Selaput...

Senin, 24 November 2008

Anak itu melangkah keluar rumah dengan senyum sumringah. Ia tau, ia akan bergembira di sekolah nanti, yang ia tidak tahu adalah bahwa kali ini, nasib berkata lain. Kelas itu, meja yang bagian depannya bertutup, yang ketika dibelakangnya terjadi sesuatu dan tidak akan terlihat, menjadi awal mimpi buruk si anak. Kali itu pelajaran mendikte. Satu persatu anak perempuan dipanggil ke meja itu. Dengan berada dibalik meja, membelakangi tubuh sang guru, membacalah satu persatu anak perempuan. Giliran si anak sumringah membaca Buku CBSA. Siapa sangka, sang guru mengangkat rok anak itu, sedikit meregangkan kedua pahanya, dan memasukan penisnya diantara itu, meninggalkan rasa hangat lalu selesai ketika selangkangan si anak telah basah. Kejadian ini terjadi beberapa kali. Di balik meja yang bagian depannya tertutup, sehingga tidak akan siapapun melihat apa yang terjadi dibalik itu.


Hari itu, si anak sumringah mendadak berubah. Dirinya, jiwanya, hidupnya, sudah berubah. Dia hanya seorang anak kecil, tapi bagi siapapun, mendapat perlakuan seperti itu pasti akan meninggalkan luka yang amat dalam. Apalagi untuk anak sepintar si anak sumringah, yang saat kelas dua sd sudah melahap banyak pengetahuan. Hari itu, hatinya pedih. Hidup tidak akan pernah sama lagi untuknya. Berlalu waktu, si anak tumbuh dewasa, tapi hatinya masih pedih. Kepercayaan dirinya hilang hari itu. Binar matanya hilang hari itu. Karena terkurung masa lalu yang pedih, ia jadi tidak bahagia. Namun hidup berproses. Dengan melepas ketakutan dari masa lalu dan berterimakasih pada hidup atas apapun yang terjadi, kepedihan itu semakin berkurang, tapi tidak akan pernah sepenuhnya hilang. Dan ketika beberapa hari lalu, si anak sumringah yang kini sudah dewasa itu menonton berita dan melihat liputan kasus mengenai guru yang mencabuli muridnya, hatinya marah. Si guru itu telah merusak masa depan muridnya dan tidak ada satupun hukuman dan terapi yang bisa memperbaiki yang telah terjadi. Masa depan dua anak telah rusak.


Dalam sebuah pembicaraan, si anak sumringah yang kini telah dewasa bertanya pada seorang teman yang menjawab tidak suka pada para perempuan penulis karena mereka selalu membicarakan persoalan kelamin. Ketahuilah kawan, hidup kami itu rumit. Bukan hanya hidup kami yang rumit, tapi juga tubuh dan persoalan mengenai tubuh kami pun rumit. Budaya patriarki yang membuat hidup dan persoalan tubuh kami menjadi rumit. Dan sialnya, budaya ini telah membuat tubuh kami jadi urusan publik. Membuat banyak dari kami kehilangan kendali atas tubuh sendiri. Dan coba tanya kenapa bisa begitu, maka kau akan menemukan jutaan literatur mengenai itu, yang harus kamu baca dengan tanpa penghakiman dan tolong...cerna dengan hati. Oh bukan, cerna dengan hati itu sama sekali tidak berhubungan dengan stereotip perempuan lebih banyak pakai hati, bukan kawan. Tapi persoalan tubuh yang sering diangkat oleh para perempuan penulis itu memang berada pada ranah yang dengan sengaja, jarang disentuh hati. Maka itu persoalan tubuh yang berujung pada seksualitas perempuan itu menjadi persoalan besar dan amat penting dalam hidup perempuan, karena cara yang paling ampuh melemahkan perempuan adalah lemahkan tubuhnya dan persepsinya pada tubuh. Tapi dalam saat yang sama, seksualitas perempuan pun menjadi kekuatan besar bagi perempuan, asal mereka balik persepsinya, beri kekuatan pada persepsi itu dan jangan biarkan siapapun merusaknya. Ini penting kawan, dan mungkin tulisan-tulisan yang kau tidak suka itu, ingin mempersepsikan seksualitas sebagai kekuatan, sebagai sesuatu yang sesungguhnya tidak sepenting kebanyakan perempuan memaknai keperawanan sebagai bagian dari eksistensinya. Itu cuma selembar selaput yang bisa hilang karena banyak sebab, dan tidak selayaknya "harga" perempuan ditumpukan pada itu. Kami lebih berharga dari sekedar selaput

17 komentar:

Apisindica mengatakan...

waw..waw...like i've said before, Ayu Utami versi baru telah lahir. Tulisan yang sangat feminis, "vulgar" tetapi sarat makna.
Dear, kalo lo bikin novel or kumpulan cerpen sekalipun. Ingat, gue pasti di antrian paling depan.
Congratulation!

Enno mengatakan...

Popi... gue setuju sepenuhnya dengan semua tulisan ini... salut pop... I proud of you :)

misskepik mengatakan...

damn!!

mbak, kamu punya jampi2 apa sih kok udah beberapa kali apa yang aku pikirin hari sebelunya eh tiba2 dirimu yang menuliskanya?

haduh mbak popiiiiiiii
ini kan yang baru menari2 di pikiran ku hihihi

i just love you!!!
mwah!!
jadi pengen kuliah lagiiiii
huhuhuhu

Rintjez mengatakan...

susahnya jadi perempuan.....

Hani Smaragdina mengatakan...

masalah seksualitas paling mencolok saat ini ada dua yaitu ketika ia menjadi murah (bukan murahan) dan ketika ia menjadi barang simpanan yang diagung-agungkan. seksualitas itu milik manusia, dan penilaiannya melalui satu hal saja tentu tidak adil (apalagi terhadap perempuan yang telah di'kultus'kan sebagai semacam malaikat yang harus selalu suci). bahwa semua harus menjaga diri adalah betul tetapi bahwa kesucian dilarikan kepada satu hal yang sungguh sangat memarjinalkan perempuan yang kehilangannya karena hal-hal yang tidak diinginkan adalah salah.

seksualitas adalah milik manusia, dan ketika ia bicara mengenai tubuh perempuan ia tiba-tiba menjadi tabu. struktur masyarakat yang sakit adalah pertanyaan dari mengapanya.

tubuh perempuan sama dengan tubuh manusia berkelamin beda dengannya -lelaki-, bahwa ia butuh dihormati dengan cara sewajarnya, dijaga dengan sebisa mungkin. memiliki tubuh, memiliki apa yang telah diberikanNya (termasuk seksualitas atas kelamin yang dimilikinya), memiliki jiwa yang melingkupi tubuh.

my body is my right!!!

good writing teh pop

sintingmaut mengatakan...

Gosh... kok bisa sih?

Manteb banget tulisannya, mending yang ginian disimpen dulu, karena budaya plagiat di Indonesia masih kentel banget... tar kalo dah siap terbit baru di publish...

Manteb... 2 Jempol Tegang buat loe pop...

menjadimanusia mengatakan...

auch auch... emang sih... si selaput itu sering jadi masalah... dan buat kebanyakan orang, mereka menilai selaput itu setara dengan segala-galanya. Lakinya ngejajan di mana2, tapi cewenya harus berselaput. Seenak jidatnya ngomong. Banyak orang berpikir dunia itu milik mereka yang masih berselaput, tetapi selaput itu sendiri kadang-kadang menjadi maya di antara mereka yang berbicara...

Sudah saatnya persepsi dibalik.

Babisuper mengatakan...

Ssstt...yang paling berharga & penting itu bukan selaput.




tapi harga diri..

sonn mengatakan...

huahuahuahau... setelah ngobrol sama ami, baru ketauan lo sebenernya "si kawan" itu siapa.

terus, kata si kawan dia ga mau ikut2an debat soal beginian, males katanya :) tetep aja dia mah ga mau baca buku perempuan, ga mau denger penyanyi perempuan. parah ya?


eniwei, kalo cowo itu, yang paling berharga adalah hati.

harta
dan
tit*t

Poppus mengatakan...

@ ceritayudha : hahahahah! waduh sebutan feminis itu juga persoalan say heheeh. Mmm justru aku tidak begitu suka dengan sebutan-sebutan gitu. Yaa kalaupun ada orang yang ingin memberi sebutan, aku lebih suka disebut humanis hahaha. Ah tapi sebutan humanis juga masih terlalu jauh dari hidupku. Tengs ya darling for the support. Gw pasti nge sms lu kalo gw launching


@ Enno : makasih ennoooo

@ Misskepik : I can read your mind darl hahahhaa. LOVE YOU TOO!! ih kok suka kuliah siiih


@ Rintjez : Itu yang membuat perempuan lebih kuat mental dan fisik

@ Smaragdina : dear, you should make a post about this theme. Kutunggu! and yes, our body is our right dan semoga lebih banyak teman perempuan yang menyadari itu


@ sintingmaut : aaah itu kan hanya perasaan dek sinting sajjaa. Dear, sebanyak apapun plagiat diluar sana, aku akan terus menulis, jadi mau dijplak pun itu tidak akan menghentikanku menulis atau menuangkan pikiranku :)

Poppus mengatakan...

@ daysandminds : Itu dia say. Ada hal lain yang lebih esensial


@ Babisuper : hahaha, katakan itu pada teman-teman perempuan :), dan teman-teman laki-laki yang meletakkan harga diri pada sesuatu yang tidak seharusnya


@ Sonn : kawan, pernahkah aku memintamu membaca tulisan-tulisan perempuan penulis? tulisanku ini pun bukan bermaksud memintamu untuk mau membaca tulisan para perempuan penulis, dan hak mu pula jika kau tidak mau mendengarkan lagu-lagu perempuan penyanyi. Dunia ini kaya kawan, dan orang-orang dengan penis envy adalah bagian dari kekayaan itu

orangutanz mengatakan...

Hmm... setuju sih. Tapi suka bete kalo denger alesan, selaputnya ga beres gara-gara naek sepeda. Emang kemasukan setang apah? Atau naek sepeda ga pake tempat duduk?

Anjrot... alesan 80an...
Apa kabar ya Inneke?

Erik mengatakan...

Sepakat mbak, memang harga/nilai seorang wanita bukan sebatas selaput tsb.

Namun orangutanz juga benar, sekarang ini begitu banyak wanita dan pria yang melakukan hubungan intim diluar pernikahan.

sonn mengatakan...

iya nih, ada2 aja si kawan :D

Noel mengatakan...

Aww.. Jeung Popi menggugat hihi.. Bagus sekalee tulisannya..

Well, terkutuklah para guru cabul, dan para pen-cabul lainnya... Well pencabulan ini dampaknya sama kok kalo kejadiannya sama anak laki-laki... Rasa benci itulah yang susah hilang. Namun ketika seseorang melangkah menatap masa depan... ada baiknya beberapa hal di masa lalu dikubur dalam-dalam. Tak terungkit.. ter-ikhlaskan.. Bersabar..

Tapi kayaknya hari gini makin banyak cowok tuh yang ga peduli sama keberadaan selaput itu. Lagian emang edukasi lah jawabannya.. Cowok dulu taunya itu selaput robek kan kalo di coblos.. ga ngerti sama penyebab lainnya..

Thanks to Om Naek, sejak kelas 1 SD saya telah membaca kolomnya di Kartini dan bisa mengerti! Huahahaha...

peni astiti mengatakan...

gue juga marah sama laki-laki yang udah merusak masa depan anak-anak begitu. murid adik gue, pop, diperkosa sama kakek uwanya. sialan banget! gue udah mau ngadu ke komnas anak, eh, adik gue belum juga ngasih data anak itu. saatnya kita bertindak menumpas perampas masa depan anak!
*seorang ibu yang sangat marah akan sejuta kejadian seperti ini*

Silly mengatakan...

Lebih tidak layak lagi pop, lelaki yang mengaku sebagai GURU, suri tauladan muridnya, malah mencabuli anak didiknya sendiri.

Buat gue, ini perbuatan yang lebih binatang dari binatang... *sigh*

Posting Komentar

Copyright © 2010 ParadoxParade | Free Blogger Templates by Splashy Templates | Layout by Atomic Website Templates