Antara persawahan, horison dan pegunungan Iyang

Selasa, 17 Maret 2009



Sudah dua hari lebih seminggu saya disini. Meninggalkan semua yang pernah jadi bagian dari hidup saya di bandung, dengan harapan memiliki warna warni baru dalam hidup,bersama orang yang saya cintai,di tempat bernama bondowoso. Sebuah kota dengan ritme yang lambat, percepatan kemajuan ekonomi yang tersendat, tanpa mall, tanpa bioskop, tanpa toko buku, bahkan dvd bajakan belum menjadi hiburan yang populer. Apakah saya merindukan semua yang telah saya bangun di bandung yang lalu saya tinggalkan beberapa waktu lalu? ya, sangat!. Bahkan dalam kerinduan yang teramat sangat ini saya bisa menangis sampai sesak, lalu menghambur ke pelukan partner saya dan terus menangis disitu sampai secuil kerinduan saya pada kampung halaman terkeluarkan lewat air mata. Saya terlalu merindukan rumah. Saya rindu berat pada mama. Saya rindu kehidupan saya di bandung. Apalagi ketika melihat keluar rumah saya disini, lalu mendapati betapa berbedanya tempat ini dan tanah sunda yang saya tinggalkan. Cuma ada satu persamaan, bahwa bondowoso dan bandung sama-sama sejuk, karena kontur alam yang dikelilingi pegunungan. Setidaknya ada satu hal yang sama dengan rumah. Meninggalkan bandung adalah hal paling sulit yang saya lakukan. Meninggalkan pekerjaan, mama, adik, rumah, dan segala yang membentuk saya sejak kecil. Dalam sebuah obrolan, seorang teman bertanya "lu yakin mau ninggalin bandung?". "Ya", begitu jawaban singkat saya. Kadangkala saya menganggap ini keputusan bodoh. Tentu saja karena telah begitu banyak yang saya lakukan di bandung dan proses itu telah membuahkan hasil yang baik, lalu saya tinggalkan. Apalagi ketika didalam taksi, dalam perjalanan jember-bondowoso, ponsel saya berdering, dan seseorang dari sebuah penerbitan besar meminta saya menjadi moderator sebuah peluncuran buku dan saya harus menolaknya. Ah, ya popi, kamu harus berlapang dada (aslinya udah lapang siih tapi mm dalam arti sebenarnya hauahuaahu!), kamu akan punya dunia baru, pop.


Lalu, apakah saya menyesali keputusan pindah kesini? pernah. Apalagi ketika kehidupan disini belum lebih baik dari apa yang saya tinggalkan. Beberapa hari lalu, ketika sedang sekarat karena bosan, saya menyesal telah meninggalkan kehidupan saya di Bandung. Tapi ini tidak lama kok. Saya segera menyadari bahwa perubahan adalah hal paling pasti dalam hidup dan setiap manusia mau tak mau harus memilih dan membuat keputusan. Dan melangkah ke dunia yang baru adalah keputusan saya. Lalu mulailah saya proses yang baru, yaitu membuat hati, pikiran dan jiwa saya merasa seperti berada dirumah. Dalam sebuah perjalanan menuju rumah ibu mertua yang cuma 10 menit dari rumah saya, saya melewati persawahan yang amat sangat luas dan bisa saya temukan di hampir setiap bagian dari kota ini. Ada bagian yang kuning, dan ijo royo-royo, dengan latar belakang langit biru yang amat jernih, sehingga pegunungan yang memagari kota ini terlihat jelas permukaannya (fotonya yang teman-teman liat diatas itu, kalo langit sedang cerah, kita bisa melihat gulungan awan yang dramatis). Ya, sekali lagi, tuhan telah mewujudkan keinginan saya, eh bukan keinginan deng! tapi fantasi. Dulu sekali, saya berfantasi, suatu hari nanti ketika saya sudah mulai penat pada kehidupan kota besar, saya ingin tinggal di kota kecil yang menyuguhkan pemandangan hijau menyejukan setiap hari, dengan udara bersih dan kehidupan yang sederhana. Dan sekarang saya berada di fantasi dulu. Ya, saya rasa mulai saat ini saya harus sangat berhati-hati ketika berfantasi.

Tidak perlu menempuh perjalanan jauh untuk mendapatkan pemandangan yang diharapkan para turis asing terhadap indonesia. Tinggal berjalan ke pemukiman penduduk di belakang rumah, dan saya mendapatkan pemandangan itu, tidak mahal, dan tidak perlu bersusah payah. Setelah sering melewati permadani hijau bondowoso, dan menyadari betapa tentramnya kesan yang timbul setiap saya, secara bergantian, menatap horison, lalu persawahan, lalu lekuk-lekuk pegunungan dan permukaannya yang tampak jelas, saya yakin, tempat ini akan menjadi rumah berikutnya.

12 komentar:

sonn mengatakan...

aha!

makanya gw mulai backpacking keliling indonesia pop. karena gw percaya bahwa di balik kebusukan pengelolanya, negeri ini masih menyimpan pesona alam dan kebudayaan yang sangat-sangat indah :D

salute to you anyway. kalo gw sendiri punya mimpi tinggal di pantai. semoga terkabul, amin.

okke mengatakan...

*hugs*

I know how you feel :)
tapi gw percaya lo bisa bertahan... ;-)

Jenny Jusuf mengatakan...

selamat datang di rumah yang baru, dan tunggulaaaah, aku pasti akan menyambangi dirimu di bondowoso sana! ;-)

menjadimanusia mengatakan...

dear mbak pop... perubahan itu memang berat... dan sering tidak menyenangkan... tapi kalau sudah terbiasa... you will enjoy it...

Orang yang berani melakukan perubahan adalah orang yang hebat...

Selamat ya...

Apisindica mengatakan...

dear you!!!!
i have once like you were now. meninggalkan bandung untuk tinggal di Situbondo. nggak jauh-jauh dari bondowoso kok, jadi gue tahu rasanya. Berasa langit runtuh waktu itu. Sayang gue nggak sekuat yang gue bayangkan. gue hanya bertahan beberapa bulan dan balik lagi ke bandung.
Gue tahu Popi yang gue kenal nggak kayak gue, Popi jauh lebih kuat. Gue yakin kamu bisa bertahan. Apalagi memang ada yang bisa dipertahankan.
Ayo semangat!!!!

Enno mengatakan...

hey popi! akhirnya cerita juga ttg kehidupan baru loe.

semangat ya say! gila keren banget kayaknya tinggal di sana (hehehe ngomong doang sih gampang)...

perubahan itu perlu kan? setiap orang membutuhkannya, kalo enggak kita bakal stuck, gak maju2.

badewey, gue malah ada rencana pindah ke bandung...
ah kenapa pas dirimu sdh pindah dari sana ya... :P


pokoknya teuteup semangat, oke!

*hug*

Poppus mengatakan...

Sonn : kalo gitu lu harus sampe ke bondowoso ini, nanti gw ajak lu berkeliling


Okke : tengkyu darl. Lu pasti ngerasain gini juga kan waktu lu berkelana gitu *aiih roma irama banget siih istilah gw

JJ : maneeeh! kenapa kagak mampir ke gw nyet waktu lo ke balii


Daysandminds : Yap! and i'm starting to enjoy it

Ceritayuda : SAyaaaang!! ay mis yu! iya, lu pernah cerita ke gw ttg situbondo itu. Gw pasti kuat say, mengingat bahwa yang gw miliki sekarang ternyata adalah keinginan yang dikabulkan


Enno : hihihhih, iya euy, akhirnya cerita juga. Hahaha! keren? mmmm keren gak ya? ha? lu ke bandung? yang beneeeer?

natazya mengatakan...

uuuuuuuuhhhhhh

ijo ijo ijoooooooooooooo

kangen loe bu!!!!!!!! hiks

goodluck disana! majukan bondowoso biar orang tau letaknya di peta :p

hmm... gw ga pernah berfantasi macem macem selain kawin, punya anak, hidup sederhana sejahtera kali sih ya jadi gw gini gini ajah :P

plainami mengatakan...

gw tunggu postingan lo pake bahasa madura yap.

hanny mengatakan...

Duh yang newly wed :P

Adaptasi mbak.. cuma itu aja kuncinya..
Dirimu pasti bisa dehh :)

Gildo Kaldorana mengatakan...

Saya juga mau ke bondowoso, ajak saya dong keliling disana.
Memang, kalau pindah rumah pertama susah2 tapi sesuda tinggal di rumah baru kira2 50 tahun baru enak.
Salam sejahtera dari Barcelona(Spain)

novnov mengatakan...

ahhhh poppppiiiiii...gue tau banget rasanya, 8 thn lalu saat gue harus mengambil keputusan untuk meninggalkan hingar bingarnya dunia gue, meninggalkan pekerjaan yg mulai gue sukain, meninggalkan semua yg gue rintis.....gw emang gak drastis hanya pindah dari jakarta ke bogor tapi setelah itu?!...loe liat kan sekarang gw terdampar di Jambi....mau mati karna bosan?! sering gw alamin...tapi someday gw yakin kalo udah ada popi junior, semuanya bakal terobati...dan sekarang asli gw malah jadi binatang rumahan yg males kemana2 kalo g sama keluarga gue...hahahaha bahasa gw bokkk....binatang rumahan!!! miss u dahrling.....bangetttt!!!!

Posting Komentar

Copyright © 2010 ParadoxParade | Free Blogger Templates by Splashy Templates | Layout by Atomic Website Templates