Biar malu yang penting gaya

Sabtu, 30 Oktober 2010

11 komentar
Katanya manusia itu gudangnya lupa. Nah, kalo manusia lainnya itu gudangnya lupa, saya ibaratkan diri saya adalah kontainernya lupa. Banyak sekali hal memalukan konyol yang saya lakukan karena lupa. Tapi sebagai seorang penyiar yang katanya jago nge-les, maka selalu saja ada alasan yang bisa dikarang untuk menutupi malu

- Di sebuah minimarket
   Kasir : Mba, maaf..kerudungnya terbalik *dengan muka segan*
   Saya  : Oooh emang begini modelnya. Model STIK BALIK *muka sok kalem padahal malu*

- Di sebuah toko kelontong deket rumah
  Saya heran, kok semua orang ngeliatin ke bawah saya
  Cici pemilik toko : mba pop, sampean itu pake sandal beda-beda ya 
hahahaha *puas ketawa*
  Saya  : *seperti biasaaa, muka sok kalem nutupin malu* yeeh si cici ini yang gak gaul. Model sekarang itu kanan kiri warnanya lain ci *dan memang kebeneran di jember ini sedang trend sendal beda warna kanan kiri. Tapi sendal jepit yang saya pake ini emang gak banget hahaha! udah belel, beda ukuran pula dan beda warna *goblok*

- Di warnet saat sedang rame-ramenya
  Seorang pelanggan warnet anak klub harajuku  : mba, kok kaosnya terbalik ?
  Saya          : iya, sengaja. Loh, di harajuku juga kan banyak tuh baju yang dibalik balik gitu? kamu tau kaan? *muka sok intimidatif*

- Dalam sebuah seminar dengan pembicara penulis dari Inggris dan dihadiri ratusan peserta dari sebuah ormas Islam. Dan saya menjadi Hostnya
Saya yang sedang menutup acara : bla..bla..bla..WAALAIKUMSALAM (lengkap dengan terusannya)
Audience : speechles..(mereka bingung mau jawab apa)
Saya yang menyadari ada yang salah, langsung nge-les : *pasang muka ramah ala emsi kondang*  "Hahahah! mohon maaf ya ibu-ibu, pembawa acara juga bisa grogi hehehehe. Saya ulang lagi ah salamnya, semoga nggak salah lagi ya buu. Bismillahirrohmannirrohim, WAALAIKUMSALAM...(lengkap dengan terusannya)"
Audience : ngakak berjamaah

- Didepan kios beras
  Ibu-ibu : Eee mba-mba! barangnya salah bawaaa.Itu punya saya, ini punya sampean
  Saya  : Ibu siiih naro barangnya deket banget sama sayaa

- Di kantor
  Saya : Haai semuaa!
  Semua orang : haaai jugaa!
  Saya : masuk studio, langsung tutup pintu. Pas mau pake headphone baru nyadar kalo saya masih pake helm
  Anak kantor : *dese tiba-tiba aja gitu nongol disebelah*, masuk studio kok pake helm mba, motornya gak sekalian dibawa ?
  Saya : hahaha! duuh abisnya kalo pake helm itu berasa pake headphone. WATERPROOF gituuu *goblok*

- Di studio saat siaran. Dan berhubung saya ini lupaan sama suara orang, termasuk pendengar, terjadilah dialog dibawah ini
  Saya : Hallooo
  Penelepon : Haloo mba Popiii *suaranya girang bener*. Mba,   kemana ajaa kok udah tiga hari gak siaran?
  Saya : hahah! kangen yaa. Lagi promo albuuum
  Penelepon : eh tunggu! ini siapa hayooo. Pasti lupa kaaan. Mba popi ah mesti gitu siiih
  Saya : aaah si jeeng. Manalah mungkin saya lupaa.Ini CAMELIA MALIK kaaan?
  Penelepon : gila! hahahah

  Orang bilang, membuat orang tertawa adalah pengalihan perhatian yang sangat baguss

Moral of The Story : Pandai-pandailah ngeles jika anda pelupa



Senin, 18 Oktober 2010

0 komentar
Berasa ingin meledak.
Lebur menjadi partikel partikel kecil yang melayang diudara lalu hinggap dimana suka

Berasa ingin teriak sekerasnya
Tapi tak perlu ada yang dengar

Berasa ingin lari ke ujung terjauh dari tempat kini berada
Untuk menggadaikan hidup pada maut
Cuma untuk satu bayaran, kebebasan..

Kei in Hippo Song

Jumat, 08 Oktober 2010

3 komentar

Keira udah 5 bulaaaan! Yippeeee!!
(sabar bentaran yaaa nungguin bufferingnyaaa heheheh)

Kamis, 07 Oktober 2010

2 komentar
Udah jelas-jelas ada ASBAK didepan mata, tapi masih buang abu dan puntung di karpet.
PEROKOK TOLOL!!!

That Evil Circle

Selasa, 05 Oktober 2010

5 komentar
Kali ini saya mau cerita tentang dua orang perempuan yang besar di tengah latar belakang yang sangat berbeda. Yang satu bernama Sumarni, satu lagi bernama Widi.


Biar saya cerita dulu kehidupan Sumarni.

Sejak kecil dia diasuh oleh neneknya yang cukup mapan untuk membiayai dia sekolah. Tapi sang nenek rupanya sangat kuno sehingga ia berpikir bahwa Sumarni tidak perlu sekolah tinggi-tinggi karena toh ia akan jadi ibu rumah tangga yang lingkup kerjanya hanya di sumur, dapur dan kasur. Yaa bisa baca dan tulis saja cukup laaah. Yang penting Sumarni terampil dalam urusan domestik. Alah bisa karena biasa. Sumarni terampil sekali dalam urusan "keputrian". Dapur adalah singgasananya dan rumah adalah kerajaannya.

Seperti juga perempuan Jawa lainnya, Sumarni dibesarkan dengan doktrin Manut. Jadilah Sumarni perempuan yang sangat manut. Terhadap apapun. Neneknya dan pola didiknya yang membelenggu, terhadap suami, terhadap lingkungan dan terutama terhadap nasib. Rasa nrimo Sumarni menjadi sangat tinggi. Ia seperti sudah menyerahkan diri pada hidup karena cuma cara itu yang ia tahu. Karena dibesarkan dengan penuh pembatasan, jadilah Sumarni perempuan dengan pola pikir serba terbatas. Punya banyak sekali ketakutan, kekhawatiran dan ini berimbas buruk pada anaknya. Ia mengulang  siklusnya. Sang anak yang sangat berprestasi dalam olahraga dilarang untuk mengikuti berbagai lomba diluar daerah mereka tinggal. Ini itu dilarang padahal anaknya punya potensi besar untuk jadi aset daerah. Ini membuat sang anak sempat terkena Inferiority Syndrome.



Ok, sudah cukup soal Sumarni, sekarang saya mau cerita tentang perempuan kedua. Namanya Widi.

Ia dititipkan pada saudara yang ningrat kaya karena ibunya terlalu miskin untuk membesarkan tujuh anak sepeninggal suaminya. Karena tinggal menumpang orang, widi harus tahu diri. Cita-citanya menjadi penyanyi harus ia kubur dalam-dalam karena induk semangnya cuma ingin ia belajar, bukan bernyanyi.

Seperti juga Sumarni, Widi pun mengalami banyak pembatasan. Ya jatah makan, ya jatah keluar rumah untuk bermain, dan lain-lain.  Tapi dasar Widi anak yang tak mau dibatasi. Diam-diam ia ikut lomba bintang radio dan menang! sejak itu ia jadi populer di sekolah. Widi sang primadona. Tapi ia tahu, cita-citanya cuma bisa sampai disitu. Tak ada gunanya menyulut kemarahan sang induk semang yang selama ini sudah banyak berjasa menyelamatkan ia dari kemiskinan dan membuat ia bisa sekolah. Widi pun tak lagi bernyanyi didepan orang banyak. Cuma dikamar mandi saja ia masih bisa sedikit bersenandung. Senandung lirih....
 
Dalam senandungnya widi bertekad, apapun yang terjadi pada masa depannya, jika pun nanti ia punya anak, anaknya tidak akan merasakan apa yang ia rasakan. Dibatasi itu tidak enak. Dipaksa mengubur potensi diri itu menyakitkan.Cukup sampai dirinya dan cukup sekali ini saja ia menyerah. Tidak akan lagi.


Sumarni adalah ibu mertua saya dan Widi adalah mama saya. Merasa familiar dengan potret hidup mereka berdua?  

Lewat tulisan ini saya cuma mau bilang , Lingkaran itu ada, siklus itu sudah terlanjur bergulir. Tapi pilihannya ada pada kita. Mau putuskan lingkarannya atau teruskan siklusnya?

Dari Kereta sampai Bang Meggy

Senin, 04 Oktober 2010

5 komentar

Saya baru pulang dari luar kota, dengan harapan ingin cepat sampai dan sayangnya tidak ada  jadwal penerbangan ke tempat tujuan saya pada hari itu, jadilah saya naik kereta. Tawa si kei, pegangan tangannya, suara-suara lucunya kala kegirangan sudah memenuhi hati dan kepala ini. Ya, cuma tinggal beberapa jam lagi saya akan bisa memeluk dia. Melepaskan kerinduan setelah tidak bertemu beberapa hari ini. Fuuh, setelah stasiun ini akan ada satu stasiun lagi lalu stasiun yang saya tuju. Duduk saya makin tak enak. Sudah tak sabar ingin cepat sampai. Senyumpun sedari tadi mengembang lebar. Bahkan sempat-sempatnya saya senyumi Bapak keamanan kereta yang membawa senjata laras panjang. Senyum yang sangat manis, bikin dia jadi bingung. Kei, bunda pulang nak. DARRR!!!!! 


Kenapa ribut sekali suara diluar sana? Kenapa semuanya gelap? mendadak hati ini pedih, seperti rasa kehilangan. 

"Satu orang lagi korban tewas yang telah berhasil dievakuasi dari badan gerbong yang hampir terbelah dua"


Saya  merinding lalu nangis bombay setelah membuat cerita diatas dalam kepala saya. Ngeri. Ketakutan terbesar saya dalam hidup setelah punya anak adalah takut tidak bisa bersamanya saat ia tumbuh. Makanya ketika tadi pagi baca  koran tentang tabrakan kereta di petarukan, otak lebay saya langsung bekerja, "bagaimana jika saya ada di gerbong itu?". Saya keburu mati tanpa sempat mengucapkan apapun pada si kei. Tanpa sempat membuat delapan surat yang akan si kei baca satu persatu setiap tahun sampai ia berumur 8 tahun *film kuch kuch hota hai kale poooop*. Dan asli saya nangis senangis-nangisnya tadi pas siaran. Padahal di headphone saya sedang menyanyi itu lissa siapalah itu dengan keong racunnya. Saya bener-bener takut pisah sama si kei.  DAN KENAPA JUGA INI MEGGY Z NYANYINYA PAKE BUNUH-BUNUHAN?!

setress...

Copyright © 2010 ParadoxParade | Free Blogger Templates by Splashy Templates | Layout by Atomic Website Templates