hmm, Novel dan cerpen Dewi Lestari selalu berhasil mengubah mood saya jadi bagus. Ketika baca Novel Petir, saya sukses ngakak-ngakak di pojokan kantor. Lalu Filosofi Kopi yang membuat saya mendadak bikin cappucino karena ingin busa kopi yang berbentuk hati. Dan malam itu, diiringi derai hujan di  Bandung nan dingin, saya melantai sambil gogoleran. Tidak lama kemudian, saya dibikin merinding, mata ini menjejaki kalimat demi kalimat dalam Malaikat juga tau. Dan saya tau pasti, ini bukan merinding karena saya ditowel “penunggu kantor” yang numpang lewat.  Seketika, ada rasa yang gimanaaa gitu menyeruak di hati. Entah hangat, entah miris, entah haru, atau apalah. 

Mungkin inilah yang menjadi tujuan kamu menulis ya Dee? Tulisanmu menyentuh batin, membuat saya lupa bahwa masih ada satu liputan lagi yang harus selesai malam itu juga. Tak terasa, satu jam berlalu dan semua cerpen dalam Rectoverso habis saya baca. Hasilnya, saya tidak cemberut lagi saat harus menyelesaikan tulisan terakhir . Tulisanmu benar-benar mood booster.

Dee..

Kamu dengan RSD,  sudah memberikan lagu karaoke yang sangat menyenangkan dan selalu menjadi top of mind dalam list lagu karaoke saya dengan teman-teman. Antara kiiitaaa masih adaaaa getaraan cinta..... Hayu Dee kita nyanyi lagi


Terimakasih sudah membuat saya tertawa parah ketika membaca kisahnya Elektra, padahal saya baru putus cinta ketika itu.


Terimakasih sudah membuat saya punya cita-cita untuk menjadi kekasih seorang Barista (walau kemudian cita-cita itu kandas heheh)


Terimakasih sudah menulis lagu dan cerita yang sedemikian indah sehingga hati saya warna-warni jadinya


Dan Dee...terimakasih sudah memberikan banyak sentilan-tamparan-sindiran tentang hidup dan kehidupan. Melalui itu saya belajar.


Dari    : Popi Puspita
Untuk : Mizan.com


Copyright © 2010 ParadoxParade | Free Blogger Templates by Splashy Templates | Layout by Atomic Website Templates