Dari curhat si dokter

Minggu, 30 Agustus 2009

6 komentar



Barusan aja saya chatting dengan seorang dokter muda yang ganteng, baik hati, penyabar,idealis dan gak money oriented, tapi mukanya suka mesum hahahahaha. Ah idaman banget dah dokter yang satu ini. Saya kenal beliau beberapa tahun lalu sejak ia menjadi narasumber talkshow kespro di radio tempat saya kerja. Dan sejak itu kami berteman baik. Si dokter ini sempat berhenti jadi narsum di radio saya, tapi kemudian setahun lalu, dia bilang sama saya pengen siaran lagi. Ah itu yang saya tunggu!. Ya saya langsung bilang ke manajemen, dijawab dengan anggukan setuju dan sang dokter pun kembali jadi narsum kami. Tadi, dia cerita kalo dia udah gak lagi siaran di radio tempat saya kerja dulu, katanya cara orang-orang sekarang ngelola program beda banget sama waktu era saya dan teman-teman dulu (cieee). Katanya manajemennya aneh, orang-orang yang ngelola programnya gak profesional, penyiarnya kurang menaruh perhatian pada programnya (masa ketika siaran pun buka FB), gak ada pembicaraan preshow antara narsum dengan penyiar dan produser. Jujur, saya sedih sekali dengan curhat sang dokter. Bukan cuma karena beliau itu narasumber yang baik yang sangat layak dan harus dipertahankan, tapi karena bahwa orang-orang yang seharusnya memberikan cinta pada program yang mereka kelola ternyata tidak melakukan itu.

Selama saya menjadi bagian dari sebuah program (yang kebanyakan talkshow), baik menjadi penyiar atau produser, adalah sebuah keharusan untuk menjaga hubungan baik dan chemistry dengan nara sumber, dan gak cuma itu, mengkayakan diri dengan wawasan yang terkait dengan muatan program pun menjadi keharusan. Mengelola talkshow itu seperti mengelola sebuah pertemanan. Atau kalo mau dipikir lebih ekstrim lagi, mengelola program itu seperti mengasuh seorang anak. Kita memberikan perhatian, kesungguhan, dan fokus penuh pada segala elemen talkshow mulai dari yang terkait dengan kemasan, personnya (siapapun orang yang terlibat baik penyiar, produser, pendengar atau elemen SDM lainnya), sampe maintenance acara dan orangnya. Soalnya acara yang dikelola dengan tidak sungguh-sungguh itu kerasa banget di udara dan didengar jelas oleh pendengar. Dan adalah sebuah pantangan mengecewakan nara sumber.

Makanya membangun dan menjaga hubungan baik dengan narasumber adalah sesuatu yang sangat penting. Talkshow yang terdengar enak dan informasinya nyampe dihasilkan dari kerjasama yang baik antara semua elemen talkshownya. Jadi ketika ada satu aja bagian yang mengganggu atau terganggu, maka rusaklah semua sistemnya. Makanya saya sedih banget pas baca curhatan si dokter. Sayang sekali bahwa airtime sejam yang seharusnya dimaksimalkan untuk menyampaikan informasi buat pendengar, ternyata jadi gak efektif cuma karena ulah produser dan penyiar yang gak ngasih perhatian penuh pada program yang mereka kelola. Karena sekali kita menjadi bagian dari sebuah program, maka is a must untuk memberikan cinta sepenuh hati pada program itu. It'll help us to grow better.


bulat kenyal

7 komentar



gambar diambil dari sini


Pasti semuanya udah gak asing lagi dengan sebutan Bandung sebagai Surganya makanan. Julukan ini sama sekali gak berlebihan. Hampir semua makanan di Bandung, yaa yang dijual di cafe atau restoran atau yang kaki lima sekalipun, enak! Gak tau apa sebabnya. Bisa karena orang-orang bandung emang pinter masak, atau seperti kata temen saya, mbok darmi Mangunkarso bahwa orang-orang Bandung itu masaknya masih pake hati. Mungkin benar. Yang jelas, masakan Bandung membuat hati saya gak bisa berpaling, terutama bakso dan teman-temannya.


Sedang kangen banget nih sama Bakso Si Boy di jalan Naripan. Mie nya yang punya kekenyalan pas sehingga bikin gak blenger kalo makan banyak sekalipun, dicampur dengan kecap yang manisnya pas (entah mereka pake kecap apa, yang jelas kecapnya enak banget, persis kayak yang dipake rumah makan masakan china), membuat mie si boy emang layak membuat pembelinya dateng lagi dan lagi. Belum lagi taburan ayamnya, dengan Kombinasi asin-manisnya yang pas dan gak bau amis sama sekali. Baso si Boy yang tampangnya emang mirip sama Bakso Akung ini punya isi komplit. Ada siomay yang ikannya kerasa tapi gak amis, ada pangsit isi ayam gurih, tahu putih yang lembut, bakso kering yang walaupun kering tapi gak bikin seret tenggorokan, bakso urat yang uratnya gak dibikin dari karet ban (tau kan boook bakso urat yang uratnya alot banget sampe membuat kita berpikir jangan-jangan bukan urat daging tapi karet ban). Dan tidak ketinggalan.... pangsit kering yang lebar, gurih, gak berminyak, dan krispi, tapi krispinya asik, bikin pecahan pangsitnya gak lompat kemana-mana kalo digigit (pernah kaaan makan pangsit kering yang kalo digigit bikin remahnya berlompatan ke kanan kiri, iiih malesss). Semua paket komplit ini disajikan dengan kuah bening yang gurihnya pas sehingga gak bikin eneg. Anjiss saya sudah menelan ludah berapa kali ketika menulis posting ini.


Gak cuma bakso modern macam bakso Si Boy itu yang saya kangenin, tapi juga bakso kampung. Perbedaan signifikan terletak pada kedua jenis bakso ini. Bakso modern atau yang juga dikenal sebagai bakso kota a.k bakso China biasanya memiliki kuah yang bening tapi gurih banget (kadang-kadang ditambahkan sedikit minyak babi hehehehe), sedangkan bakso kampung biasanya memiliki kuah yang penuh dengan lemak dan lebih spicy. DAN SAYA MENGGILAI KEDUANYA! hehehehehe. Dalam kurun waktu saya menjadi pecinta bakso, saya sudah mencoba banyak sekali bakso kampung di Bandung, dan eeee kok semuanya enaaak. Yang sering sekali saya datangi itu bakso ojolali di Wyata Guna, Jalan Pajajaran. Cuma dengan 5 ribu perak, saya udah dapetin bakso gede berisi daging cincang dan telor (yang kalo dibelah itu kuah lemaknya langsung meleleh ke kuah bakso diikuti dengan brudulan daging cincang), plus dua bakso urat ukuran sedang. Ditambah dengan bihun yamin dan sayuran. Kadang saya nambah lagi satu bakso besar (yaa yaa saya tauuu, kemampuan makan saya emang menakutkan), but i can't help it hahaha!

Ah saya benar-benar kangen pada bakso Bandung. Semuanya! Ya akung, ya bakso malang karapitan, ya Ojolali, ya Si Boy, Ya Mang Endin, Ya mamang siapa lagi laaah. Sayangnya, di kota yang saya tinggali sekarang tidak ada satupun bakso yang enaknya kayak Bakso di Bandung. Dan perut saya pun bersedih.


Cuma mau pamer hihihihihih

Selasa, 18 Agustus 2009

10 komentar
Ihihhiiyy! blog si brokoli ini muncul di majalah Chic




Ini kutipan teksnya :

"Awalnya saya pikir blog ini berkutat seputar makanan dan gaya hidup sehat, karena namanya saja Brokolisehat. Tapi setelah saya menyimak isinya, blog ini bukanlah tentang makanan atau sejenisnya, tapi suatu pelajaran tentang hidup yang berbeda dari kebanyakan orang. Unik dan menggigit"


Pesan yang tertangkap dalam setiap postingannya mirip dengan lirik lagu Childhood yang dipopulerkan oleh Michael Jackson, "Before You Judge me, try hard to love me..."


Text By Viviana



Di majalah CHIC No 42, 29 Juli - 12 Agustus 2009





Thanks to Viviana and CHIC! aku senaaaang! hihihihih

Jember Fashion Carnival

Rabu, 12 Agustus 2009

6 komentar





Tak disangka, tak diduga *halah*, saya bisa juga menyaksikan parade yang heboh bener ini. Duluuu, Jember Fashion Carnival ini event yang jadi target saya kalo travelling,eeee ternyata sekarang saya tinggal di kota asalnya. Tak pikir panjang, walaupun berdesakan, kepanasan dan dengan pedenya nyelip diantara para fotografer ber-ID biar dapet posisi wenak (karena mereka diperbolehkan berada di titik manapun untuk motret), dapatlah saya banyak foto event ini yang ternyata emang kerennn!!! The costume, the parade, the crowd, AWESOME!


Foto lebih banyak ada disini

She read me

Jumat, 07 Agustus 2009

5 komentar
Dear ami,

Peringatan :

Ini surat yang amat sangat serius


Dengan hormat,

Ming, beberapa minggu ini gw kok ngerasa gak puguh ya, dan tiba-tiba bermunculan lah itu semua rasa. Mau nulis sesuatu terus semua susunan kata-kata di kepala gw ngilang begitu aja. Ngerasa hidup gw kok statis ya. Ngerasa iri sama semua penulis yang bukunya mejeng di rak gramedia, namun pada saat yang sama juga harus benci pada diri sendiri yang terlalu malas untuk menulis dengan serius. Dan pada akhirnya, gw harus mengaku pada diri sendiri bahwa gw gak segitu bagusnya deh. I mean good in everything i felt i good at (grammar yang buruk). Gw ya cuma segini-gininya ming. Bukan Type A Person, tapi juga bukan Type C or D Person. Kentang, kalo bahasanya ami mah. Gw sedang mengalami kelelahan-kelelahan ketika kita ngerasa hopeless. Kelelahan yang membuat gw salah mulu kalo senam. Harusnya gerakan membelai mega (tanpa pro), malah jadi gerakan main piano. Aaargh kacrut pokoknya. Di jalan pun jadi malaweung ming. Tahukah kau arti malaweung? tanyalah pada wakepoh


Imel terkirim pada Mbok Darmi Mangunkarso



Balasan diterima


Mbok Darmi said :

ok, pertanyaan pertama, naon wakepoh tehhh? ghauhauha dasar dodol. makin asoy aja perbendaharaan kata maneh teh.

melanjutkan reply surat yang amat sangat serius ini,
ehm. saya tidak akan bisa bilang "oh i understand how you feel," because i dont. ga ada yang bisa mengerti penuh perasaan orang lain apalagi ketika banyak faktor menghalangi kita (oh kamu dan aku.. ooooh) untuk ketemu tatap muka. tapi saya bisa menanggapi ceritamu, dear.

sepertinya kamu sedang mellow saja. merasa mentok? check. merasa medioker? check.

popi, salah satu alasannya adalah.. menurut gw lo adalah salah satu orang paling dinamis dan adventuror (halah kata apa sih ini) yang pernah gw kenal. dan orang seperti kamu selalu membutuhkan kesempatan bertumbuh. ketika kesempatan itu disumbat, yah well.. kamu jadi terpaksa beradaptasi besar-besaran. maka itu jadi berasa ngga puguh.. maka itu semua perasaan2 kentang tadi muncul. karena sebenernya di dalamm sekali, lo nanya sama diri sendiri: "is this it? this cant be it." atau "udah, cuma segini aja?" aktualisasi diri, popi. itu hal penting buat beberapa orang (terutama buat lo mungkin?) dan lo kehilangan itu..

*klo butuh cerita telpon gw aja, tapi di atas jam 7 malem ya. hehe.*

nah. lo masih percaya kaan kalo di dunia ini ngga ada hal yang kebetulan? beberapa hari sebelum email lo masuk, gw lagi baca buku bagus dari Coelho, judulnya The Witch of Portobello. tumben2an gw baca buku yang non fantasi, dan to tell you the truth, ternyata buku yang ini bagus.. bagus sekali untuk kontemplasi. untuk mencari arti. (tenang pop, gw ngga lagi ngecapruk ngga jelas kok). hehe. hubungannya dengan cerita lo adalah.. i think you should read this book. you need to read this book. cari ya ke gramedia terdekat, udah ada terjemahannya kok.

kasitau gw kalo lo udah baca. atau mulai baca. nanti kita ngobrol lagi..



Yeah, she read me. Bener banget lu mbok! sambil menulis posting ini saya denger lagu Roxette - Vulnerable. Berasa pengen mattii!!!

Copyright © 2010 ParadoxParade | Free Blogger Templates by Splashy Templates | Layout by Atomic Website Templates