Tak tahu diuntung

Sabtu, 26 September 2009

Saya berkantor di sebuah radio yang berada di daerah yang gelap gulita, dataran tinggi dan sering dilewati para petani sayur yang tiap malam mengantarkan dagangannya ke pasar. Setiap pulang siaran saya menggigil kedinginan dan setiap kali pula saya menggerutu, kenapa sih saya dapet jam siaran sama dengan waktunya para kunti mulai gentayangan? kan dingiiiin, apalagi angin malam jember itu dinginnya laknat banget!. Tapi saya jadi malu terus-terusan menggerutu ketika dalam sebuah perjalanan pulang saya melihat seorang bapak tua kurus bertelanjang dada, memikul dua keranjang bayam, jalan menuju kota. Kata si hubby, para pedagang sayur itu biasanya berasal dari desa dan itu cukup jauh dari kantor saya, dan mereka jalan kaki dari sana. Entah berapa kilometer. Melewati tanjakan, turunan, kadang saya lihat mereka menggunakan sepeda kumbang yang harus dituntun ketika mereka melewati turunan curam didepan kantor saya, dan membayangkan mereka memapah sepeda mereka di tanjakan yang cukup tajam dengan muatan sayuran yang amat banyak, sudah membuat saya lelah pun.

Kalo saya kira-kira, harga sayuran itu pastilah murah. Di pasar, satu ikat bayam saja cuma seribu rupiah, pastilah harganya lebih murah lagi kan kalo dari tangan petaninya langsung. Jika dalam semalam para petani ini bisa membawa 50-100 ikat bayam, yaa taruhlah satu ikatnya 250 rupiah, rata-rata mereka membawa pulang cuma 12500-25000 rupiah. Pantaslah jika saya malu. Saya bekerja sangat enak, cuma dua jam, di tempat yang nyaman, gak berat bawa-bawa sayuran, bisa nyanyi tereak-tereak, bebasss, dan jelas dapat bayaran lebih besar dari para petani sayur. Haruslah saya malu. Kok berasa jadi anak manja banget ya. Tuhan sudah kasih saya pekerjaan enak, saya masih menggerutu  pun! Tuhan sudah kasih saya penghasilan yang cukup, saya selalu bilang "jauh bangeeet sama gaji gw yang di bandung". Yang saya lupa adalah bahwa saya bukan lagi berada di bandung. Bukan lagi berada di kota besar yang memberikan saya penghasilan lebih dari cukup untuk hidup satu bulan.

Sekarang saya berada di sebuah kota yang standar penghasilannya lebih rendah dari Bandung. Sebuah kota dimana saya masih melihat petani sayur berjalan kaki setiap hari dari rumah mereka nun jauh disana menuju kota cuma untuk dapat penghasilan kurang dari 20 ribu.  Sebuah kota yang selalu menyajikan pemandangan menghenyak hati dikala malam. Ya, saya harus malu. Karena telah luput bersyukur atas apa yang saya dapatkan sekarang. Karena telah sangat sulit menerima kenyataan pada keberadaan saya sekarang. Dan betapa manjanya saya karena tidak mau me-reset standar saya. Dan betapa bodohnya saya karena tidak mau bersikap realistis sejak awal, padahal dengan menjadi realistis, saya pasti akan lebih mudah menjalani hidup di habitat yang baru ini. Yup, ternyata diri sayalah yang jadi biang masalahnya.

9 komentar:

denny mengatakan...

tuh kan,,,
maknya luciper sadar juga akhirnya ya..
bagus deh nak popi,
akhirnya hikmat turun juga ke ubun-ubun nak popi ya,,

pop,
pernah papasan sama kunti blm?

de asmara mengatakan...

bersyukurlah kita yg mampu mensyukuri & menyadari betapa nikmatnya bisa melihat, tanpa harus mengalami buta terlebih dahulu......

cuma analogi.

saya suka posting ini :)

bandit™perantau mengatakan...

Wah, pertobatan ya... hehehhe


"akan selalu ada alasan yg kita temukan untuk menggerutu, dan akan selalu ada untung di setiap masalah yg kita temukan... tinggal yg kita kasih makan yg mana saja...!"


totally like your post....
SAlam Perantau™

rizky mengatakan...

Seringlah bersyukur maka nikmat pun akan bertambah...

Wisata Riau mengatakan...

mari kita maknai syukur dan ikhlas...
salam kenal sobt.....

Mari Kenali dan Kunjungi Objek Wisata di Pandeglang
Kenali dan Kunjungi Objek Wisata di Pandeglang

Enno mengatakan...

hehehe...

iya ya, kalo dipikir2 kadg2 gue jg suka kayak gitu...

Lolly mengatakan...

ambil aja pelajarannya ya :)

duniaira.blogspot mengatakan...

emang sih mbak.....kalo dipikir-pikir Kiss Fm emang jauh banget di atas gunung....Aku aja sempat heboh saat tau lokasi Kiss FM....Bocoran aja....aku juga sama kayak mbak!!! mantan penyiar di radio yang ada di jalan Trunojoyo 56...hehehehehehe Jadi tau gimana lika liku kehidupan di sana....

Arema mengatakan...

mbak, saya pengin tau detail penyembuhan luka batin itu karena saya juga perlu... if its not too much to ask, i would like to talk with you personally mbak.
btw are you christian? tadi sempet kebaca, puji Tuhan, and i thought only christians say those kind of phrases

Posting Komentar

Copyright © 2010 ParadoxParade | Free Blogger Templates by Splashy Templates | Layout by Atomic Website Templates