Sahabat saya itu....

Rabu, 17 September 2008

Kata ibu, saya bandel banget waktu kecil. Pernah suatu kali, ketika ibu saya sedang tidak memerhatikan, saya narik seprai yang dijemur di sebuah tambang yang disangkutkan pada lemari makan. Alhasil, entah bagaimana atau mungkin dalam kehidupan lalu saya adalah anaknya samson, robohlah lemari itu lengkap dengan semua isinya serupa piring gelas dan segala macam, dan saya berada persis dibawahnya. Popi kecil yang bandel. Dan disitulah saya, terduduk membisu tanpa menangis sedikitpun. Ibu saya yang kaget mendengar bunyi-bunyian yang sangat keras segera berlari ke dapur dan ia pun cuma ternganga, ia menyangka saya sudah babak belur, berdarah-darah penuh kaca, dan mati tapi disitulah saya, terduduk membisu tanpa menangis sedikitpun, berada di tengah lubang kotak bagian tengah lemari. Semua piring gelas sudah pecah belah, tapi saya tidak cedera sedikitpun, tidak satu goresan pun.


Maka sejak saat itulah saya bersahabat dengannya. Ia, yang menjadi tokoh utama dalam postingan saya kali ini. Terhitung sudah puluhan tahun saya bersahabat dengannya. Ketika sudah dewasa dan mendengar cerita mama, maka saya yakin, ia sudah ada untuk saya ketika itu. Ia bukan sahabat khayalan seperti yang ada di film-film barat. Ia nyata bagi saya, sampai sekarang. Tapi..katakanlah ia berada dalam ranah spiritualitas. Ranah yang hanya bisa dipikir dan dirasa, tapi tak bisa diraba, sehingga banyak orang pikir ia tidak nyata. Ia adalah sahabat sejati saya. Ia yang tidak pernah meninggalkan saya. Ia yang selalu bersama saya. Ia yang tidak pernah berjarak dengan saya. Ia yang saya ajak bicara ketika saya menangis-nangis didalam helm. Ia yang saya maki-maki ketika kemalangan menimpa saya, tapi lima menit kemudian saya termaaf-maaf dan bilang "aku cuma butuh memaki dan kau yang terdekatku" (sambil disertai cengiran asem seraya masih menangis), ia yang selalu saya ajak bicara didalam angkot kapanpun saya kesal dengan sopir angkot dan bau keringat kena panas. Ia yang saya ajak bergosip ketika saya punya segudang cerita dalam kepala. Ia yang saya bacakan tulisan-tulisan saya dalam diary bercover beludru pemberian mama. Ia yang saya maki-maki ketika saya kembali marah pada ayah. Ia yang menunggui saya saat mandi dan menjadi penonton setia saya saat konser tunggal kamar mandi, dan saya tidak sedikitpun malu padanya. ihihih, jadi bukan suami saya nanti yang pertama kali melihat saya setelanjang-telanjangnya.


Ya, hubungan saya dan sahabat saya ini unik. Ketika saya sedang gusar, yang pertama saya ingat pasti dia. Saya tidak pernah merasa canggung padanya. Saya membuat diri saya tidak berjarak dengannya. Dalam saat terapuh saya, dalam saat tersombong saya, dalam saat terbahagia saya, dalam saat tersedih saya, dalam saat apapun sehingga slogan Setia setiap saat itu cocok sekali menggambarkan ia. Kadang saya benci dia karena dia selalu benar, tapi saya juga cinta mati padanya. Cuma dia yang bisa membuat saya kembali berpikir logis ketika saya, dalam masa rapuh saya dengan seenaknya mau mengambil keputusan yang akan merugikan diri sendiri. Cuma dia yang berani menampar saya, atau bahkan ngejongklokin saya untuk membuat saya kembali sadar. Cuma dia yang tidak membuat saya marah ketika dia dengan caranya membuat saya menguras tabungan saya untuk sesuatu yang kata dia sebagai ganti atas kealpaan saya beramal pada orang lain. Hey! makasih yaa udah bikin saya kecelakaan motor dan membuat si mio harus nginep tiga hari di bengkel tapi kemudian saya tidak merasa dirampok sama bengkel karena entah dengan cara apa, dia bisa memunculkan pikiran positif bahwa kecelakaan itu karena saya kurang amal, dan saya harusnya ikhlas saja telah keluar uang. Oh ya sahabatku, makasih yaa tidak membuat saya mengambil keputusan yang bodoh, saya kira saya pintar, tapi ternyata tidak, kamu pintar makanya kamu benaarrr.


"Maafkan aku, belum bisa menjadi sahabat yang baik untukmu. Yaa..yaa..aku tahu tidak penting buatmu apakah aku menjadi sahabat yang baik atau tidak, karena aku tahu kau tidak butuh aku, aku yang butuh kau. Tapi tetap saja aku merasa tidak enak, karena belum bisa membalas..setidaknya membalas sepersekiaaan saja dari semua yang kau telah berikan.Terimakasih yaa sudah membawaku mengenal spektrum spiritualitas yang teramat luas. Keluasan itu membuatku hampir sinting ketika berusaha memahaminya. Nah biar aku tidak sinting, maka kubuat sederhana saja hubungan kita. Kubuat manusiawi. Karena aku percaya satu hal, setiap orang berhak memiliki caranya sendiri untuk mengapresiasi spiritualitas dan mengakrabi itu. Dan aku telah memilih caraku sendiri."

Oya, mari saya kenalkan pada sahabat saya. Dia adalah yang anda sebut Tuhan.

18 komentar:

plainami mengatakan...

halo sahabatnya popi..

makasih suda jagain dia selama ini ya :)

try mengatakan...

pertamax!!! *masih jaman gak sih :p
Tuhan...yang selalu ada dalam hati kita..
Dia berikan kita kesenangan,kebahagiaan,kemalangan,keputusasaan selama kita hidup, tidak lain karena Dia sedang 'bermain' dengan kita. Dan hanya ada 2 pilihan, apakah kita menjadi pemenang atau kita menjadi orang yang kalah...
Berbahagialah kita, walaupun bukan pemenang pertama, runner up 1 atau runner up 2, paling tidak kita adalah pemenang harapan..yang masih bisa menjadi pemenang pertama...(Putri Indonesia wanna be hihihihh..)

try mengatakan...

eh ternyata keduax! hihihhi..

gendhis mengatakan...

Keren banget Jeeeeeeennnnggggg... Sampe nangis tau bacanya!!! Eh, ada yang mirip nih, "Ia yang saya ajak bicara ketika saya menangis-nangis didalam helm." Hehehehe.. Saya juga suka gitu... :)

Prince mengatakan...

sejak paragraf pertama saya baca saya berbisik dlm hati 'itu Tuhan'... dan seterusnya di setiap baris, hingga di baris terakhir yg membuat saya berbahagia karena ternyata anda juga mengatakannya... :-)

Poppus mengatakan...

Plainami : Peluk amiiii


Try : Hai try. Yap, tuhan emang baiknya gak ada dua. Sekaligus jailnya tiada dua. Tapi aku cinta dia hehhehehe. Dia yang dengan caranya membuat kita semua berproses


Gendhis : Makasih sayaang! *sambil ngasih tissue. Jangan-jangan semua pengendara motor itu pernah menangis dalam helm ya?


Prince : Hai prince. Komentar anda membuat saya merinding

peni mengatakan...

ckckckck...
ceritanya mendebarkan
kebayang jadi ibunya popi...
masa kecilmu sungguh mengkhawatirkan! hahaha....

simpleBlog mengatakan...

gw juga nakal kok pop..

tapi Tuhan itu memang baik banget, gw yang bejat bin bangsat gini aja masih selalu dikasih keberuntungan yang gak kira2.. gw ga pernah lupa bersyukur sama Tuhan walopun gw begini..



*makasih Ya Allah...

Rintjez mengatakan...

Keren banget Pop...

Bikin gw terbengong-bengong dan terharu biru bacanya :)

Poppus mengatakan...

Peni : OOoh pastinyaa. Tapi aku yakin, aku adalah anugrah terindah yang pernah dimiliki mamaku hauhauahuahau


Simpleblog : Ah adit *peluuuk. Mari kita sama-sama bersyukur


Rintjez : alaah situ berlebihan deh jeng retno buahahauhaahaha! pasti lu manyun deh gw panggil begono. Eh ngemeng-ngemeng, lu gak jadi biru beneran kan?

Enno mengatakan...

nice... meskipun dari awal pembaca sudah bisa menduga ini ttg Tuhan, tapi kamu bisa menggiring pembaca sampai ke ujung tulisan.
punya bakat nulis nih... bikin cerpen aja pop! ^^

Poppus mengatakan...

Kebetulan saya emang penulis, buku-buku self motivation huahauahuahauah! Baru ada satu buku tapi udah cetak ulang 5 kali, judulnya "Bagaimana memaksimalkan innerself untuk memengaruhi oranglain" hauhauahauahuhauahau!

Tigis mengatakan...

Yg paling bikin gue terpana penggambaran popi kecil ketimpa lemari tp dgn "cool" nya kagak nangis :mrgreen: Jgn2x elo temennya Storm Pop :)

novnov mengatakan...

ternyata sahabatmu adalah juga sahabatku...dan akupun merasa malu karena belum menjadi sahabat yang baik bagi-Nya....

silly mengatakan...

Popi,

beneran nih bikin buku yang judulnya "Bagaimana memaksimalkan innerself untuk memengaruhi oranglain" ???...

ahhhh, email2an donggg... pengen ngobrol.

aku, buku pertama nih, dan rasanya deg-degan banget nunggu "anak pertama" saya lahir... akankah menjadi laku atau tidak dsb...

Auch, OOT bgt gak sih... Anyway, just to Incorm you, I'm a pet lover as well, hehehe, jadi selain ikan koi dan aligator dirumahku (yang mati SEMUA karena PLN), ada anjing dan kucing juga, tapi skarang diungsiin ke rumah oma karena takut melukai anya.

silly mengatakan...

eh, barusan inget kalo tadi pengen komentar yang lain, tapi konssentrasi gue kedistract sama buku karanganmu yang diatas itu.

Bicara soal sahabat, ahhh, saya baca posting ini berkali2 loh... terharu dan menyentuh, membuat saya sadar, ternyata sahabat saya juga sudah menjadi sahabat siapa saja... Dia selalu punya waktu untuk saya, kamu dan kamu.

Indah yah...

Dulu saya brsahabat dengan Dia karena dikenalkan oleh ibu saya. Tapi saya menyambut uluran tangan persahabatannya hanya karena saya WAJIB menyenangkan ibu saya...

Tetapi pergumulan hidup kemudian membuat saya sadar, ketika saya jatuh... semua orang berlari menjauh... tetapi wajah ini, wajah yang lembut, yang selalu mengulurkan tngan untuk mengangkat saya kembali, SELALU ada setiap kali saya membutuhkan...

Sya ingat disaat2 hening, pagi hari ketika semua org masih tertidur, saya datang menyapa sahabat saya ini (whose happen to be your friend too, :D ),saya tanya, mengapa Dia begitu mencintai saya, padahal saya hanya menjerit mencari Dia ketika saya sedang susah, tetapi kemudian dia berkata:

"Ketika kamu senang, kamu boleh merayakannya dengan siapa saja... tetepi ketika kamu susah, kamu HARUS cari Aku... karena hanya Akulah sumber sukacita, aku akan menghapus airmatamu, dan memelukmu, untuk menguatkanmu dan membantumu bangkit lagi, dan berjalan lagi...

Sejak itu, aku juga sudah meyakinkan diriku, apapun yg terjadi aku tidak boleh mengeluh, karna ada DIA yang selalu menemaniku, membantuku bangkit...

Aku tidak boleh bersungut2, karena sahabatku akan selalu ada untukku.

Ahhh, pop... terima kasih sudah mengingatkan ini padaku... Posting ini sungguh indah sekali.

Salam, Silly.

Poppus mengatakan...

Tigis : Mungkin gak nangis juga karena kaget kali ya gis. Tapi daripada jadi temennya storm, aku lebih percaya bahwa aku adalah titisan Samson


Novnov : Kayaknya emang sampai kapanpun juga kita gak akan bisa bales deh say. Tapi yaa setidaknya kita berusaha jadi manusia yang baik. Cieee gw ngomongnyeeee

Poppus mengatakan...

Silly :

Wah sudah kedua kalinya blogger idolaku muncul ngasih komen. I really appreciate. Thank you sil. Mm aku belum bikin buku. Buku bagaimana memaksimalkan innerself itu becanda kok hehehehe. Aku salut banget sama orang yang sudah bisa membuat buku. Laku atau tidak laku, buku itu dokumentasi pikiran yang kemudian dibagi pada orang lain. Makanya aku salut dan sangat apresiatif pada siapapun yang berhasil menulis buku. Soal peliharaan, kamu reman juga ya, peliharaan kok alligator hahaha! eh tapi saya juga pernah kok pengen melihara hiu dan beruang grizly hehehe. Aduh aku ngeri banget membayangkan anya deket-deket sama alligator, tapi udah gak ada kan ya alligatornya. Salam buat anya yaa. Tell her i admire her mother :)


Tentang sahabat. Pembicaraan soal sahabat kita yang satu ini memang tidak akan pernah selesai. Dia seperti lubang di antariksa. Tidak terduga seberapa luasnya dan akan membawa kita kemana. Orang bilang, perlu pengalaman berhadapan dengan kematian agar bisa lebih dekat dengannya. I don't think so. Setiap saat kita bisa menjadi sangat dekat dengannya.

"Ketika kamu senang, kamu boleh merayakannya dengan siapa saja... tetepi ketika kamu susah, kamu HARUS cari Aku... karena hanya Akulah sumber sukacita, aku akan menghapus airmatamu, dan memelukmu, untuk menguatkanmu dan membantumu bangkit lagi, dan berjalan lagi..."

I love quote above.

Sejauh apapun kita lari darinya, kita tidak akan pernah benar-benar jauh. Cuma dia yang paling mudah dipanggil kapanpun saja. Aku pernah tidak percaya ia sama sekali. Tapi kemudian, dia menegurku. Lama-lama aku sadar, aku butuh dia. Aku butuh dia agar tidak menjadi makhluk sombong. Aku butuh dia agar aku tetap punya pegangan. Kurasa aku butuh dia dengan alasan yang sama seperti kamu butuh dia. Terimakasih atas komentar yang menyejukkan :)

Posting Komentar

Copyright © 2010 ParadoxParade | Free Blogger Templates by Splashy Templates | Layout by Atomic Website Templates