Aku cemani, seorang perempuan yang dibesarkan dalam sintren. Biarkan aku menari, dan akan kubiarkan kalian mereguk pemandangan indah tubuhku. Tapi jangan sekali-kali kalian coba menyentuhku, karena itu berarti kematianmu.
Musik ini mistis. Mengalunkan badanku menuju dunia hampa, seakan tanpa gaya tarik bumi, lega, melayang, nikmat. Selendang ini...selendang ibu. Gadis sintren molek yang lalu mati di ranjang seorang dalang beristri sembilan, setahun setelah melahirkanku. Akulah anak haram mereka. Cemani, diambil dari nama suatu jenis ayam, katanya mahal, tapi aku tak tau benar. Barangkali langsung saja kusimpulkan, bahwa aku diharapkan jadi mahal. Dan aku memang mahal, karena menyentuhku berarti kematianmu. Aku terdengar mengancam? he..tidak seperti itu. Aku hanya menentukan batasan, agar kita semua tetap pada tempatnya.
Lihat tarianku. Lihat liukan pinggulku dan terngangalah kalian semua. Kalian semua pasti memimpikan berada didalam badanku. Merasakan sendiri liukan pinggulku dalam aktivitas membuat anak, atau membuang calon anak. Hei para perempuan desa yang bersuami, kalian pasti sedang mengutukiku dalam hati, agar aku cepat mati sehingga suami kalian tidak lagi bertetes liur mencermati tubuhku. Kalian cemburu bukan?
Hei semua lelaki, lihatlah tubuhku mengalun. Kalian kira kenikmatan tiada tara adalah dengan berfantasi macam-macam atas tarianku? hahahaha! kalian dangkal. Tahukah kalian apa kenikmatan sejati? itu adalah ketika sukma kita dengan sadar-sesadarnya meninggalkan jasad lalu melayang pada sebuah medan paralel yang kusebut nirwana.
Hei semua, lihatlah aku, si cemani yang mahal karena amat molek dan cantik, sebegitu inginnyakah kalian bergumul denganku?
Musik ini mistis. Mengalunkan badanku menuju dunia hampa, seakan tanpa gaya tarik bumi, lega, melayang, nikmat. Selendang ini...selendang ibu. Gadis sintren molek yang lalu mati di ranjang seorang dalang beristri sembilan, setahun setelah melahirkanku. Akulah anak haram mereka. Cemani, diambil dari nama suatu jenis ayam, katanya mahal, tapi aku tak tau benar. Barangkali langsung saja kusimpulkan, bahwa aku diharapkan jadi mahal. Dan aku memang mahal, karena menyentuhku berarti kematianmu. Aku terdengar mengancam? he..tidak seperti itu. Aku hanya menentukan batasan, agar kita semua tetap pada tempatnya.
Lihat tarianku. Lihat liukan pinggulku dan terngangalah kalian semua. Kalian semua pasti memimpikan berada didalam badanku. Merasakan sendiri liukan pinggulku dalam aktivitas membuat anak, atau membuang calon anak. Hei para perempuan desa yang bersuami, kalian pasti sedang mengutukiku dalam hati, agar aku cepat mati sehingga suami kalian tidak lagi bertetes liur mencermati tubuhku. Kalian cemburu bukan?
Hei semua lelaki, lihatlah tubuhku mengalun. Kalian kira kenikmatan tiada tara adalah dengan berfantasi macam-macam atas tarianku? hahahaha! kalian dangkal. Tahukah kalian apa kenikmatan sejati? itu adalah ketika sukma kita dengan sadar-sesadarnya meninggalkan jasad lalu melayang pada sebuah medan paralel yang kusebut nirwana.
Hei semua, lihatlah aku, si cemani yang mahal karena amat molek dan cantik, sebegitu inginnyakah kalian bergumul denganku?
9 komentar:
errr... permisi, saya ganti pantyliners dulu... rada gelisah nih yang dibawah sana... hahahaha :P
Anyway. Kenapa gue bilang begitu, karena loe berhasil membawa gue terhanyut lewat cerita loe... membawa gue masuk kedalam alur cerita... *ati2 mulai lebay*... dan merasa menjadi si Cemani... well at least si pengamat cemani... (kalo gue jadi cemaninya gue gak akan gelisah dong ahhhh).
Intinya... cerpen ini... kalo kata om saya... "teerlaaaaluuuuhhh". Harus segera dilanjutkan, kalo tidak ingin membuat kegelisahan ini brakhir sia2... *halahhhhh*Ok, ini seriusan... loe dah cocok banget nulis novel say... LANJUTKAN!!! (gaya SBY mode ON)
mengingatkan gw pada Hiroko, di Namaku Hiroko-nya NH. Dini. :)
ah cuma sepotong! payah si popih! :P
eh... kok segitu doang sih? mana lagi?
hooo kalo aku malah keingetan Srintil di Ronggeng Dukuh Paruk.
lagi, popi.. lagii! ^o^
nice...
cemani, please show me the nirwana...
haha... si popih mah kebanyakan baca centhini.
mana lagi, pop?
*craving for more*
was that supposed to be a picture of a sintren?
pasti nulisnya basah nih aaaaaaaaaaaaaahhh uhuhuhuhu
Posting Komentar